VAKSIN Merah Putih dan Vaksin Nusantara Apa Perberdaan dan Kesamaannya? Vaksin di Indonesia

Vaksin Merah Putih sendiri masih dalam tahap uji klinis, banyak anggota parlemen yang jadi relawan guna mendukung terwujudnya vaksin asal Indonesia

Penulis: Madrosid | Editor: Madrosid
Helath Kompas
Jenis vaksni di Indonesia dan tingkat efikasinya 

Teknik yang sama untuk obati kanker Metode sel dendritik merupakan metode yang kerap digunakan dalam pengobatan kanker.

Tim uji klinis dibantu oleh salah satu peneliti dari AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat.

Pengembangan vaksin ini dimulai dengan transfer teknologi mutakhir sel dendritik dari AIVITA Biomedical Inc yang bermarkas di Amerika Serikat kepada Rama Pharma.

Rencananya Vaksin Merah Putih baru dapat diproduksi April 2022

Vaksin tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk menghentikan pandemi COVID-19.

Namun, diperlukan kerja sama seluruh masyarakat Indonesia untuk bisa menyukseskan upaya ini.

Tidak hanya itu, upaya ini juga harus disertai penerapan protokol kesehatan secara disiplin.

Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara adalah rebranding dari Vaksin Joglosemar, vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, dengan menggandeng PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama AIVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat.

Pengembangan vaksin ini digagas pada akhir 2020, ketika Terawan Agus Putranto masih menjabat Menteri Kesehatan. Pendanaan riset vaksin Nusantara juga mendapat dukungan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes.

Berikut jenis vaksin covid-19 dan efikasinya dikutip dari alodokter

1. Vaksin Sinovac

  • Nama vaksin: CoronaVac
  • Negara asal: China
  • Bahan dasar: virus Corona (SARS-CoV-2) yang telah dimatikan (inactivated virus)
  • Uji Klinis: fase III (selesai)

    • Lokasi: China, Indonesia, Brazil, Turki, Chile
    • Usia peserta: 18–59 tahun
    • Dosis: 2 dosis (0,5 ml per dosis) dengan jarak 14 hari
    • Efikasi vaksin: 65,3% (di Indonesia), 91,25% (di Turki)

Vaksin Sinovac telah melampaui standar minimal 50% yang ditetapkan oleh WHO dan FDA. Vaksin ini juga sudah mendapatkan izin penggunaan darurat atau emergency use of authorization (EUA) dari BPOM, serta sertifikasi halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Setelah disuntikkan, virus yang tidak aktif pada vaksin ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan virus Corona secara spesifik. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu tubuh terserang virus Corona, sudah ada antibodi yang bisa melawannya dan mencegah terjadinya penyakit.

Kemungkinan terjadinya infeksi atau penyakit COVID-19 yang bergejala pada orang yang sudah divaksinasi dengan vaksin Sinovac bisa turun sebesar 65%.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved