Antigen Positif Apakah PCR juga Positif ? Akurasi Antigen Berapa Persen ?
Sebagian besar kasus COVID-19, munculnya antibodi baru akan terjadi setelah beberapa hari atau bahkan hitungan minggu setelah virus masuk dan....
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Tes Covid-19 penting dilakukan untuk mendeteksi infeksi virus corona pada orang yang merasakan gejala, atau melakukan kontak erat dengan orang yang positif terpapar virus corona.
Tes antigen bisa mendeteksi protein spesifik dari virus corona penyebab Covid-19.
Sementara tes PCR mampu mendeteksi materi genetik virus corona.
Ahli patologi klinik dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dr. Tonang Dwi Ardyanto, Sp.PK, PhD, FISQua menjelaskan, pemeriksaan Covid-19 paling baik dilakukan saat virus sudah terdeteksi.
“Virus sudah bisa dideteksi saat jumlah virus sudah melebihi Limit of Detection (LoD). Bila masih di bawah LoD, maka tes tidak bisa mendeteksi walau virusnya ada,” jelas Tonang kepada Kompas.com.
LoD tes PCR lebih rendah ketimbang LoD tes antigen.
• KENALI TANDA - TANDA Covid Terbaru 2021, Gejalanya Hampir Sama dengan Penyakit Biasa !
(UPDATE berita tentang kesehatan DISINI)
Di awal infeksi, PCR rata-rata mulai dapat terdeteksi pada hari ketiga setelah kontak dengan biang Covid-19.
Sedangkan tes antigen rata-rata mulai terdeteksi beberapa jam sampai satu hari setelah PCR mulai terdeteksi, atau 3-4 hari setelah kontak dengan virus corona.
Gejala Covid-19 rata-rata mulai muncul pada hari kelima. Saat itu, jumlah virus mencapai puncaknya.
“Maka pada hari ke 5-7 itulah akurasi PCR paling tinggi. Saat itu juga tes antigen sangat akurat,” kata Tonang.
Setelah mencapai puncaknya, jumlah virus akan menurun. Ketika mencapai ambang batas LoD antigen, maka hasil tes Covid-19 negatif. Biasanya terjadi sekitar 5-7 hari setelah gejala.
Namun, saat jumlah virus masih di atas ambang batas LoD PCR, maka hasil tes Covid-19 positif. Rata-rata PCR positif sampai 17-21 hari sejak terjadi infeksi virus corona.
• Beda Flu Biasa dengan Gejala Covid, Apakah Tenggorokan Gatal Gejala Covid?
Beda swab antigen dengan Swab PCR
Metode pengerjaan tes COVID-19 swab antigen dalam mengambil sampel mirip dengan RT PCR (Real Time Polymerase Chain Reaction), yaitu mengambil sampel dalam hidung dan tenggorokan.
PCR mendeteksi materi genetik virus, tapi swab antigen mendeteksi protein virus.
Antigen ini mampu mendeteksi ketika jumlah virus si pasien tersebut tinggi, tetapi ketika jumlah virusnya tidak terlalu tinggi, jadi CT (cycle threshold) valuenya di atas 25 atau di atas 30, antigen itu bisa akan negative.
Pasien tersebut sebenarnya mengandung virus COVID-19, namun swab antigen kurang sensitif untuk mendeteksi virus dibandingkan dengan PCR.
Untuk swab antigen itu, kalau seandainya hasilnya positif, jadi untuk antigen ini dia spesifisitas nya baik tapi sensitivity nya kurang jadi kalau dia memang positif, dia memang bener positif dia positif covid, tetapi kalau negatif, negatif ini belum tentu dia memang bebas dari covid, belum tentu tidak terinfeksi covid.
• WHO Peringatkan COVID 19 Varian Lambda, Apakah Corona Varian Lambda Lebih Agresif?
Akurasi Antigen Berapa Persen?
Memang benar, swab antigen belum memiliki tingkat akurasi sebaik PCR dalam mendeteksi virus corona.
Akan tetapi, jika dibandingkan dengan rapid test antibodi yang hanya memberikan nilai akurasi sebesar 18 persen, rapid test antigen memiliki tingkat akurasi yang lebih baik, yaitu hingga mencapai 97 persen.
Dilansir dari halodoc, proses pemeriksaan ini bisa langsung mendeteksi adanya virus corona pada sampel yang diambil.
Kamu perlu tahu bahwa antigen umumnya bisa terdeteksi saat virus yang masuk dan menginfeksi tubuh aktif menggandakan diri atau bereplikasi.
Berbeda dengan rapid test antibodi yang mendeteksi keberadaan antibodi di dalam darah.
Sebagian besar kasus COVID-19, munculnya antibodi baru akan terjadi setelah beberapa hari atau bahkan hitungan minggu setelah virus masuk dan menginfeksi tubuh.
Inilah mengapa swab antigen menjadi prosedur skrining awal yang paling baik dilakukan saat seseorang baru saja terinfeksi.
• BUAH Namnam Buah yang Banyak Mengandung Vitamin C, Buah yang Bagus untuk Covid
Jadi, sebelum muncul antibodi untuk melindungi tubuh dan melawan virus, ada antigen yang akan mempelajarinya terlebih dahulu.
Eksistensi antigen inilah yang terdeteksi ketika kamu melakukan rapid test antigen.
Meski demikian, tidak berbeda dengan rapid test antibodi, masih ada probabilitas yang menunjukkan bahwa hasil rapid test antigen pun tidak akurat.
Salah satu penyebabnya karena virus yang masuk dan dipelajari oleh antigen bukan virus corona, tetapi bisa saja virus flu yang memang sejenis.
Apabila hasil pemeriksaan swab antigen negatif, kamu akan disarankan untuk melakukan isolasi mandiri.
Namun, apabila gejala muncul dan memburuk ketika kamu menjalani isolasi, segeralah menuju rumah sakit.
Agar lebih mudah, kamu bisa menggunakan aplikasi Halodoc untuk reservasi rumah sakit terdekat.
• APA itu Long Covid? Penyebab dan Dampak yang Diberikan Pada Populasi Manusia?
Apabila dalam waktu 10 hari tidak ada gejala yang mengarah pada ISPA, kamu akan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan antibodi.
Apabila hasilnya negatif, artinya kamu tidak terindikasi COVID-19, tetapi jika hasilnya positif, kamu harus menjalani pemeriksaan PCR dalam dua hari berturutan.
Apabila terindikasi ada gejala ISPA kurang dari 10 hari, swab antigen perlu diulang.
Setelah melakukan rapid test antigen dan hasilnya negatif, lakukan pemeriksaan antibodi dalam jarak 10 hari kemudian. Namun, apabila hasil swab antigen positif, kamu harus segera melakukan pemeriksaan PCR sebanyak dua kali dalam kurun waktu dua hari berturutan.
Apabila pemeriksaan PCR menunjukkan hasil negatif, kamu tidak terindikasi penyakit COVID-19, sedangkan jika positif, artinya kamu terinfeksi virus corona.
Kapan sebaiknya tes Covid-19?
Kendati begitu, di beberapa kasus yang jarang terjadi, ada juga PCR yang hasil tes positif Covid-19 cukup lama, lebih dari 21 hari sejak terinfeksi.
Dokter Tonang menyebutkan, tes antigen atau PCR untuk pemeriksaan Covid-19 perlu disesuaikan dengan kondisi seseorang.
Pertama, untuk kondisi kontak erat Covid tapi tanpa gejala atau timbul gejala ringan.
Kedua, untuk orang yang merasakan gejala Covid-19 atau kontak erat dengan gejala khas Covid-19. (*)