Tidur, Simulasi Kematian dan Pembelajarannya
Sehingga dari doa sebelum tidur tersebut seakan kita diminta oleh nabi untuk menyadari serta mempersiapkan diri menuju kematian (kecil).
Penulis: Muhammad Luthfi | Editor: Try Juliansyah
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SAMBAS - Ada beberapa kebutuhan utama manusia yang tidak bisa dihindari dalam hidup mereka dalam rangka menjaga stabilitas kesehatan tubuh mereka seperti makan, minum dan tidur.
Ketiga aktifitias tadi jika tidak dilakukan secara rutin dan teratur maka akan memicu masalah kesehatan yang cukup serius. Tidur merupakan salah satu kebutuhan mutlak manusia untuk mengembalikan kembali energi yang telah terpakai.
Dalam teori medis kita dianjurkan untuk tidur sekitar 7-8 jam dalam sehari.
Momentum Ramadhan biasanya identik dengan memperbanyak ibadah baik yang wajib maupun sunnah di malam hari sehingga mereka lebih memanfaatkan waktu siang untuk tidur.
Baca juga: Berbagi di Bulan Ramadhan, Gulavit Serahkan Bantuan ke Warga Singkawang
Islam sebagai agama yang komprehensif, secara menyeluruh memandu dan mengatur setiap lini dari kehidupan manusia.
Islam tidak hanya memperhatikan tentang hubungan hamba dengan Rabnya tetapi juga menyentuh pada hal-hal yang dianggap sepele oleh manusia termasuk di dalamnya adalah tidur.
Selama ini kita berasumsi bahwa tidur itu hanya memiliki manfaat bagi tubuh saja sebagai mekanisme biologis dalam tubuh.
Padahal sejatinya sebelum, sedang dan saat bangun tidur itu ada pelajaran berharga yang perlu kita ketahui.
Sebagai muslim kita harus sadar bahwa proses tidur memiliki korelasi yang sangat erat dengan proses kematian.
Sehingga tidur itu sebagian orang menyebutnya sebagai simulasi kematian atau miniatur kematian.
Dalam al-Qur’an surat Az-zumar ayat 42 Allah SWT berfirman “Allah memegang ruh (seseorang) pada saat kematiannya dan ruh (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan ruh (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan ruh yang lain sampai waktu yang ditentukan.
Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir”.
Ayat diatas menjelaskan tentang kondisi ruh saat manusia meninggal dunia dan saat tidur.
Menariknya, kedua ruh tadi (baik yang meninggal dunia dan yang mati) sama-sama berada dalam genggaman Allah SWT.
Perbedaanya hanya terletak pada saat Allah melepaskan atau mengembalikan kembali ruh manusia yang tidur kepada jasadnya dan menahan ruh manusia yang memang Allah taqdirkan meninggal dunia.
Baca juga: Malam Nuzulul Quran Terjadi pada Tanggal Berapa Ramadhan 2021 ? Bacaan Doa Nuzulul Quran Latin Arti