Ramadan 2021
TIPS Puasa Bagi Penderita Penyakit Jantung, Tetap Aman dan Bugar di Bulan Ramadhan
Studi yang dimuat pada Avicenna Journal of Medicine, menyebutkan bahwa dokter akan mengubah formulasi obat menjadi satu kali dosis.
Penulis: Mirna Tribun | Editor: Mirna Tribun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Bagi orang dengan masalah kesehatan tertentu seperti penyakit jantung (kardiovaskuler), puasa harus penuh pertimbangan; antara manfaat dan efek samping yang mungkin terjadi.
Puasa membuat Anda tidak makan dan minum sekitar 13 jam.
Pada pasien penyakit jantung, hal ini bisa mengganggu rutinitas minum obat harian yang diresepkan dokter.
Padahal, pasien diwajibkan minum obat secara rutin untuk mencegah kekambuhan gejala penyakit jantung, seperti nyeri dan sesak napas.
Baca juga: TIPS Puasa Ramadhan untuk Penderita Diabetes, Supaya Tetap Berpuasa dengan Aman
Pasien gagal jantung misalnya, jika tidak minum obat secara teratur, kondisinya akan semakin memburuk.
Oleh karena itu, pasien penyakit kardiovaskular ini harus minta persetujuan dokter yang menangani kondisinya lebih dahulu.
Dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien terlebih dahulu.
Jika dokter memberikan lampu hijau, penderita penyakit jantung boleh untuk menjalankan puasa.
Dokter biasanya mengizinkan pasien untuk berpuasa, ketika kondisi tubuh pasien stabil dan dosis obat masih bisa diminum di waktu sahur dan berbuka, yakni 1 atau 2 kali sehari.
Lalu, bagaimana dengan pasien yang minum obat 3 kali sehari?
Studi yang dimuat pada Avicenna Journal of Medicine, menyebutkan bahwa dokter akan mengubah formulasi obat menjadi satu kali dosis.
Namun, penyesuaian obat ini harus dipastikan lebih dahulu aman atau tidak untuk pasien.
Oleh sebab itu, konsultasi mengenai perencanaan obat dilakukan 1 atau 2 bulan sebelum memasuki bulan Ramadan.
Jika penggantian obat sakit jantung, tidak menimbulkan gejala yang mangganggu, puasa aman dilakukan.
Sebaliknya, jika pasien mengalami sesak napas, pembengkakan di kaki, atau kelelahan tubuh parah, Anda harus kembali ke pengobatan jantung normal dan puasa lebih baik tidak dilakukan.
Ikuti newsletter kami untuk mendapatkan informasi terpercaya seputar kesehatan jantung Anda.
Anda yang mendapat lampu hijau dari dokter, perlu mengikuti anjuran puasa yang sesuai.
Dilansir dari hellosehat.com, patuhi panduan aman berpuasa untuk pasien penyakit jantung berikut.
Baca juga: TIPS Puasa Ramadhan untuk Ibu Hamil, 4 Hal Ini Wajib Dilakukan Supaya Selalu Sehat!
Baca juga: Tips Puasa Bagi Ibu Menyusui, Wajib Terapkan 7 Hal Ini di Ramadhan Tahun 2021
1. Penuhi kebutuhan nutrisi selama puasa
Meski waktu makan jadi lebih sedikit selama puasa, bukan berarti pasien bisa “membalas”nya dengan makan kalap dengan pilihan menu yang sembarangan.
Saat sahur dan berbuka, hindari makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi dan makanan yang tidak baik bagi jantung.
Misalnya, daging berlemak, gorengan dan makanan yang serba digoreng, makanan asin/diasinkan, sosis dan chicken nugget, hingga fast food.
Sebagai gantinya untuk memenuhi kebutuhan puasa, penderita penyakit jantung harus menyajikan lebih banyak sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Makanan yang sehat untuk jantung ini kaya serat, vitamin, dan antioksidan.
Untuk memenuhi kebutuhan protein dan karbohidrat, pilih ikan, daging tanpa lemak, oatmeal, beras merah, atau ubi jalar.
Selain menambah serat, makanan tersebut juga membantu tubuh untuk mengontrol kadar gula darah tetap stabil.
Selain itu, batasi penggunaan garam dengan memperbanyak rempah-rempah pada masakan.
2. Cukupi asupan air putih
Minum air putih penting untuk jantung, apalagi ketika berpuasa.
Oleh karena itu, penderita penyakit jantung harus memastikan cukup minum air selama menjalankan puasa untuk menghindari dehidrasi, sekaligus membantu jantung berfungsi optimal.
Sedikit minum air membuat cairan tubuh terbatas dalam melarutkan garam dalam darah.
Tingginya kandungan garam akan membuat darah menjadi semakin kental.
Akibatnya, volume darah secara keseluruhan akan berkurang.
Jika volume darah Anda menurun, jantung kemudian akan bekerja lebih keras lagi untuk menutupi kekurangan tersebut.
Kondisi ini bisa memperburuk penyakit jantung yang ada.
Oleh karena itu, selalu biasakan untuk minum minimal 8 gelas air putih meski Anda sedang puasa.
Trik sederhananya ikuti panduan 2-4-2 atau 2 gelas saat sahur, 4 gelas ketika buka puasa (2 gelas sehabis ta’jil dan 2 gelas sehabis tarawih), dan 2 gelas air putih sebelum tidur.
Pengecualian untuk pasien gagal jantung yang tidak boleh minum lebih dari 6 gelas per hari.
Untuk mencegah dehidrasi di siang hari, minum obat diuretik di malam hari karena produksi urine menjadi lebih banyak saat itu.
Baca juga: TIPS Memilih Buah Kurma di Bulan Ramadhan, Perhatikan Tampilan Fisiknya Hingga Rasa
3. Jangan lupa istirahat
Aturan penting untuk penderita jantung yang menjalankan puasa adalah cukup istirahat.
Pasien harus mengubah jadwal tidurnya karena harus bangun lebih awal untuk sahur.
Jadi, sangat dianjurkan untuk pasien tidur lebih awal.
Meskipun istirahat itu penting, bukan berarti seharian berpuasa membuat pasien jadi bermalas-malasan.
Jika kondisi tubuh cukup fit, tidak apa untuk melanjutkan aktivitas dan olahraga yang aman untuk pasien penyakit jantung.
Namun, pada pasien yang sedang menjalani rehabilitasi jantung dan berpuasa, aktivitas fisik seperti olahraga mungkin harus dihindari.
Ini karena aktivitas tersebut berisiko menyebabkan dehidrasi dan kadar gula darah rendah.
Aktivitas fisik akan dialihkan dengan melakukan gerakan peregangan sederhana.
4. Lakukan pemeriksaan kesehatan rutin
Penting untuk rutin periksa ke dokter di sepanjang bulan Ramadan untuk mengetahui perkembangan kondisi Anda, terutama untuk cek tekanan darah dan ritme atau irama jantung.
Dengan begitu, dokter bisa mengawasi kesehatan Anda dan Anda bisa menjalankan puasa dengan aman.
Manfaat Puasa Bagi Penderita Penyakit Jantung
Puasa Ramadan dapat menyebabkan perubahan drastis dalam hal gaya hidup selama 1 bulan dan dapat memengaruhi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Fakor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah, faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok.
Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan, dan aktivitas fisik.
Puasa di bulan Ramadan dapat memengaruhi berbagai faktor risiko.
1. Kadar Lemak Darah
Lemak merupakan salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung dan pembuluh darah.
Lemak dapat menyusup ke dalam lapisan pembuluh darah yang rusak dan menyebabkan aterosklerosis, yaitu penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah.
Terdapat perubahan dari profil lemak dan perbandingan lemak baik dan lemak jahat selama puasa di bulan ramadan.
Kadar kolesterol darah menurun dari 193,4±51 mg/dl menjadi 184,3±42 mg/dl setelah Ramadan, begitu pula dengan kadar trigliserida yang menurun dari 4.5±1 mg/dl menjadi 3,9±1 mg/dl dan lemak jahat, yaitu LDL.
Selain, itu didapatkan pula peningkatan dari lemak baik yaitu HDL setelah puasa Ramadan.
2. Tekanan Darah Tinggi
Pada orang dengan tekanan darah tinggi, jantung harus bekerja lebih keras dalam memompa darah dibanding dengan orang normal.
Hal ini bisa menyebabkan jantung kelelahan, dan dapat terjadi pembesaran dan penebalan otot jantung, hingga gagal jantung.
Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan pembuluh darah otak pecah sehingga terjadi stroke hemoragik.
Selama bulan Ramadan, terdapat penurunan tekanan darah pada orang yang berpuasa, yaitu penurunan tekanan darah sistolik dari 132.9±16 mmHg menjadi 129.9±17 mmHg, sedangkan pada tekanan darah diastolik, tidak terdapat penurunan berarti.
3. Insulin dan Homosistein
Perubahan pola makan menjadi dua kali sehari selama bulan Ramadan dapat memperbaiki kondisi resistensi insulin pada pengidap diabetes.
Homosistein merupakan salah satu asam amino yang terdapat dalam tubuh, dan peningkatan homosistein darah merupakan salah satu faktor risiko seseorang terkena penyakit jantung dan pembuluh darah.
Walaupun tidak signifikan, terdapat penurunan kadar homosistein darah saat seseorang berpuasa.
Baca juga: TIPS Puasa Ramadhan untuk Penderita Diabetes, Supaya Tetap Berpuasa dengan Aman
4. Parameter Antropometri
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko bagi banyak penyakit metabolik.
Penurunan berat badan dan indeks massa tubuh bisa ditemukan dan bisa tidak ditemukan pada orang yang berpuasa.
Hal ini bisa disebabkan oleh asupan kalori yang tidak menurun secara signifikan selama puasa.
Puasa Ramadan aman untuk dilakukan orang dengan penyakit jantung.
Asalkan penyakit yang diidapnya terkontrol dan tidak dalam kondisi akut.
Makan secukupnya saja dan tidak melakukan “balas dendam” saat berbuka akan membantu meringankan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Puasa Ramadan juga dapat menurunkan risiko serangan penyakit jantung selama 10 tahun seterusnya.
Dapat disimpulkan bahwa puasa memberikan efek positif terhadap kesehatan jantung. (*)