Sungai Bangkong, Berasal dari Nama Kodok Raksasa di Pontianak?

Tempo doeloe, sampai kini pun, Sungai Bangkong identik dengan rumah sakit jiwa. Menurut cerita orang tua-tua, dibangun dari bahan kayu belian.

Penulis: Stefanus Akim | Editor: Stefanus Akim
IST/Syafaruddin Dg Usman
BANGUNAN awal RSJ Sungai Bangkong yang masih asli dan tersisa. 

Oleh: Syafaruddin Dg Usman | Sejarawan

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Tempo doeloe, sampai kini pun, Sungai Bangkong identik dengan rumah sakit jiwa. Menurut cerita orang tua-tua, rumah sakit yang ada di situ dulu bangunannya dari bahan kayu belian atau ulin atau kayu besi.

Bangunan berkolong yang lumayan tinggi dengan sederet jendela besar. Sesekali terdengar suara riuh rendah dari pasien yang diinapkan di dalamnya. Tak jauh dari siai kiri kanannya tumbuh batang beringin besar. Konon, keadaan yang digambarkan itu, menjadikan bangunan peninggalan masa kolonial itu menyeramkan. Tentunya itu di masa doeloe ...

Pada waktu yang sudah lalu, tak seberapa jauh dari rumah sakit jiwa ini, terdapat makam pahlawan. Namun kini sudah dipindah ke Arang Limbung Sungai Raya. Bekas kawasan makam para pejuang itu sudah alih fungsi sejak 1970-an untuk klinik kesehatan tentara.

Di sekitar rumah sakit jiwa dan kawasan makam pahlawan itu dulu, hingga kini masih kokoh, kompleks atau dulu dinamakan tangsi militer. Dari area ini pula identik dengan anak kolong sebutan untuk anak-anak perwira yang tinggal bersama orangtuanya yang berdinas militer ketentaraan di sana.

Banyak pendapat yang menyebut awal bermula sebutan Sungai Bangkong. Satu di antaranya, yang diyakini banyak orang, di sekitar rumah sakit jiwa ini dulu banyak kodok besar atau bangkong.

Di aliran sungai kecil, dulunya jauh besar ukurannya, hidup kodok besar ini. Maka dinamakan sungai bangkong. Kodok bangkong ini tergolong suku hewan bufonidae atau bufoasfer. Ditemukan banyak kodok bangkong ini, banyak pula sebutan masyarakat untuk jenis katak ini. Ada yang menamakan kodok buduk sungai, kodok puru besar, ada juga kodok batu. Atau kongkong batu.

Yang pasti di sekitaran itu banyak hewan amfibi tersebut. Sebelum adanya rumah sakit jiwa dan tangsi militer di situ, daerah ini tergolong luar kota.

Kota tempo doeloe disebut Tanah Seribu. Menurut ukurannya, Sungai Bangkong adalah daerah yang berada di luarnya. Masa silam itu Sungai Bangkong adalah perkebunan karet rakyat. Selain masyarakat Bugis yang pertama membuka kawasan ini sebagai kampung hunian, tahap perkembangan awal penghuninya adalah pensiunan KNIL dari Jawa.

Kepada eks pembantu tentara kolonial itu, Sungai Bangkong sebagai daerah garapan untuk mereka yang tak memilih kembali ke Jawa. Karena itu masyarakat Jawa yang berdiam di sini huniannya identik dengan tanaman melinjo atau gnetum gnemon di perkarangan rumahnya.

Tahap kemudian, penghujung 1960, penduduk asal Madura mulai bermukim di Sungai Bangkong. Sebagian besar memelihara sapi disamping bekerja di sektor informal lainnya.
Antara rumah sakit jiwa, tangsi militer hingga makam pahlawan di tempo itoe, terdapat makam umum.

Konon makam Sungai Bangkong ini adalah pemakaman muslim terbesar di Kota Pontianak. Masa lampau Sungai Bangkong kerap tergenang pasang, dan identik dengan sarang nyamuk yang menyebabkan penduduk mudah terserang demam berdarah dengue, malaria dan sebagainya.

Dan Sungai Bangkong dulu identik sebagai daerah rawa, memiliki potensi kebanjiran di musim tertentu. Diyakini, penduduk Sungai Bangkong makin tumbuh sejak ramainya hunian permulaan tahun 1950-an. Itulah sekelumit kenangan Kampong Sungai Bangkong sedjak tempo doeloe ...

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved