Wali Kota Pontianak Minta Siswa dan Guru yang Ikut Belajar Tatap Muka di Rapid dan Swab
Bahkan tidak hanya itu, Edi juga meminta agar siswa dan guru yang mengikuti pembelajaran tatap muka dilakukan rapid test antigen dan swab test.
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Hamdan Darsani
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono menyampaikan, bahwa Pembelajaran tatap muka (PTM) tingkat SD kelas VI dan SMP kelas IX di Kota Pontianak masih dalam tahap simulasi.
Meskipun demikian, Edi meminta agar disiplin protokol kesehatan covid-19 di sekolah secara ketat diterapkan.
Bahkan tidak hanya itu, Edi juga meminta agar siswa dan guru yang mengikuti pembelajaran tatap muka dilakukan rapid test antigen dan swab test.
"Sekolah masih masih terus simulasi. Laporan dari Kadinkes, selama ini berjalan baik-baik saja, saya minta memang lakukan tes rapid antigen dan swab juga, terus protokol kesehatan diperketat, setalah itu di skrining terhadap keluarganya. Misalnya anaknya dalam keadaan tidak sehat termasuk guru, itu kita larang untuk masuk," ujarnya, Senin 22 Maret 2021.
Baca juga: PTM di Kota Pontianak Berjalan Lancar, Disdikbud Akan Perluas Belajar Tatap Muka SD dan SMP
Ia menegaskan, bagi siswa dan guru yang dalam keadaan tidak sehat agar tetap di rumah saja atau tidak diberkenankan belajar tatap muka.
Hal tersebut, lantaran menurut Edi, proses kegiatan pembelajaran di kelas, tidak hanya bisa diikuti oleh siswa dan guru secara tatap muka saja. Namun juga dapat diikuti oleh siswa dari rumah dengan disiarkan secara daring atau online melalui perangkat yang ada agar bisa diikuti siswa yang memilih belajar dari rumah.
"Pembelajaran tatap muka di kelas tidak hanya diperuntukkan bagi siswa yang hadir di kelas saja, tetapi juga siswa yang belajar dari rumah secara realtime melalui perangkat pintar. Sehingga apa yang dipelajari siswa yang hadir di kelas juga bisa diikuti oleh siswa lainnya yang belajar dari rumah," ungkapnya.
Lebih lanjut dijelaskannya, terkait perkembangan kasus Covid-19 di Kota Pontianak, menurut Edi, indikatornya bisa dilihat dari tingkat hunian fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas maupun fasilitas karantina pasien Covid-19.
"Untuk saat ini saja ketersediaan tempat tidur di rumah sakit masih bisa menampung pasien," imbuhnya. (*)