Makna Berbaik Sangka atau Husnuzzan dan Contoh Perilaku Berbaik Sangka dalam Islam

Artikel ini adalah kunci jawaban buku pendidikan agama islam dan budi pekerti kelas 6 pelajaran 8 senangnya berakhlak terpuji

Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Buku Agama Islam Kelas 6
Makna Berbaik Sangka atau Husnudzon dan Contoh Perilaku Berbaik Sangka dalam Islam. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Berbaik sangka atau dikenal juga dengan husnuzzan adalah menduga yang baik terhadap sesuatu.

Lawan kata berbaik sangka adalah berburuk sangka atau prasangka.

Husnuzzan atau berbaik sangka, tidak hanya berlaku kepada sesama manusia, namun juga kepada Allah SWT yang telah menciptakan kita.

Misalnya jika kita mendapat ujian hidup, kita harus berprasangka baik terhadap Allah SWT. Perlu diingat, bahwa prasangka negatif itu dosa.

Contohnya mencari-cari kesalahan orang lain dan bergunjing karena bergunjing diibaratkan seperti kita memakan daging saudaranya yang sudah mati.

Baca juga: Bacaan Doa Nabi Yunus Tatkala Berada dalam Perut Ikan, Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam Kelas 6

Allah SWT dalam Al Quran surah Al Hujurat ayat 12 berfirman:

 ”Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang."

Ayat ini mengingatkan kita agar menjauhi prasangka buruk, jangan mencari-cari kesalahan dan kejelekan orang lain.

Karena apa yang kita sangkakan belum tentu kebenarannya.

Di samping itu, diri kita belum tentu lebih baik dari orang yang kita jelek-jelekkan tersebut.

Contoh Perbuatan Berbaik Sangka

Setelah kita memahami makna berbaik sangka, marilah kita cermati contoh-contoh perilaku berbaik sangka berikut ini.

a. Tanpa curiga, Ahmad meminjamkan uang jajannya kepada Karim untuk membeli buku.

b. Kamila menerima peraturan orang tuanya untuk bangun pagi agar bisa salat subuh berjamaah dan membersihkan tempat tidur sendiri.

c. Karlina menerima aturan orang tuanya untuk mengikuti les privat mengaji di rumah, walaupun ia tidak keluar rumah setelah pulang sekolah.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved