BMKG: Cuaca Ekstrem di Kalbar Berpotensi Terjadi hingga Jumat 15 Januari 2021
Pantauan satelit cuaca pagi ini Rabu 14 Januari 2021 menunjukkan belum adanya pertumbuhan awan penghujan di sebagian besar wilayah Kab./Kota di Kalima
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran:
- Perahu Nelayan (Kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 m)
- Kapal Tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 m)
- Kapal Ferry (Kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 m)
- Kapal Ukuran Besar seperti Kapal Kargo/Kapal Pesiar (Kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0 m)
Stasiun Maritim Pontianak mengingatkan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.
Dampak ke Penerbangan
Cuaca ekstrem di Kalbar beberapa hari terakhir berdampak terhadap penerbangan.
Pendaratan pesawat penerbangan Lion Air dan Garuda dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta ke Bandara Internasional Supadio Pontianak dialihkan (divert) ke bandara lain, Rabu 13 Januari 2021.
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 684 dialihkan ke Bandara Hang Nadim Batam.
Sementara pesawat Garuda Indonesia, nomor penerbangan GA 504 dialihkan ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
Executive General Manager (EGM) Angkasa Pura II Pontianak, Eri Braliantoro mengatakan, pengalihan pendaratan tersebut karena faktor cuaca buruk.
“Hari ini, karena faktor cuaca, ada dua pesawat, Lion Air dan Garuda divert ke Batam dan Palembang,” kata Eri kepada wartawan, Rabu sore.
Menurut Eri, pengalihan pendaratan (divert) dan kembali ke bandara asal (return to base) merupakan hal yang lumrah dalam dunia penerbangan, karena mengutamakan faktor keselamatan.
“Tadi ada yang sempat landing, yakni Sriwijaya, karena cuacanya cerah sedikit, visibility-nya memenuhi standar, jadi landing,” jelas Eri.
Eri menjelaskan, data cuaca dunia penerbangan, mengacu pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Hasil dari BMKG tersebut akan diteruskan ke Air Traffic Controller (ATC) dan pilot. Sehingga mereka mengambil keputusan landing atau divert," ujar Eri. (*)