BMKG: Cuaca Ekstrem di Kalbar Berpotensi Terjadi hingga Jumat 15 Januari 2021
Pantauan satelit cuaca pagi ini Rabu 14 Januari 2021 menunjukkan belum adanya pertumbuhan awan penghujan di sebagian besar wilayah Kab./Kota di Kalima
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, KUBU RAYA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem di wilayah Kalimantan Barat (Kalbar).
Menurut BMKG, hujan sedang hingga lebat yang bisa disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat berpotensi terjadi di wilayah Kalbar pada Rabu dan Kamis 15 januari 2021.
''Waspadai dampak hujan lebat yang bisa memicu terjadinya genangan, banjir, longsor dan lainnya di wilayah yang biasa terjadi bencana tersebut,'' tulis akun Instagram BMKG Kalbar.
Masih dari sumber yang sama, berdasarkan pantauan citra radar cuaca 1 hari terakhir menunjukkan kondisi secara umum terjadi hujan di wilayah Kalbar.
Pantauan satelit cuaca pagi ini Rabu 14 Januari 2021 menunjukkan belum adanya pertumbuhan awan penghujan di sebagian besar wilayah Kab./Kota di Kalimantan Barat.
Baca juga: Puput Nastiti Devi Ungkap Alasan Bersedia Menikah dengan Ahok, Sempat Syok Ditembak BTP
Baca juga: Dokter Thalib: Jika Disuntik Vitamin C Presiden Jokowi Akan Teriak, Raffi Ahmad Pesan Tak Usah Takut
Prakiraan garis angin pada ketinggian 3.000feet mengindikasikan hari ini terdapat pola pusaran angin di sekitar Kalimantan Barat yang menyebabkan bertambahnya potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar Kalimantan Barat.
"Model potensi hujan mengindikasikan hingga 6 hari ke depan masih berpotensi hujan di wilayah Kalbar. Hujan intensitas sedang hingga lebat secara hampir merata diprakirakan terjadi pada tanggal 14 sampai 15 Januari 2021,'' demikian tulis pernyataan tersebut.
Sementara itu, Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku mulai 14-15 Januari 2021 pukul 07.00 WIB.
Menurut Stasiun Meteorologi Maritim Pontianak, terdapat tekanan rendah (1007 hPa) di Samudra Hindia Barat Daya Banten.
Sirkulasi udara teridentifkasi di Samudra Hindia barat Aceh.
Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara pada umumnya bergerak dari Utara - Timur dengan kecepatan angin berkisar 6 - 30 knot, sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan umunya bergerak dari Barat Daya - Barat Laut dengan kecepatan angin berkisar 5 - 25 knot.
Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, Perairan Kep. Anambas - Kep. Natuna, Perairan utara Sabang, Selat Malaka bagian utara, Laut Jawa, Perairan utara dan selatan Jawa. Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut.
Kondisi Laut
Tinggi gelombang 1,25 hingga 2,5 meter (sedang) berpeluang terjadi di wilayah berikut ini:
- Perairan Singkawang
- Perairan Selatan Pontianak
- Perairan Kepulauan Karimata
- Perairan Ketapang
- Perairan Kendawangan
Tinggi gelombang 2,5 - 4,0 meter (tinggi) berpeluang terjadi di wilayah berikut ini:
- Perairan Utara dan Selatan Kepulauan Anambas
- Perairan Barat Kep Natuna
- Perairan Selatan Kep Natuna - P Midai
- Laut Natuna
Tinggi gelombang 4,0 - 6,0 meter (sangat tinggi) berpeluang terjadi di wilayah berikut ini:
- Laut Natuna Utara
- Perairan Kep Subi - Kep Serasan
- Perairan Utara Kep Natuna
- Perairan Utara Sambas
Baca juga: Dokter Thalib: Jika Disuntik Vitamin C Presiden Jokowi Akan Teriak, Raffi Ahmad Pesan Tak Usah Takut
Baca juga: Jenazah Guru SMAN 1 Mempawah Agus Minarni Korban Sriwijaya Air SJ 182 Teridentifikasi Sidik Jari
Saran Keselamatan
Harap diperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran:
- Perahu Nelayan (Kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 m)
- Kapal Tongkang (Kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 m)
- Kapal Ferry (Kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 m)
- Kapal Ukuran Besar seperti Kapal Kargo/Kapal Pesiar (Kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0 m)
Stasiun Maritim Pontianak mengingatkan masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada.
Dampak ke Penerbangan
Cuaca ekstrem di Kalbar beberapa hari terakhir berdampak terhadap penerbangan.
Pendaratan pesawat penerbangan Lion Air dan Garuda dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta ke Bandara Internasional Supadio Pontianak dialihkan (divert) ke bandara lain, Rabu 13 Januari 2021.
Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 684 dialihkan ke Bandara Hang Nadim Batam.
Sementara pesawat Garuda Indonesia, nomor penerbangan GA 504 dialihkan ke Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang.
Executive General Manager (EGM) Angkasa Pura II Pontianak, Eri Braliantoro mengatakan, pengalihan pendaratan tersebut karena faktor cuaca buruk.
“Hari ini, karena faktor cuaca, ada dua pesawat, Lion Air dan Garuda divert ke Batam dan Palembang,” kata Eri kepada wartawan, Rabu sore.
Menurut Eri, pengalihan pendaratan (divert) dan kembali ke bandara asal (return to base) merupakan hal yang lumrah dalam dunia penerbangan, karena mengutamakan faktor keselamatan.
“Tadi ada yang sempat landing, yakni Sriwijaya, karena cuacanya cerah sedikit, visibility-nya memenuhi standar, jadi landing,” jelas Eri.
Eri menjelaskan, data cuaca dunia penerbangan, mengacu pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
"Hasil dari BMKG tersebut akan diteruskan ke Air Traffic Controller (ATC) dan pilot. Sehingga mereka mengambil keputusan landing atau divert," ujar Eri. (*)