10 Daerah di Kalbar Zona Oranye, Berikut Pernyataan Gubernur Sutarmidji
Terutama di Kota Pontianak, kalau dulu kasusnya meningkat karena tracingnya masif, tapi sekarang kasusnya sudah mulai turun
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - 10 dari 14 Kabupaten/Kota di Kalbar pada pekan ini berada pada zona oranye. Sementara empat daerah lainnya berada pada zona kuning.
Daerah-daerah yang zona oranye adalah Pontianak, Singkawang, Sambas, Bengkayang, Kapuas Hulu, Sekadau, Melawi, Sintang, Kubu Raya, dan Landak. Adapun daerah zona kuning adalah Sanggau, Ketapang, Mempawah, dan Kayong Utara.
Gubernur Kalimantan Barat H Sutarmidji mengatakan bahwa dirinya tidak ingin dalam penanganan Covid-19 ini daerah yang berada pada zona kuning namun semu.
Menurut Sutarmidji, zona kuning yang semu adalah daerah yang tidak memberikan gambaran sebenarnya tentang kondisinya. Pasalnya, daerah tersebut tidak memenuhi pemeriksaan sampel swab sesuai ketentuan.
Baca juga: 11 Daerah di Kalbar Zona Oranye, Sutarmidji Tegaskan Jangan Sampai Daerah Menyembunyikan Data
"Zona di Kalbar saya tidak mau semu seperti Kayong Utara, sebulan terakhir hanya mengirim tidak sampai 50 swab tapi sudah zona kuning, jadi zona kuningnya semu. Harusnya betul-betul mengirim sesuai target dan aturan," ujar Sutarmidji pada Kamis 7 Januari 2021.
Ia pastikan akan memberikan sanksi dengan tidak mentransfer dana bagi hasil kepada daerah yang zonanya semu. Tentu saja hal tersebut akan merugikan daerah tersebut.
Midji menyatakan keheranannya terhadap daerah yang enggan mengirimkan sampel swab ke provinsi untuk diperiksa. Padahal anggarannya sudah disiapkan oleh provinsi.
"Apa susahnya kirim swab ke provinsi, apa susah ambil swab kirim ke kita? Bahkan anggaran bukan menggunakan anggaran mereka. Bahkan swab untuk satu orang Rp 600 ribu, kita siapkan, bukan kabupaten yang bayar," tegas Sutarmidji.
Terkait dengan Kota Pontianak yang masih zona oranye, Sutarmidji optimis akan menjadi zona kuning. Bahkan bisa terus membaik menjadi zona hijau, karena Pontianak gencar melakukan razia dan uji swab.
"Kalau sekarang Bupati Bengkayang melakukan swab masif, kalau yang kecil Kayong Utara dan Ketapang nanti baru kaget kalau sudah kelabakan. Karena saya ikuti dan anlaisa terus," ujarnya.
Baca juga: Fatwa MUI Nyatakan Vaksin Sinovac Halal
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar dr Harisson mengatakan bahwa di Kalbar kasus konfirmasi sudah mulai menurun. Ia mencontohkan di Kota Pontianak, kasusnya sudah mulai bisa dikendalikan.
Kondisi ini terjadi karena seiring dengan masifnya razia yang dilakukan oleh Satgas Penanganan Covid-19 tingkat provinsi maupun Kota Pontianak.
"Kalbar sebenarnya sedang mengalami penurunan kasus Covid-19. Terutama di Kota Pontianak, kalau dulu kasusnya meningkat karena tracingnya masif, tapi sekarang kasusnya sudah mulai turun," katanya.
Libatkan Tokoh Masyarakat
Ketua DPC PPP Pontianak, Herman Hofi Munawar menanggapi terkait penanganan Covid-19 di Kota Pontianak yang saat ini masih berada pada zona oranye.
Herman Hofi Munawar, menilai Pemkot Pontianak sudah berupaya semaksimal mungkin untuk penanganan Covid-19.
Namun menurutnya terkadang daerah masih bingung karena kebijakan pemerintah yang suka berubah-ubah.
"Tapi akhir-akhir ini pemerintah sudah agak konsisten sehingga Kota Pontianak bisa membuat program penanganan Covid-19 lebih komprehensif yang juga melibatkan stake holder," ujarnya kepada Tribun, Jumat 8 Januari 2021.
Ia mengatakan dalam penanganan Covid-19 ini tentu membutuhkan kerja sama yang baik.
Walaupun pemerintah punya SOP sendiri, tapi tentu ada kekurangan dari SDM dan fasilitas yang ada selama ini.
"Dengan dilakukan tracing dan testing tentu terjadi peningkataan kasus, tapi Kota Pontianak memiliki tingkat kejujuran yang tinggi. Kalau cuma mau cari nama tidak perlu melakukan swab sehingga nampak bagus saja daerahnya," ungkapnya.
Herman mengatakan yang perlu ditingkatkan untuk penanganan Covid-19 di Kota Pontianak adalah harus berkordinasi dengan tokoh masyarakat. Karena selama ini tampak belum sinergi dengan program pemerintah.
Bahkan menurutnya, ada yang masih berpikir bahwa Covid -19 adalah sebuah permainan, padahal masalah ini sudah mendunia.
Jadi perlu ada pendekatan dengan para tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk turut mensosialisasikan kepada masyarakat dengan bahasa yang mereka masing-masing.
"Saya belum pernah melihat pemkot mengumpulkan tokoh masyarakat untuk penanganan Covid-19, karena ini sebenarnya sangat penting, tapi cari yang benar-benar tokoh masyarakat dan agama, jangan yang abal-abal," ujarnya.
Ia mengatakan kesannya pemerintah masih berjalan sendiri, belum begitu optimal melibatkan tokoh masyarakat. Padahal merekalah yang dekat dengan masyarakat.
"Kita harus betul-betul kompak bersama melawan wabah Covid-19," katanya.