11 Daerah di Kalbar Zona Oranye, Sutarmidji Tegaskan Jangan Sampai Daerah Menyembunyikan Data
Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji dengan tegas meminta daerah harus serius menangani COVID-19 jangan sampai menyemb
Penulis: Anggita Putri | Editor: Rivaldi Ade Musliadi
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Berdasarkan data yang dirilis Diskes Provinsi Kalbar per 20 Desember 2020 terkait zona resiko perkembangan COVID-19 di Kalbar terdapat 11 Daerah yang berada pada Zona Oranye dan 3 daerah berada di Zona kuning penyebaran COVID-19.
Adapun Daerah yang berada pada zona kuning yakni di Kabupaten Ketapang, Mempawah dan Sanggau.
Sementara untuk di Zona Oranye diurut dari nilai yang paling rendah yakni Kota Pontianak, Kubu Raya, Bengkayang , Sintang , Landak, Kota Singkawang, Kapuas Hulu, Sekadau dan Melawi.
Menanggapi kondisi tersebut, Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji dengan tegas meminta daerah harus serius menangani COVID-19 jangan sampai menyembunyikan data karena takut zona daerahnya berubah.
“Saya sudah bilang daerah harus serius, kalau sudah membludak nanti tidak tertangani dan duit pun habis untuk itu ,” ujarnya.
Ia mencontohkan apabila ada daerah yang berada di zona oranye jangan takut dan tidak apa-apa, tapi bagaimana membuat daerah tersebut bisa menjadi kuning bahkan hijau.
Baca juga: Orang Luar Masuk Kalbar Wajib Kantongi Hasil Rapid Test Antigen, Berikut Penegasan Sutarmidji
“Jangan takut kalau zona oranye, tapi bagaimana membuatnya menjadi zona kuning dan bahkan menjadi hijau. Dengan catatan data jangan disembunyikan karena takut perubahan zona,”tegasnya.
Ia menegaskan sekalipun zona merah tidak apa -apa, tapi ditangani jangan malah takut menangani yang akhirnya membludak dari zona kuning berubah hampir menjadi zona merah. Maka itu akan menjadi masalah.
“Kalau seperti Kota Pontianak , Landak, Kubu Raya memang keterjangkitan sekarang tinggi karena mereka melakukan swab yang banyak “jelasnya.
Namun itu terjadi dalam tatanan waktu tertentu yang akan menbuat kasus positif melonjak. Kemudian setelah itu dia akan mudah menangani dan melakukan evaluasi.
“Kalau tidak ada bahan gimana mau evaluasi. Kita anggap daerah kita bagus tahunya tidak,” ujarnya.
Ia mengatakan dalam penanganan COVID-19 harus tegas jangan pernah takut di protes orang , karena yang terpenting adalah kerja untuk masyarakat yang perlu diberikan keamaanan.
“Akan tetapi kalau tidak ada data, evaluasinya juga akan susah,” pungkasnya. (*)