Pemprov Kalbar Tunda Belajar Tatap Muka di Sekolah Awal Januari 2021, Berikut Penjelasan Sugeng
Apalagi kondisi saat ini hampir semua daerah masuk zona orange atau tingkat risiko sedang.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalbar, Sugeng menegaskan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat resmi menunda kegiatan belajar tatap muka pada 4 Januari 2021.
Menurut Sugeng, Pemprov masih melihat perkembangan kasus Covid-19 pasca libur Natal dan Tahun Baru.
Gubernur Sutarmidji selaku Ketua Satgas Covid-19 Kalbar masih ingin melihat situasi perkembangan penularan Covid-19 di daerah ini.
“Gubernur selaku Ketua Satgas Covid-19, masih ingin melihat (kondisi ke depan) selama liburan Natal dan Tahun Baru. Lihat tren penularan seperti apa baru kemudian diambil keputusan,” kata Sugeng, Selasa 29 Desember 2020.
Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan Pembelajaran Pada Semester Genap Tahun Ajaran dan Tahun Akademik 2020/2021 di Tengah Masa Pandemi, sekolah direncanakan mulai pada 4 Januari 2021.
Baca juga: Tunda Belajar Tatap Muka Awal Tahun 2021, Dr Aswandi sebut Tidak Masalah Kalau Harus ditunda
Pemerintah daerah dalam hal ini di Provinsi Kalbar yang memiliki kewenangan terkait Sekolah Menengah Atas dan sederajat masih akan melihat perkembangan zona risiko penularan Covid-19 pasca liburan.
Sugeng mengungkapkan, SKB empat menteri sifatnya hanya anjuran dan tidak wajib. Keputusan akhir dimulainya pembelajaran tatap muka tetap di tangan pemerintah daerah, melihat kondisi di daerah masing-masing.
Sugeng mengatakan, salah satu yang menjadi pertimbangan adalah peta risiko penularan Covid-19 se-Kalbar.
Apalagi kondisi saat ini hampir semua daerah masuk zona orange atau tingkat risiko sedang. Hanya ada tiga daerah di Kalbar yang berada di zona kuning atau tingkat risiko rendah.
“Setelah liburan, takutnya kalau langsung dibuka sekolah banyak kasus baru. Makanya Pak Gubernur melihat tren dulu, untuk perkembangan Covid-19. Jadi arahan gubernur, kami memang menunggu setelah liburan panjang ini. Kalau landai dan aman kami buka (sekolah),” jelasnya.
Ia mengatakan, untuk memastikan kapan dimulainya prsoses pembelajaran tatap muka ini butuh kehati-hatian.
“Apalagi saat ini mulai diberitakan ada jenis virus baru yang tingkat penularannya lebih cepat. Makanya perlu kehati-hatian. Kemungkinan tiap daerah beda-beda mulai sekolahnya Intinya lihat perkembangan setelah libur ini,” kata Sugeng.
Cegah Klaster Sekolah
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono juga memastikan akan melihat kondisi di lapangan terkait rencana belajar tatap muka di sekolah pada 4 Januari 2021.
Edi Kamtono mengatakan, pihaknya juga tak ingin terburu-buru mengambil langkah untuk memulai belajar tatap muka, karena ia tak menginginkan nantinya ada kluster sekolah.
"Kebijakan Kemendikbud membolehkan, tapi kami masih melihat kesiapan dulu, tidak buru-buru. Pastikan sarana prasarana siap, sekolah, orangtua, komite dan guru. Murid dirapid antigen nanti dipastikan sehat," paparnya.
Jika sudah dinyatakan siap dan aman dari Covid-19, jelas Edi, baru bisa dilakukan belajar tatap muka dan sekaligus simulasi terlebih dahulu.
"Istilahnya kita melihat dulu dan memonitor penyebaran Covid-19, karena kita utamakan kesehatan dan keamanan. Kalau seandainya hasil rapid non reaktif, baru bisa dimulai. Hharapannya jangan sampai ada kluster sekolah," kata Edi Kamtono.
Baca juga: Disdik Sintang Belum Putuskan Sekolah Tatap Muka Awal Januari 2021
Sejauh ini, Edi mengatakan di Kota Pontianak sudah siap untuk melaksanakan belajar tatap muka, namun demi memastikan keamanan dari bahayanya Covid-19. Pihaknya pun masib terus melihat perkembangan kasus Covid-19 di Pontianak.
Bahkan, kata Edi, pihaknya akan mengoptimalkan tim Satgas untuk menilai terkait kesiapan untuk belajar tatap muka nanti.
"Kuncinya kita demokratiflah dan sekolah siap dengan protokol kesehatan Covid-19 dan kita sudah melakukan simulasi pada September dan Agustus lancar-lancar saja. Artinya ini agar siswa juga bisa terbiasa dengan kehidupan kebiasaan baru dengan memakai masker, dan hidup bersih serta sehat," kata Edi Kamtono.
Ia juga khawatir jika siswa terus-menerus di rumah tanpa ada aktivitas apapun akan menimbulkan masalah baru.