WASPADA! Bisa Sebabkan Kerusakan Paru-paru, Risiko Masak Pakai Kayu Bakar | Setahun 4 Juta Kematian
Sekitar 3 miliar orang di seluruh dunia memasak dengan biomassa, sebagian besar berasal dari kayu.Ternyata memasak pakai kayu bakar berbahaya
Studi multidisiplin ini dipimpin oleh Eric A. Hoffman, Ph.D., di University of Iowa bekerja sama dengan para peneliti dari Institut Sains dan Teknologi Periyar Maniammai.
Para peneliti ini menyelidiki dampak polutan kompor pada 23 orang yang memasak dengan bahan bakar gas atau kayu cair biomassa di Thanjavur, India.
Udara terperangkap dalam paru-paru
Dalam studi tersebut, para peneliti mengukur konsentrasi polutan di rumah dan kemudian mempelajari fungsi paru-paru individu, menggunakan tes tradisional seperti spirometri.
Selanjutnya, dilakukan CT scan canggih untuk membuat pengkuran kuantitatif.
Misalnya mereka memperoleh satu pemindaian saat orang tersebut menghirup dan pemindaian lainnya setelah mereka menghembuskan napas.
Kemudian peneliti mengukur perbedaan antara gambar untuk melihat bagaimana fungsi paru-paru.
Berdasarkan analisis tersebut, mereka yang memasak dengan biomassa kayu terpapar polutan dan endotoksin bakteri dengan konsentrasi lebih tinggi dibandingkan yang menggunakan gas minyak cair.
Peneliti juga mengungkapkan mereka yang menggunakan biomassa kayu, memiliki tingkat air trapping yang jauh lebih tinggi di paru-paru.
Baca juga: Resep Kue Sus Enak , Renyah , Lembut , Mudah & Sederhana ! Resep Sus Bisa Tambah Vla Jagung & Lemon
Air trapping adalah kondisi terperangkapnya udara di dalam organ pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit paru-paru.
"Air trapping terjadi saat pertukaran udara di bagian paru-paru tidak terjadi secara efektif, jadi saat Anda menghirup udara, Anda tidak mendapatkan cukup oksigen ke wilayah itu dan menghilangkan karbondioksida," kata Dr Kizhakke Puliyakote.
Bagian di dalam paru-paru pada akhirnya yang mengalami air trapping akan menganggu pertukaran gas atau sirkulasi udara antara oksigen dan karbondioksida di dalam organ paru.
Para peneliti menemukan subset yang lebih kecil dari pengguna biomassa yang memiliki tingkat air trapping yang sangat tinggi dan mekanisme jaringan yang abnormal.
Pada sekitar sepertiga kelompok, lebih dari 50 persen udara yang mereka hirup terperangkap di paru-paru mereka.
"Peningkatan sensitivitas dalam subkelompok juga terlihat dalam studi lain pada perokok tembakau, dan mungkin ada dasar genetik yang membuat beberapa individu lebih rentan terhadap lingkungan mereka," jelas Dr. Kizhakke Puliyakote.