Ustadz Adi Hidayat Tanggapi Pernyataan Macron: Kalau Peci Tak Masuk Kepala, Jangan Disoal Kepalanya
Memulai pernyataannya, Ustadz Adi Hidayat mengatakan, kalau anda menemukan golongan orang beriman, tapi perbuatannya merusak dan yang berbahaya merusa
Penulis: Nasaruddin | Editor: Nasaruddin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Ustadz Adi Hidayat angkat suara terkait pernyataan presiden Perancis, Emmanuel Macron beberapa waktu terakhir yang menjadi sorotan umat Islam.
Memulai pernyataannya, Ustadz Adi Hidayat mengatakan, kalau anda menemukan golongan orang beriman, tapi perbuatannya merusak dan yang berbahaya merusak keislaman dirinya dan orang lain.
''Saya ambil contoh begini. Orang mulai ingin tampil baik, dengan nilai keislamannya. Dia mulai tahajud, dia mulai puasa, dia mulai ingin konsisten untuk bersedekah, dia mulai menghafal Quran, tiba-tiba datang seseorang berkata saya beriman, saya mukmin tapi menyoal itu semua,'' kata Ustadz Adi Hidayat.
''Kalau saya istilahkan di kekinian, itu terjadi virus atau pemikiran atau cara berfikir macronisme. Itu presiden Perancis itu Emmanuel Macron. Jadi sekarang ada penyakit Macronisme,'' ungkapnya.
UAH mengatakan Macronisme adalah menggeneralisir segala sesuatu perbuatan pada kelompok komunitas tertentu.
Baca juga: Jadwal MotoGP 2020 Hari Minggu 1 November 2020 Live Trans7 Tidak Ada, Ini Jadwal Moto GP Eropa 2020
''Kejadian kemarin di Perancis seperti kita ketahui bersama, ada tindak kekerasan karena kondisi tertentu dan kita tidak sepakat dengan semua jenis kekerasan,'' tegasnya.
''Silahkan diproses dengan segalanya. Hukum bisa berlaku dalam konteks keduniaan. Allah melihat dengan konteks yang lain,'' ujarnya.
Ustadz Adi Hidayat menegaskan, aemua jenis kekerasan kita tolak. Dudukkan masalah itu pada tempatnya.
''Tapi ingat kekerasan itu sifatnya bisa banyak. Bagi orang Islam, menghina Rasulullah SAW itu kekerasan yang sangat keji,'' tegasnya.
''Menggambarkan Nabi SAW lewat kartun, lewat sesuatu yang buruk itu kekerasan. Kekerasan itu ada verbal, ada kekerasan yang langsung, dengan gambar tertentu tindakan tertentu, bukan hanya fisik,'' kata UAH.
UAH menegaskan, bagi umat Islam, menghina Rasulullah SAW, menampilkan dengan tampilan yang buruk, gambarkah, itu kekerasan yang sangat melukai.
''Karena itu, tidak ada kebebasan mutlak. Semua diikat,'' katanya.
Tapi yang paling dahsyat adalah ketika satu pelaku melakukan perbuatan buruk, kemudian digeneralisir.
''Semua orang Islam punya masalah. Islam sedang krisis. Mungkin diri anda yang krisis. Cuman anda bawa-bawa orang Islam. Ini yang jadi persoalan,'' katanya.
''Jadi kalau pecinya nggak masuk ke kepala, jangan pernah disoal kepalanya. Jangan potong kepalanya. Pecinya yang diperbaiki. Jadi kalau ada satu yang salah, jangan digeneralisir,'' paparnya.
Baca juga: www.pln.co.id Gratis Token Pulsa Listrik November 2020 Klaim di WhatsApp & stimulus.pln.co.id