Human Interest Story
Kisah Inspiratif Pasien Corona di Sintang Pilih Terbuka Demi Dobrak Stigma Negatif
Pada hari Minggu, 18 Oktober 2020, Erni merasa khawatir ada yang tidak beres dalam tubuh. Akhirnya Erni mantap memutuskan untuk diswab.
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Zulkifli
Ada sekelebat rasa takut akan reaksi warga dengan keputusannya. Erni khawatir keluarganya dikucilkan atau disalahkan.
Namun, ternyata para tetangga dan warga bersikap sangat baik.
Melihat sikapnya yang terbuka, warga justru tak segan membantu jika membutuhkan sesuatu.
Senin pagi, gejala yang dialami Erni bertambah, penciuman sama sekali tidak berfungsi.
Begitu juga dengan indera pengecap. Batuk ringan juga menyertai.
Kontak erat terdekat pada Senin pagi diambil swab. Seperti, suami, dan anak sulung Erni.
Sekuatnya Erni menghadapi kenyataan terpapar corona, tetap saja kesedihan itu tak terbendung.
Air matanya tumpah tak kala mengemasi pakaian sebelum dijemput petugas Dinkes menggunakan mobil ambulance untuk menjalani isolasi di RSUD Ade M Djoen Sintang.
Pikiran liar berkecamuk. Erni membayangkan, bagaimana bila hari itu merupakan hari terkahir dirinya bertemu dengan anak dan suaminya.
"Air mata turun begitu saja saat mengemasi pakaian ke dalam tas.
Andai nanti meninggal, erarti ini adalah hari terakhir bertemu suami dan anak sulung. Bahkan, orang tua dan saudaraku pun sudah lama belum kujumpai," ungkap Erni.
Saat mobil ambulance datang, Erni berfikir akan banyak warga yang keluar dan bersikap heboh.
Ternyata tidak. Warga sangat baik. Erni dan bayinya pergi ke rumah sakit tanpa kehebohan.
"Di dalam ambulance menangis lagi, menatap tandu sambil memangku si kecil yang hanya diam saja," katanya.
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Erni merenung.
Mobil ambulance yang selalu membuatnya merinding setiap kali lewat dengan bunyi sirine itu kini Erni benar-benar berada di dalamnya. "Kali ini dalam keadaan hidup, bisa jadi lain kali dalam keadaan lain," lanjutnya.
Sampai di rumah sakit, ruangan isolasi sangat menyenangkan. Bersih, dengan fasilitas AC, TV, ranjang pasien, nakas berlaci tiga susun, dan kamar mandi yang nyaman.
Ada jendela kaca besar yang membentang menghadap ke halaman rumah sakit. Erni juga bisa melihat matahari terbit. Bahkan, gunung kelam juga tampak dari jendela.
"Makanan yang dihidangkan setiap tiga kali dalam sehari pun istimewa.
Meskipun lidah tak bisa merasa, tetapi kecukupan gizinya sangat baik. Mereka juga menyediakan makanan untuk anakku.
Perawat yang bertugas juga sangat ramah, meski wajah mereka selalu terbungkus APD.
Kudoakan semoga mereka selalu sehat dan dimurahkan rezeki karena harus berjuang merawat kami para pasien covid-19 meskipun resikonya tinggi," doa Erni.
Perasaan Erni kembali lega setelah mendengar kabar suami dan anak sulungnya negatif corona berdasarkan pemeriksaan RT-PCR.
"Namun, sesuai arahan dinas kesehatan, suami dan anak sulung tetap isolasi mandiri di rumah," katanya.
Baca juga: Kadisporapar Sekadau Harap Pemuda Menjadi Pelopor Menggunakan Masker
Perioritaskan Keselamatan Banyak Orang
Tak dipungkiri, stigma negatif kadung melekat terhadap pasien corona.
Banyak orang yang takut terbuka dan jujur dengan statusnya sebagai pasien terkonfirmasi positif covid 19.
Alasannya beragam, ada yang takut dengan stigma masyarakat. Takut dihujat, dijauhi dan segala macam.
Erni mengalami semua itu. Akan tetapi, Erni punya prinsip.
"Yang menjadi prioritasku adalah keselamatan banyak orang.
Bagaimana andai aku tetap diam saja tidak swab? Setiap hari aku keluar rumah dan pergi ke warung, kadang bergaul dengan tetangga.
Belum lagi suami dan anakku yang beraktivitas di luar rumah.
Bagaimana jika aku menularkan penyakit ini pada pemilik warung, kemudian dirumahnya ia kontak dengan anaknya, orang tuanya, pasangannya. Kemudian keluarganya kontak lagi dengan orang lain di luar sana.
Ada berapa banyak lagi yang harus tertular? Bagaimana jika salah satu dari mereka punya penyakit bawaan? Atau merupakan lansia yang rentan penyakit? Bagaimana jika salah satu dari orang yang kontak berantai denganku meninggal dunia? Berarti aku turut serta secara tidak langsung membunuh orang itu?," tulisnya.
Menurut Erni, jika ada gejala atau kontak dengan pasien positif jangan panik.
Tetap tenang, dan segera swab. Jika terkonfirmasi positif covid 19, jangan takut.
"Asal segera ditangani insya Allah semuanya baik-baik saja. Ikuti arahan dokter dan perawat. Makan makanan bergizi dan olahraga teratur, minum obat dan jangan lupa berdoa, serta tawakkal," sarannya.
Keputusan Erni terbuka dengan status terkonfirmasi corona menerima banyak respon dari berbagai kalangan.
Bahkan pertama kali Erni posting di medsos bahwa dia positif ada yg memintanya menghapus status saya itu. Karena takut akan stigma masyarakat takut dihujat dijauhi.
"Saya terbuka ke publik karena saya melihat banyak yang meragukan bahwa covid 19 benar ada, mereka chat saya dan merasa ragu," kata Erni.
Erni merasa kesal dengan isu yang berkembang di luar, seperti konpirasi dan lain sebagainya.
"Ada yang berpikir bahwa pasien covid disogok, ada yang berpikir konspirasi, ada yang berpikir rekayasa rumah sakit.
Terus terang saya cukup kesal dengan fenomena itu. Sangat tidak adil untuk para tenaga medis, para medis dan semua org yg sedang berjuang melawan covid.
Apalagi banyak korban yg sudah berjatuhan, dan banyak diantaranya adalah perawat dan dokter," ungkap Erni.
Motivasi Erni menulis pengalamanannya terpapar Covid-19 selain demi keselamatan banyak orang, juga karena Erni juga merasa punya kewajiban mengedukasi masyarakat, setidaknya melalui sebuah tulisan.
"Saya memang seorang penulis amatir. saya merasa punya kewajiban untuk mengedukasi masyarakat setidaknya melalui cara seperti ini ada banyak orang yang membaca dan terbuka pikirannya," harapnya.
Tulisan Erni Susanti viral di media sosial. Doa mengalir dari untuk kesembuhan Erni.
Diapresiasi Pemerintah, Harap Pengalaman Erni Dibaca Masyarakat Indonesia Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh mengapresiasi dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Erni Susanti. Menurut Sinto, masih banyak orang di luar sana yang masih belum percaya dengan adanya corona, bahkan menganggap Pandemi covi-19 sebagai konspirasi.
“Atas nama Dinkes, rumah sakit dan Pemkab Sintang berterima kasih dengan Bu Erni. Ini pelajaran yang sangat berharga. Semoga seluruh mayarakat sintang bahkan Indoensia bisa membaca postingan Bu Erni,” harap Sinto.
Sinto menyebut, kesadaran masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan masih rendah. Oleh sebab itu, dengan adanya postingan Erni, Sinto berharap masyarakat semakin disiplin menerapkan protokol kesehatan.
“Tidak ada kita meng-covikan pasien. Ini memang kenyataan yang kita hadapi saat ini. Kami berharap semoga beliau cepat sembuh,” doa Sinto.
Dominasi Kluster Keluarga
Trend penambahan kasus konfirmasi corona baru meningkat beberapa pekan terkahir di Kabupaten Sintang. Data terbaru, kasus konfirmasi di Kabupaten Sintang mencapai 202 orang, 132 orang sembuh.
Masih ada 70 pasien corona yang dirawat di RSUD Ade M Djoen Sintang, satu di antaranya Erni.
Baca juga: Cegah Covid-19, Sat Lantas Polres Kapuas Hulu Berikan Pelayanan Sesuai Protokol Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Harysinto Linoh menyebut kluster keluarga patut diantisipasi masyarakat.
Sebab penambahan kasus baru beberapa hari terakhir didominasi dari kluster keluarga
"Klaster keluarga memang harus diantisipasi. Karena sekarang lebih banyak kluster keluarga. Sebagian besar, 90 persen," ujar Sinto.
Trend kluster keluarga tidak hanya terjadi di Sintang, tapi juga di daerah lain. Kerjasama dan keterbukaan masyarakat menjadi kunci penting dalam memutus mata rantai kluster keluarga.
"Kita berusaha sebaik-baiknya, untuk mengurus bukan cuma kluster keluarga, tapi semuanya.
Yang penting orang ini siap untuk melaporkan diri kalau mereka sudah ada gejala, jangan diam saja.
Sudah ada gejala dia ngurung diri di rumah, tapi gak ngomong, akibatnya kena ke keluarga yang lain," ungkap Sinto.
Menurut Sinto, satu-satunya cara untuk mengantisipasi kluster kesehatan itu dengan displin menerapkan protokol kesehatan, baik ketika keluar rumah dan pulang ke rumah.
"Memang satu-satunya cara antisipasi ya menerapkan protokol kesehatan. Pakai masker, jaga jarak sering cuci tangan, makan makanan bergizi.
Abis keluar, pulang ke rumah cuci tangan mandi ganti baju. Diluar rumah pakai masker," jelasnya.
Peningkatan kasus corona di Kabupaten Sintang kata Sinto luar biasa.
Oleh sebab itu, masyarakat harus benar-benar menerapkan protokol kesehatan.
"Kalau semua sudah menerapkan itu, yakinlah jumlah kasus pasti turun, itu saja," tegasnya.
Penjabat Sementara Bupati, Florentinus Anum mengatakan di Kabupaten Sintang saat ini banyak yang berasal dari keluarga.
Ia pun berharap Satgas gencar melakukan sosialisasi protokol kesehatan keluarga.
“Satgas kedepannya harus lebih gencar memutus mata rantai penularan covid.
Masyarakat harus patuh protokol kesehatan umum dan keluarga. Protokol kesehatan harus diterapkan disetiap lini,” harap Anum.
Anum berpesan, jika ada satu anggota keluarga yang bergejala, datangi puskemas atau fasilitas kesehatan terdekat agar segera diperiksa sebagai upaya deteksi dini.
“Jaga anggota keluarga yang rentan, misalnya orang tua dengan penyakit bawaan.
Laksanakan protokol kesehatan dalam keluarga. Ketika pulang dari luar, pastikan tidak membawa virus dalam keluarga, segera mengganti pakaian atau mandi dan harus menjaga kebersihan lingkungan,” pesannya.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 dr Reisa Brotoasmoro menyampaikan ada 4 hal yang harus diperhatikan guna pencegahan corona kluster keluarga. Pertama, protokol kesehatan keluarga secara umum.
Seperti, cara pemakaian masker dengan benar, cara melindungi anggota keluarga yang rentan atau berisiko tinggi.
Kedua, protokol kesehatan ketika ada anggota keluarga yang terpapar.
Jika terjadi, pihak mana yang harus dihubungi untuk mendapatkan pertolongan segera, bagaimana proses karantina, atau isolasi mandirinya.
Ketiga, protokol kesehatan keluarga ketika beraktivitas di luar rumah.
"Nah ini penting. Cara membersihkan diri sebelum berinteraksi dengan anggota keluarga di rumah.
Memastikan kita tidak membawa pulang virus masuk ke dalam rumah, dari pakaian ataupun barang-barang bawaan kita," lanjut Reisa seperti rilis yang diterima Tribun Pontianak.
Keempat, protokol kesehatan di lingkungan sekitar tempat tinggal, ketika ada warga yang terpapar.
Bagaimana tanggungjawab sosial sebagai anggota masyarakat, dilingkungan rumah juga penting. Dari mulai menjaga kebersihan lingkungan sampai dengan tidak memberikan stigma negatif kepada tetangga yang terkonfirmasi positif Covid-19. "Mereka (positif) justru yang harus dibantu," katanya.
Protokol ini dijelaskan Reisa untuk menekan penularan Covid-19 di lingkungan klaster keluarga yang sangat tinggi. Karena potensi tinggi penularan klaster keluarga bisa datang dari orang terdekat yang menjadi carrier atau pembawa virus.
Penularan dari orang terdekat ini bisa berakibat fatal bagi anggota keluarga yang sudah lanjut usia dan memiliki penyakit penyerta.