Ahli Epidemiologi Sarankan Pemerintah Tidak Terburu-buru Soal Vaksin Covid-19
Hal itu dikatakannya, lantaran seharusnya pemerintah memberikan apresiasi yang baik apa yang sedang dikembangkan oleh putra-putri terbaik bangsa
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Zulkifli
Laporan wartawan Tribun Pontianak Muhammad Rokib
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Ahli Epidemiologi sekaligus ketua tim kajian ilmiah Covid-19 Poltekkes Kemenkes Pontianak dan Ketua Muhmamadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Kalbar, Dr. Malik Saepudin SKM,M.Kes menyarankan sudah seharusnya Pemprov Kalbar mengambil bagian untuk ikut berpartisipasi memberikan saran dan masukan yang baik, agar pengadaan vaksin Covid-19 benar-benar mempertimbangkan dua hal yaitu efektivitas dan keamanan harus 100%, serta dengan memperhatikan track record dan hasil risetnya, sebelum menentukan vaksin mana yang akan dipilih.
Disarankannya juga, agar pemerintah tidak terburu-buru untuk memberlakukan vaksin Corona.
"Sebaiknya menunggu hingga uji fase ke- 3 benar-benar dinyatakan selesai, dan membuktikan tingkat kemanan baik.
Hal ini demi keamanan masyarakat di wilayah Indonesia khususnya masyarakat di Provinsi Kalimantan Barat," jelasnya, Sabtu 17 Oktober 2020.
Hal itu dikatakannya, lantaran seharusnya pemerintah memberikan apresiasi yang baik apa yang sedang dikembangkan oleh putra-putri terbaik bangsa Indonesia, yang diberi nama vaksin Merah Putih.
Vaksin merah putih tersebut diungkapkannya paling cepat produksi massal pada kuartal III-2021 setalah menyelesaikan uji klinis fase tiga dan mendapatkan izin dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Baca juga: Cegah Penyebaran Covid-19 Masuk Indonesia, PMI Dari Malaysia Ikut Rapid Test
Lebih lanjut dijelaskannya, keunggulan vaksin made In dalam negeri ini adalah vaksin yang dikembangkan dengan menggunakan isolat virus yang bertransmisi di Indonesia.
Sedikitnya disebutkan Dt Malik ada enam jenis vaksin Covid-19 Merah Putih yang sedang dikembangkan.
Enam jenis vaksin tersebut diantaranya,
Pertama, Lembaga Biologi Moleculer (LBM) Eijkman Institute dengan metode protein recombinat atau mengambil beberapa bagian virus Covid-19 untuk menciptakan vaksin.
Kedua, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan vaksin dengan metode protein recombinant.
Ketiga, Universitas Gajah Mada (UGM) dengan metode protein recombinant.
Keempat, Universitas Airlangga dengan metode adenovirus atau menggunakan virus flu biasa yang dilemahkan untuk membentuk spike protein dalam tubuh guna menciptakan kekebalan.
Kelima, Institute Teknologi Bandung (ITB) dengan metode adenovirus.
Keenam, Universitas Indonesia (UI) dengan menggunakan metode menyuntikan DNA virus corona ke tubuh untuk memicu respons kekebalan, dan VLP atau metode menggabungkan protein struktur virus utama sebagai vaksin.
"Jika Vaksin akan diterapkan dalam waktu dekat ini, maka perlu dipersiapkan dengan baik, termasuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa sambil menunggu vaksin, maka tetap menjalankan protokol kesehatan, kerena hasil penelitian, pelaksanaan protokol kesehatan dapat melindungi masyarakat 80% dari penularan Covid-19," saran Malik.
Selain itu, Malik menjelaskan yang perlu dipersiapkan terhadap pengelolaan vaksin yang baik di tingkat pelaksana/puskesmas terutama pengelolaan rantai dingin.
Keberhasilan program imunisasi, lanjutnya, tidak bisa dipisahkan dari ketersediaan rantai dingin (cold chain) hingga ke Puskesmas agar mampu menjaga, serta menjamin kualitas vaksin covid-19 yang diberikan kepada sasaran.
Baca juga: Umumkan Tambahan Satu Kasus Konfirmasi Covid-19 di Sambas
"Rantai dingin atau cold chain terdiri dari lemari es dan freeze untuk menyimpan vaksin, dan termos (vaksin carrier) untuk membawa vaksin ke tempat pelayanan imunisasi, terutama untuk kegiatan di luar gedung atau lapangan.
Dengan rantai dingin yang standar kualitasnya baik, kualitas vaksin yang diberikan akan tetap terjaga," kata Malik.
Ia berharap dengan adanya vaksin nantinya bisa mempercepat pemutusan wabah virus corona yang melanda dunia dan Indonesia khususnya.
"Semoga setelah ada vaksin covid-19 akan dapat mempercepat terbentuknya herd immunity dan akhirnya corona pergi dan tak akan pernah datang kembali," ucapnya.