Bom Bunuh Diri Filipina Tewaskan 14 Orang Diduga Pelaku Perempuan WNI & Istri Pelaku Pertama di 2019
Korban terdiri tentara dan warga sipil, kejadian ini cukup mengguncang masyarakat sekitar sebab kejadian bukan pertama kalinya
“Ledakan pertama kemungkinan aksi bom bunuh diri,” kata Komandan Satuan Tugas Regional, Brigadir Jenderal William Gonzalez.
Sejauh ini, belum ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas ledakan di Jolo yang juga jadi satu di antara markas kelompok teror Abu Sayyaf.
Abu Sayyaf beserta pengikutnya telah menyatakan kesetiaan terhadap organisasi garis keras Islamic State (IS).
Kelompok Abu Sayyaf juga dinilai bertanggung jawab terhadap enam aksi bom bunuh diri, insiden yang cukup banyak terjadi di Filipina.
Presiden Filipina Rodriguez Duterte telah membentuk satuan khusus infanteri di Kepulauan Sulu demi menghentikan aksi teror kelompok Abu Sayyaf.
Kelompok itu tidak hanya dikenal dengan aksi bom bunuh diri, tetapi juga penculikan dan pemenggalan kepala.
Presiden Duterte tidak menyinggung dua ledakan itu pada sambutannya, Selasa.
Kepala Staf Angkatan Darat, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, mengatakan pemberlakuan kembali UU Darurat Militer di Sulu dapat membantu aparat mengisolasi wilayah dan melacak jaringan Abu Sayyaf.
UU Darurat Militer di kawasan Mindanao telah dicabut oleh pemerintah pada akhir tahun lalu setelah berlaku selama 2,5 tahun untuk memerangi ekstremis yang sempat mengambil alih Kota Marawi.
Kepulauan Sulu merupakan bagian dari Mindanao.
“Situasi saat ini mengharuskan, menuntut, (untuk memberlakukan kembali UU Darurat Militer) karena insiden belum lama ini mengorbankan banyak jiwa, (UU itu) diberlakukan demi membantu aparat mengawasi penduduk,” terang Letnan Gonzalez.
Menurutnya, penetapan kembali UU Darurat Militer merupakan keputusan yang bijak. (*)