Setubuhi Lalu Jual Anak di Bawah Umur Rp 1,2 Juta di Pontianak, Seorang Pemuda Ditangkap Polisi

Tersangka telah melakukan hubungan badan layaknya suami istri, terhadap korban sebut saja bunga. Kemudian tersangka menjual korban kepada laki-laki.

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Tersangka. 

Jurnalis Tribun Pontianak Ferryanto berkesempatan menemui satu di antara anak yang terjun ke dalam dunia hitam prostitusi tersebut.

Anak berinisial C (15) yang ditemui ini baru duduk di kelas 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Pontianak.

C menceritakan bahwa ia telah terjerumus sindikat prostitusi Pontianak sejak 2 tahun silam.

Saat itu masih duduk di kelas 6 bangku sekolah dasar (SD).

Ketika ditemui Jurnalis Tribun Pontianak Ferryanto di rumah aman, kantung matanya terlihat jelas.

Menandakan ia kurang tidur.

C memberi pengakuan bagaimana ia terjerumus sindikat prostitusi Pontianak.

Faktor Ekonomi

Berawal dari faktor ekonomi, anak ke 7 dari 8 bersaudara ini menikmati dengan banyaknya uang yang ia dapat dengan cara singkat.

Alhasil, ia pun terlena dengan jutaan rupiah yang bisa didapat tiap malamnya dari melayani pria-pria hidung belang di berbagai hotel yang ada di Kota Pontianak.

Terjerumusnya ia ke salam bisnis kelam ini berawal dari perkenalan dengan seorang pria berinisial E.

E menawarinya pekerjaan dengan imbalan uang yang besar.

Karena kekurangan ekonomi, C pun mengikuti tawaran E.

E lalu menawarkan C pada seorang pria hidung belang yang sudah berusia lanjut dengan bayaran kencan sebesar Rp 600 ribu rupiah.

‘’Pertama itu takut, gemetar tulang ni, dan itu saya bilang, ya udah langsung aja lah bang. Pas berhubugan pertama kali itu, saya tutup wajah pakai bantal,’’ ungkapnya.

Malam itu C melayani 2 pria sekaligus di 2 hotel yang berbeda.

C mendapatkan imbalan Rp 1,2 juta, dimana Rp 200 ribu rupiah kemudian ia berikan kepada E sebagai imbalan mengantarkannya ke hotel.

‘’Kalau sekarang itu pasang harga itu Rp 800 ribu, tapi kan nego-nego, rata-rata Rp 600 ribu untuk sekali kencan kadang semalam itu 2 tamu, 3 tamu, tapi kalau lagi capek 1 tamu aja,’’ cerita C.

Menjalani bisnis prostitusi memberi keuntungan ekonomi yang besar bagi C.

Dalam sebulan, rupiah didapatkannya menyentuh hingga angka puluhan juta rupiah.

Namun uang tersebut tak sepeser pun C berikan kepada orangtuanya untuk membantu perekonomian keluarga.

Seluruhnya C gunakan untuk bersenang- senang dan memenuhi keinginannya.

C beralasan, uang tersebut dari pekerjaan haram.

Oleh sebab itu ia enggan memberikan uang tersebut pada keluarganya.

Tak jarang kedua orangtuanya mempertanyakan dari mana ia mendapatkan uang sebanyak itu.

Namun dengan berbagai alasan ia pun behasil mengelabui ayah dan ibunya.

‘’Biasanya kalau ditanya uangnya dari mana, saya jawab dari pacar,’’ tuturnya.

Derita Sipilis

Setelah lebih dari setahun menjalani kehidupan sebagai penjaja kenikmatan bagi pria hidung belang, 3 hari setelah hari raya Idul Fitri, C mulai merasa keanehan pada tubuhnya.

C mendadak demam dan tubuhnya lemas.

Selain itu, ia merasakan sakit yang luar biasa ketika ia buang air kecil.

Kemudian bagian paha dan alat kelaminnya terdapat benjolan yang membuatnya tak bisa berjalan normal.

Sejak akhir Mei 2020, C telah merasakan sakit dibagian alat vitalnya.

Terdapat benjolan-benjolan nanah di bagian alat vitalnya, membuatnya merasa sakit yang luar biasa, dan sering mengalami demam akibatnya.

‘’Ada di bagian paha, lalu di dalam. Yang di paha itu waktu itu sampai bengkak besar, sampai ndak bisa jalan. Kalau pun jalan itu terlihat mengangkang,’’ ungkap C.

Menyadari sang putri sakit, ibu C lantas memeriksakan dirinya pada dokter.

Betapa terkejut sang ibu, ketika dokter menyatakan sang anak menderita sipilis yang disebabkan seringnya berganti-ganti pasangan seksual.

"Kaget ibu, nangis-nangis pas dokter bilang itu. Ditanya, saya jawab gara-gara itu, 2 minggu lebih sakitnya,’’ ungkap C.

Selama ia sakit itu, sang ibulah yang setia merawatnya hingga hampir pulih.

Namun belum pulih sepenuhnya, ia malah kembali menerima tamu.

Sampai akhirnya ia terlibat cekcok dengan orangtuanya.

C lalu kembali kabur dari rumahnya selama beberapa minggu.

Atas hal itu, orangtuanya pun melapor ke pihak berwajib untuk mencari sang putri.

Akhirnya petugas berhasil menemukannya yang kemudian terbongkar lah sindikat prostitusi anak di Kota Pontianak.

Modus Germo

Terkuak fakta 77 anak gadis Pontianak di bawah umur terlibat sindikat prostitusi.

Dua anak masih duduk di Sekolah Dasar (SD), 61 anak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 14 anak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).

Dari jumlah 77 anak gadis Pontianak di bawah umur yang terlibat sindikat prostitusi itu, ada di antaranya yang hamil, mengidap HIV dan sipilis.

Data 77 anak gadis Pontianak di bawah umur terlibat sindikat prostitusi diungkapkan Ketua Yayasan Nanda Dian Nusantara (YNDN), Devi Tiomana.

Data 77 anak gadis Pontianak di bawah umur terlibat sindikat prostitusi tersebut tercatat sejak Januari hingga Juni 2020.

Akibatnya Devi merasa khawatir dengan masa depan anak-anak di Kota Pontianak dengan terkuaknya banyak kasus prostitusi anak di Kota Pontianak.

Devi mengungkapkan modus yang digunakan para germo atau pelaku penjaja prostitusi anak ini menjerat korbannya yang masih belia dengan modus pacaran.

Setelah berhasil memacari para korbannya yang masih lugu, dengan berbagai bujuk rayu pelaku pun memperdaya korban agar mau melayani pria hidung belang.

Pelaku memanfaatkan aplikasi media sosial Me Chat.

Para germo ini mencari pria hidung belang yang tertarik menikmati tubuh anak gadis Pontianak di bawah umur yang masih belia.

“Hal yang membuat kita prihatin, pelaku yang menjerat korbannya untuk disajikan pada pria hidung belang ini juga masih belia dan berstatus pelajar," kata Devi, Sabtu (25/7/2020).

"Tidak hanya sebatas menjual, korbannya juga harus menjadi pemuas syahwat para pelaku,’’ ungkapnya menguak modus para germo anak gadis Pontianak di bawah umur yang terlibat sindikat prostitusi.

Devi menguak fakta para germo yang kebanyakan juga masih belia ini sangat paham memilih tempat agar sulit tersentuh aparat penegak hukum.

Mereka memanfaatkan hotel-hotel berbintang di Kota Pontianak.

Para pelaku prostitusi anak ini berhasil luput dari pantauan petugas penegak hukum.

Dari pengakuan para gadis yang dibina olehnya, para pelaku ini selalu berpindah-pindah hotel.

Pada setiap hotel mereka selalu memesan lebih dari 1 kamar.

Satu digunakan untuk lokasi berkumpul, lainnya digunakan untuk melayani tamu.

Raup Jutaan Rupiah Dalam Sehari

Pendapatan dari bisnis esek-esek ini pun sunggung mencengangkan.

Dalam satu hari, jutaan rupiah berhasil di kumpulkan para pelaku.

Tak tanggung-tanggung, satu korban bisa menghasilkan uang Rp 3 jutaan perhari.

Mereka bisa menjadi tamu hotel selama berminggu-minggu untuk kemudian check in kembali di hotel besar lainnya.

“jaringan yang terbongkar kali ini baru sebagian dari jaringan prostitusi pelajar Kota Pontianak," tutur Devi.

"Masih banyak lagi jaringan lain dan melibatkan pelajar disebagian besar SMP Negeri di kota ini,’’ ungkapnya.

Devi berharap pemerintah bisa ikut berperan menanggulangi kasus ini secara intensif.

Pada 24 Juli merupakan peringatan Hari Anak Nasional (HAN).

Namun terkuaknya kasus prostitusi oleh Polresta Pontianak menambah panjang daftar kelam kota ini.

“Ini sebagai tolok ukur mengkaji ulang berbagai kebijakan terkait Kota Layak Anak untuk memperbaiki status dan peringkatnya," sebut Devi.

"Peringatan HAN kali ini juga harus dijadikan sebagai momentumnya semua orangtua dan keluarga untuk menjadikan rumah masing-masing sebagai tempat paling aman dan nyaman untuk anak. Sehingga anak-anak tidak berada di luar rumah dan terlibat berbagai kasus kriminal,’’ harapnya. (*)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved