Pemkab Sintang Akan Buat Percontohan Buka Lahan Tanpa Dibakar
Jarot menyatakan setelah membatasi dan mengendalikan kegiatan membakar ladang, ke depan Pemkab Sintang akan mulai melakukan sosialisasi
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Zulkifli
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, SINTANG - Bupati Sintang Jarot Winarno menyebut masyarakat Sintang masih sulit untuk menerapkan membuka lahan dengan tidak membakar seperti menggunakan alat berat karena lokasi ladangnya biasanya di bukit.
“Tetapi kami akan membuat percontohan buka lahan tanpa bakar.
Kami juga mendorong pekerjaan dan sumber mata pencaharian dari alam,” ungkap Jarot.
Jarot menyatakan setelah membatasi dan mengendalikan kegiatan membakar ladang, ke depan Pemkab Sintang akan mulai melakukan sosialisasi tata cara membuka lahan tanpa membakar.
“Saat ini kami hanya memperbolehkan warga membuka lahan untuk berladang dan menanam komoditas lokal saja seperti padi dan sayur sayuran.
Kalau mereka buka lahan dengan membakar lalu untuk menanam sawit dan lada, tetap akan ditangkap.
Satu hari dalam satu desa hanya boleh membakar lahan untuk ladang hanya boleh 20 hektar saja dan dilakukan secara bergotong royong dan sekat api sehingga bakar selesai langsung padam dan kita bukan mengontrol bakar ladangnya tetapi mengendalikan dampak akibat asap ini,” jelas Jarot.
• Camat Ketungau Hulu Beberkan Kondisi Perbatasan di Sintang, Kala Siang Jaringan Komunikasi Lumpuh
• Transisi New Normal, Polres Sintang Terus Awasi Penerapan Protokol Kesehatan
Menurut Jarot, di Kabupaten Sintang sudah 28 desa yang diberikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia dana 15 juta per desa untuk membuat dan menjalankan program mengendalikan kebakaran hutan.
Terpilih 6 desa terbaik dan mendapatkan dana tambahan total 150 juta.
“6 desa ini berhasil membuat dan melaksanakan program pengendalian karhutla.
Salah satunya Desa Sungai Areh yang tetap membakar ladang tetapi mampu mereka kendalikan dengan tata kelola yang baik,” ungkapnya.
Di Kabupaten Sintang kata Jarot, ada 34 ribu kawasan gambut tersebar di Kecamatan Sintang, Binjai Hulu dan Ketungau Hilir.
Namun kasus kebakaran lahan yang sulit dipadamkan itu terjadi di Sintang, Kelam Permai dan Binjai Hulu.
“Kami saat ini sudah membangun 6 embung besar di 6 lokasi yang selama ini sudah sering terjadi kebakaran hutan sehingga nanti kalau terjadi kebakaran kita akan punya sumber air yang cukup untuk memadamkan api.
6 embung inipun kami anggap masih kurang.
Kalau ada dana akan kami tambah,” jelasnya.
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak