Mendikbud Nadiem Makarim Sebut Pembelajaran Jarak Jauh Bisa Dipermanenkan, Pengamat Ungkap Dampaknya
Ia menyebutkan, pemanfaatan teknologi memberi kesempatan kepada sekolah melakukan berbagai modeling kegiatan belajar.
"Kalau seperti itu yang dimaksudkan dengan hybrid model, maka itu cocok untuk murid-murid SMA yang masa lalu masuk kategori favorit sehingga fasilitas sekolah cukup, fasilitas pribadi (laptop, WIFI) pun ada," kata Darmaningtyas, saat dihubungi secara terpisah, Jumat.
"Tapi kalau untuk semua jenjang pendidikan, tentu Mas Nadiem ini tidak mengerti pendidikan," lanjut dia.
Darmaningtyas mengatakan, dunia pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan semata, tetapi juga keterampilan dan nilai atau value yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan karakter.
Hybrid model, menurut Darmaningtyas, hanya cocok untuk transfer pengetahuan, tetapi tidak cocok untuk transfer keterampilan dan transfer nilai.
"Pendidikan karakter itu bukan hanya pengetahuan saja, tapi teladan perilaku. Gerak tubuh murid saat diterangkan oleh guru, bagaimana cara murid menyapa guru, bergaul dengan sesamanya, pilihan kata-katanya dalam pergaulan. Semua itu dapat dipakai sebagai sarana melihat murid itu memiliki karakter tidak," papar dia.
Relasi sosial ini sangat penting untuk meniti karier maupun usaha setelah tamat dari sekolah.
"Kalau anak-anak sejak kecil sudah dikungkung di rumah dan belajar mandiri, selain akan melahirkan sikap yang individualis, juga akan melahirkan keterasingan di masa mendatang karena anak-anak tidak memiliki relasi sosial yang mereka butuhkan. Inilah sebetulnya bahaya dari pembelajaran jarak jauh secara permanen," kata Darmaningtyas.