Dinas Kesehatan Kalbar Ungkap 2 Obat untuk Pasien Covid-19, Waspadai Efek Samping Dexamethasone

Obat ini biasa digunakan untuk meredakan peradangan dan reaksi alergi berupa gatal-gatal di kulit, dermatitis, asma bronkhial, dan sebagainya

Penulis: Anggita Putri | Editor: Arief
SHUTTERSTOCK/MAXIM ERMOLENKO
Dinas Kesehatan Kalbar Ungkap 2 Obat untuk Pasien Covid-19, Waspadai Efek Samping Dexamethasone 

Dinas Kesehatan Kalbar Ungkap 2 Obat untuk Pasien Covid-19, Waspadai Efek Samping Dexamethasone

PONTIANAK - Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Kalimantan Barat Harisson menegaskan bahwa dexamethasone bukanlah obat untuk menyembuhkan Covid-19. Dari ratusan kasus Covid-19 di Kalbar, tidak satupun pengobatannya menggunakan dexamethasone.

"Di Kalbar kita tidak menggunakan obat dexamethason untuk menyembuhkan pasien (Covid-19). Jadi tidak benar atau belum ada bukti ilmiah yang sahih bahwa dexamethason dapat menyembuhkan pasien Covid-19," kata Harisson saat diwawancarai Tribun, Minggu (28/6/2020).

Pernyataan Harisson ini sebagai tanggapan atas informasi yang beredar kalau dexamethasone yang merupakan obat antiradang, diklaim efektif untuk mengobati pasien Covid-19 dalam kondisi kritis.

Ia mengatakan bahwa dexamethasone adalah satu di antara obat anti inflamasi (anti peradangan) golongan kortikosteroid yang berperan dalam mengurangi atau menekan proses peradangan dan alergi yang terjadi pada tubuh.

Pada tingkat molekular, diduga glukokortikoid mempengaruhi sintesa protein pada proses transkripsi RNA.

"Obat ini biasa digunakan untuk meredakan peradangan dan reaksi alergi berupa gatal-gatal di kulit, dermatitis, asma bronkhial, dan sebagainya," jelasnya.

Dexamethasone punya efek samping yang biasanya terjadi pada penggunaan untuk jangka panjang, yaitu lebih dari 2-3 bulan.

Obat kortikosteroid pada umumnya punya efek samping penumpukan lemak di pipi (moon face) dan menekan sistem imunitas atau kekebalan tubuh. Dengan demikian, seseorang menjadi rentan terkena infeksi.

Efek samping lainnya adalah meningkatnya tekanan darah atau hipertensi, meningkatnya kadar gula darah, mempercepat timbulnya penyakit katarak pada mata, memperparah penyakit mag yaitu terjadi tukak (luka) pada lambung atau duodenum (usus dua belas jari), penipisan lapisan kulit, pelemahan fungsi otot, mempercepat pengeroposan tulang, perubahan mood dan perilaku.

"Dexamethason ini termasuk dalam obat keras dan hanya bisa didapatkan dengan resep dari dokter," ucapnya.

Harisson menambahkan bahwa belum ada penelitian yang benar-benar diakui lembaga kesehatan dunia seperti WHO, yang menyebutkan bahwa dexamethason dapat menyembuhkan Covid-19.

"Itu hanya dugaan-dugaan orang atau statemen-statemen yang tidak jelas, cenderung membuat masyarakat bingung," jelasnya.

Harisson mengatakan sekarang ini banyak sekali peneliti atau pura-pura meneliti pada satu dua pasien yang diteliti, dengan metode penelitian yang tidak sahih dan valid.

"Sebenarnya belum ada menunjukkan bukti secara ilmiah tetapi langsung membuat statemen bahwa itulah obat Covid-19," ucapnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved