Korea Utara Vs Korea Selatan Semakin Tegang, Adik Kim Jong Un Ancam Kerahkan Militer Ambil Tindakan
Kim Yo Jong menyatakan Korea Utara akan "mengambil tindakan" kepada Korsel, dan memercayakan militer untuk mengeksekusinya.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PYONGYANG - Situasi keamanan antar Korea Utara Vs Korea Selatan semakin menegangkan.
Kali ini, Korea Utara kembali mengeluarkan ancaman kepada tetangganya, Korea Selatan.
Negara Pimpinan Kim Jong Un tersebut mengancam akan mengambil tindakan militer terhadap Korsel.
Terbaru, Adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong, kembali melontarkan ancaman terhadap Korea Selatan (Korsel).
Kim Yo Jong menyatakan Korea Utara akan "mengambil tindakan" kepada Korsel, dan memercayakan militer untuk mengeksekusinya.
"Saya kira ini waktu yang tepat untuk memutuskan hubungan dengan otoritas Korea Selatan. Kami akan segera bersikap," kata adik Kim Jong Un ini.
• Konflik Korea Utara Vs Korea Selatan, Panggung Ujian Kim Yo Jong sebagai Penerus Kim Jong Un?
• Dikenal Diktator Brutal, Pakar Ini Ungkap Sisi Lain Kim Jong Un yang juga Sosok Pribadi yang Baik
Sejak pekan lalu, Korea Utara melontarkan serangkaian kecaman kepada Korea Selatan, buntut kampanye anti-Pyongyang dari para pembelot dan aktivis.
Kim Yo Jong mengatakan, dia akan menggunakan kekuasaan sesuai yang diamanatkan dari sang kakak, Kim Jong Un selaku pemimpin tertinggi, Partai Buruh, dan negara.
"Saya memberi instruksi kepada departemen militer yang bertanggung jawab menangani musuh untuk mengambil tindakan," kata Kim adik.
Dikutip dari KCNA, Kim Yo Jong menuturkan hak untuk bersikap melawan "musuh" nantinya akan diserahkan kepada Staf Jenderal Korea Utara.
Dilansir AFP Sabtu (13/6/2020), Kim Yo Jong tidak menjabarkan seperti apa tindakan yang bakal dilaksanakan oleh militer Korut.
Namun, diyakini ancamannya mengarah penghancuran Kantor Perwakilan Bersama yang terletak di kota perbatasan Korut, Kaesong.
"Tak lama kemudian, pemandangan tragis dari kantor penghubung bersama Utara-Selatan yang tak berguna ini akan terjadi," ancamnya.
Pekan lalu, perempuan yang merupakan penasihat bagi Kim Jong Un itu mengecam Seoul karena tak menindak pembelot yang menyebarkan propaganda anti-Pyongyang di perbatasan.
Sejak saat itu, Pyongyang kemudian merilis serangkaian serangan, dengan warganya berdemo, dan KCNA menyebut pamflet itu sebagai "serangan preemptif yang bisa memicu perang".