Virus Corona Masuk Kalbar
Waspadai New Normal di Kalbar, Jumlah Warga ke Puskesmas Meningkat & Peringatan dari Para Dokter
Dr Nelly menjelaskan, setelah pemerintah mewacanakan news normal, masyarakat kembali antusias memeriksakan diri mereka ke Puskesmas.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) meminta tenaga kesehatan (Nakes) khususnya dokter menerapkan protokol kesehatan mencegah penularan saat penerapan kenormalan baru atau new normal.
Hingga Minggu (7/6/2020), ada 32 dokter dari berbagai wilayah di Indonesia yang gugur akibat Covid-19.
Dokter yang bertugas di sentra pelayanan kesehatan di wilayah Kalbar mengaku disiplin menerapkan protokol kesehatan demi keselamatan dan keamanan bersama di masa new normal.
“Kami di Puskesmas tetap menerapkan SOP seperti kemarin (pandemi Covid-19). Masih memakai APD level satu dan level dua di poli dan ruang rawat inap."
• Update Corona Pontianak : 68 Persen Positif Covid-19 Sembuh, Sungai Jawi Tertinggi
• Hasil Rapid Test 20 ASN di Kapuas Hulu Reaktif, Miliki Riwayat Kontak dengan Pasien Positif
"Orang yang datang mau daftar di depan Puskesmas juga mengikuti protokol memakai masker dan hand sanitizer,” ujar dr Nelly Jessyca kepada Tribun, Senin (8/6/2020).
dr Nelly Jessyca saat ini bertugas di Puskesmas Sungai Paduan, Kecamatan Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara.
Saat ini, jelasnya, pelayanan untuk poli batuk dan pilek juga dipisah dari layanan keehatan lainnya.
Dr Nelly menjelaskan, setelah pemerintah mewacanakan news normal, masyarakat kembali antusias memeriksakan diri mereka ke Puskesmas.
Padahal sebelumnya jumlah masyarakat yang menggunakan fasilitas Puskesmas sempat turun.
“Saat ini layanan imunisasi sudah mulai digerakkan kembali. Selama bulan tiga, bulan empat, bulan lima itu, jumlah kunjungan sempat drop hingga 50 persen. Sekarang mulai naik perlahan,” paparnya.
Meningkatnya jumlah masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas, membuat dr Nelly dan rekan-rekan sesama Nakes di Puskesmas juga meningkatkan kewaspadaan.
Selain mengenakan APD level satu atau dua, sejumlah protokol kesehatan lainnya juga diterapkan.
“Meja polinya kami kasih pembatas berbingkai kayu dan ditutupi plastik. Ini kami lakukan agar masyarakat atau pasien yang batuk dan pilek tidak menyemprotkan dropletnya langsung ke kita."
"Walaupun mereka memakai masker, tapi bukan masker bedah,” paparnya.
Meski tahu bahaya paparan Covid-19 yang mengancamnya saat bertugas, dr Nelly menyatakan tetap semangat bertugas.
“Bagi saya, ini pekerjaan panggilan hati. Kawan-kawan lainnya juga begitu. Bahkan ada kawan yang sedang hamil tujuh bulan tetap masuk,” katanya.
Dr Nelly kemudian berpesan kepada teman-teman sejawatnya agar tetap semangat bertugas.
“Tetap semangat lawan corona ataupun kalah dengan statement-statement netizen yang negatif. Jangan didengatkan, bikin sakit hati."
"Jangan gara-gara netizen satu atau dua orang, kita berhenti memberikan pelayanan kepada masyarakat banyak yang membutuhkan pelayanan,” pungkasnya.
Dokter lainnya, dr Andersen juga mengajak rekan-rekan sejawatnya untuk tetap waspada menjelang new normal.
Para dokter, jelasnya, harus selalu menerapkan protokol kesehatan demi mencegah penularan Covid-19.
“Minimal mengunakan APD level dua. Dokter yang rewan itu yang bertugas di Puskesmas, UGD atau saat praktik,” ujar dokter umum yang pernah bertugas di Rumah Sakit Tingkat II Kartika Husada ini.
Saat ini dr Andersen tengah menempuh pendidikan spesialis.
Meski tak bersentuhan langsung dengan pasien saat ini, ia meminta rekan sejawatnya tetap mematuhi protokol kesehatan.
Ia juga meminta para dokter tetap semangat melayani masyarakat.
Protokol Kesehatan
Bidang Kesektariatan, Protokoler dan Public Relation PB IDI dr Halik Malik menyatakan, penerapan new normal membuat aktivitas sosial dan ekonomi akan dilonggarkan kembali.
“Saat bersamaan, kemungkinan penyebaran virus makin besar apabila semua orang tidak menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya," kata dr Halik Malik, Minggu (7/6/2020).
Ia mengatakan, IDI meminta para tenaga medis yang bertugas dan pemberi layanan kesehatan untuk menerapkan protokol demi keselamatan dan keamanan bersama di masa new normal dengan mengacu pada rekomendasi CDC dan WHO.
"Pertama, kurangi risiko penularan di fasilitas kesehatan. Misalnya, tidak melakukan operasi elektif, membatasi pintu masuk, mengatur, dan screening pengunjung," kata Halik.
Pasien dengan kasus emergensi atau darurat harus tetap dilayani, namun untuk pelayanan yang tidak memerlukan tatap muka disarankan untuk dilakukan secara daring.
"Kedua, mengisolasi pasien bergejala secepatnya. Membuat triase terpisah yang berventilasi baik, memisahkan pasien yang diduga atau positif dengan pintu tertutup dan toilet sendiri," ujar dia.
Halik menyebut, upaya ini sulit dilakukan fasilitas kesehatan di awal masa pandemi sehingga banyak terjadi infeksi silang antarpasien atau pasien dengan tenaga medis yang menangani.
"Ketiga, melindungi tenaga kesehatan dengan higiene tangan dan APD. Kebersihan diri harus menjadi perhatian serius tenaga medis."
"Selain tangan, organ lain seperti hidung, mulut, dan mata juga dijaga karena ini adalah tempat masuknya virus," kata Halik.
Sterilisasi tangan dilakukan dengan bahan berbasis etanol 60 persen atau isopranolol 70 persen.
Selain ketiga hal tersebut, IDI juga menekankan untuk tidak mendaur ulang, memodifikasi, atau menyimpan APD yang sudah dipakai, karena peruntukannya hanya sekali pakai.
Alasannya, APD yang telah dikenakan jika kembali dipakai tidak bisa efektif mencegah infeksi.
Dua Klaster Nakes
Hal ini penting dilakukan agar pasien non-covid dan tenaga medis bisa tetap aman dalam mengakses dan memberikan layanan kesehatan di faskes.
Tidak hanya itu, tenaga medis juga diimbau untuk tidak berpindah menangani pasien lain atau berpindah ke ruangan lain sebelum memastikan tangannya bersih.
"Pindah tanpa melalui prosedur kesehatan terutama higiene bisa menyebabkan terjadinya penularan silang," ungkap Halik.
Hingga Minggu (24/5) silam ada 40 tenaga kesehatan yang tercatat terinfeksi virus corona.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat dr Harisson MKes menyebut saat ini, dari jumlah tersebut 8 orang berprofesi sebagai dokter spesialis, 6 orang dokter umum, 20 orang perawat, 3 orang petugas laboratorium, 1 perawat gigi, 1 apoteker dan 1 fisioterapi.
Dari total 11 klaster penyebaran Covid-19 di Kalbar, ada dua kluster yang berasal dari Nakes yakni klaster RS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie dan klaster Laboratorium RS Untan.
Khusus klaster RS Sultan Syarif Mohamad Alkadrie terdapat 11 kasus konfirmasi Covid-19 dan sampai saat ini belum ada yang dinyatakan sembuh.
Sementara untuk klaster Laboratorium RS Untan, terdapat 13 kasus konfirmasi Covid-19. Hingga Minggu (7/6), ada delapan orang yang dinyatakan sembuh.
“Semuanya dari 13 orang ini merupakan Orang Tanpa Gejala (OTG). Jadi yang sembuh sudah ada 8 orang. Jadi 5 orang masih dilakukan isolasi sambil menunggu swab berikutnya,” ujar Harisson. (iin/ang/kompas.com)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak