Human Interest Story

Perempuan dalam Pusaran Pengelolaan Sumber Daya Alam

Cerita tentang kaum perempuan yang tak mendapatkan ruang berekspresi, kerapkali menari dalam benak.

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA/WWF-Indonesia
Kaum Ibu di Desa Tanjung sedang belajar memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien melalui pendekatan pertanian sayuran organik. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Beda itu anugerah. Karena perbedaanlah, hidup menjadi lebih berwarna.

Tak pula bisa dinapikan, bahwa pelangi adalah simbol nyata betapa indahnya perbedaan.

Ragam warna yang menyatu dalam satu bingkai, bisa melahirkan harmoni-harmoni menakjubkan.

Begitulah sejatinya laku hidup manusia sehari-hari.

Namun dalam tatanan sosial, tak jarang simbol-simbol identitas melahirkan perpecahan.

KABAR BAIK, Diaspora Akan Salurkan Bantuan Rp 700.000 ke Korban PHK yang Terdaftar Kartu Prakerja

Termasuk jenis kelamin.

Pemicunya adalah ego, sifat keakuan, dan hasrat mendominasi.

Kondisi ini bisa berakibat fatal jika tidak diimbangi dengan nalar dan pendekatan yang tepat.

Banyak contoh di depan mata, dan sudah pula tunjuk hidung.

Cerita tentang kaum perempuan yang tak mendapatkan ruang berekspresi, kerapkali menari dalam benak.

Padahal prinsip-prinsip keadilan gender, sejatinya menjadi prioritas dalam konteks pembangunan.

“Sejumlah fakta menyebutkan bahwa kaum laki-laki mendominasi laku hidup sehari-hari. Bahkan, berorganisasi pun melulu yang berperan adalah laki-laki. Padahal, posisi kaum perempuan itu sangat penting,” kata Uray Muhammad Hasbi, Muller Schwaner Arut Belantikan Landscape Coordinator WWF-Indonesia, Selasa (19/05/2020).

Beranjak dari pengalaman itu, kata Hasbi, dibuatlah kelompok khusus kaum perempuan.

Melalui kelompok ini mereka bisa berbagi informasi satu sama lainnya.

Informasi yang diperoleh kemudian dengan cepat dapat sampai kepada suami dan anak di rumah.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved