Perusda Kalbar akan Datangkan 1 Ton Cabai Rawit dari Jatim
Pedagang di pasar tradisional lain bisa beli Pasar Flamboyan jika ingin menjual kembali cabai ini, tapi harga jual tetap harus sesuai HET.
Penulis: Hamdan Darsani | Editor: Maudy Asri Gita Utami
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK - Dalam rangka meredam kenaikan harga terhadap komoditas barang jelang Idul Fitri.
Perusda Provinsi Kalbar bersama Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalbar akan mendatangkan satu ton cabai rawit ke Pontianak, Kalimantan Barat dari Tuban, Jawa Timur.
Direktur Perusda Aneka Usaha Kalbar Syariful Hamzah Nauli menuturkan cabai rawit yang didatangkan dari dari Tuban tersebut sedang dalam perjalanan menuju pelabuhan Pontianak.
• EFEKNYA Mengerikan Hingga Fatal, Jangan Simpan Cabai di Kertas Koran
Diperkirakan Pada Sabtu (16/5/2020) malam kapal yang membawa cabai tersebut akan tiba di Pontianak.
“Kami beli langsung dari petani di Jawa Timur dan Insya Allah malam minggu nanti datang,” ujarnya Jumat (15/5/2020)
Dirinya memaparkan seperti diketahui saat ini harga cabai mengalami kenaikan.
Bahkan harga itu diprediksi semakin naik hingga mendekati lebaran.
“Jadi kami menambah pasokan di pasaran dengan mendatangkan dari daerah lain," ujarnya.
Setelah tiba di Pontianak, Cabai tersebut akan didistribusikan ke pedagang di Pasar Flamboyan.
Pedagang di pasar tradisional lain bisa beli Pasar Flamboyan jika ingin menjual kembali cabai ini, tapi harga jual tetap harus sesuai HET.
"Kami akan terus mengontrol harga jual cabai. Ini dilakukan agar tidak ada permainan harga terhadap komoditas pangan ini," ujarnya.
Pemerintah sudah menetapkan Harga Eceran Tertinggi untuk cabai yakni Rp 23.000 per kilo.
Dalam Artian pedagang tidak boleh menjual dari harga yang ditetapkan itu karena di pasaran saat ini harganya bisa mencapai Rp 30 ribu per kilo.
"sehingga kami akan kontrol harga jualnya," ujarnya.
Dirinya menilai harga Cabai yang mulai merangkak naik dipengaruhi kondisi cuaca yang sering hujan Kondisi itu membuat kualitas panen cabai menurun.
Sementara disisi lain panen lokal yang tidak begitu besar sehingga membuat harga di pasaran pun perlahan-lahan merangkak naik.
“Distribusi Jawa terhambat, sementara permintaan tinggi, apalagi semakin mendekati lebaran sehingga faktor-faktor ini membuat harga merangkak naik,” ujarnya.