In Memoriam: Bruder Claudius Kuijpers MTB, dari Belanda Memilh Jadi Misionaris di Pedalaman Borneo
Meski sudah sepuh, namun jalannya masih terbilang tegak. Laki-laki bule tua itu adalah Br Claudius Kuijpers MTB.
Penulis: Stefanus Akim | Editor: Stefanus Akim
PONTIANAK - Saban pagi, laki-laki bule atau lebih pantas disebut kakek-kakek bule itu berolahraga dengan cara berjalan mengelilingi kompleks Persekolahan Bruder Melati Pontianak di Jl AR Hakim. Laki-laki bule itu tersenyum saat para siswa menyapa-nya, dan ia pun balas menyapa. Satu tongkat berwarna cokelat tua membantu laki-laki sepuh itu berjalan.
Meski sudah sepuh, namun jalannya masih terbilang tegak. Laki-laki bule tua itu adalah Br Claudius Kuijpers MTB. Ia memamg tinggal tak jauh dari Persekolahan Bruder Melati Pontianak - sekolah yang terdiri dari TK, SD, SMP Bruder dan SMA St Paulus - tepatnya di Biara Bruder MTB, yang lokasinya bersebelahan dengan Katedral St Yoseph Pontianak, Jl Pattimura.
Kini, kita tak bisa lagi menemui laki-laki bule dengan tongkat cokelat tua nyaris kehitam-hitamannya itu. Pada Selasa (12/05/2020) sekitar pukul 19.35 WIB, Br Claudius Kuijpers MTB menghembuskan nafas terakhir di RSU St Antonius Pontianak dalam usia 91 tahun.
Biarawan dari kongregasi Maria Tak Bernoda (MTB) ini lahir sebuah desa di Belanda pada 16 Maret 1929.
Kepergian Br Claudius Kuijpers MTB menyisakan banyak kenangan manis dari orang-orang yang mengenalnya secara pribadi.
Satu di antara mantan murid Br Claudius Kuijpers MTB adalah Marsellus Basso. Mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kapuas Hulu ini berkisah, “Waktu pertama kali ketemu sore hari, siangnya kami testing masuk SMA. Sorenya ketemu beliau di jalan Sekabu-Wisma Widya (kompleks Persekolahan Katolik Nyarumkop). Saya arah menuju ke Sekabu dan beliau dari sekabu menurun ke arah gereja. Saya sapa beliau, ‘Selamat sore, pater.’ Beliau jawab, ‘Saya bukan pastor, saya bruder.’
Marsellus Basso mengingat pertemuan pertama kali dengan Br Claudius Kuijpers MTB terjadi pada tahun 1973 saat diriny amasuk SMA St Paulus Nyarumkop. Marsellus Basso berada di Nyarumkop selama tahun 1973-1976. “Saya SMA 4 tahun karena perubahan tahun ajaran pada Januari-Februari,” kenangnya.
“Beliau rendah hati, senyum dikulum dan sangat cerdas,” Marsellus Basso berkisah, “beliau sering bilang, macam tuku garam, mungkin artinya tidak tahu apa-apa. Juga kalian seperti dalam karung.”
Marsellus Basso mengungkapkan Br Claudius Kuijpers MTB adalah orang yang disiplin.
Ia mengatakan, teori pelajaran selalu dipraktikkan di depan kelas bukan hanya sekadar ngomong tentang teori.
Saat di depan kelas Br Claudius Kuijpers MTB sering memanggil para siswa-nya karung garam jika pasif dalam pelajaran. Belakangan mantan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (DPMPD) Kapuas Hulu ini baru tahu istilah karung garam karena para siswa diam saja atau tidak ada respon saat beliau-mengajar.
Marsellus Basso sangat berduka dengan kepergian Br Claudius Kuijpers MTB. Di laman Facebook-nya Marsellus Basso pun menulis cukup panjang:
Turut berbela sungkawa yg mendalam atas berpulangnya Br. Claudius, MTB. Semoga para kudus di Surga menyambutnya dengan sukacita. Br. Claudius, MTB adalah mantan guru aljabar dan IPA di SMA Santo Paulus Nyarumkop dan di SPG Adisucipto Nyarumkop.
Saya mengagumi beliau antara lain karena sifatnya yg rendah hati, murah senyum dan cerdas. Menghitung perkalian, pembagian, penambahan dan pengurangan di atas 2 digital cukup dilakukan di luar kepala; hanya dengan menempelkan telunjuk kiri di sela2 gigi bagian bawah, beliau sudah mengetahui jawabannya.
Menggunakan tangan kiri bisa dimaklumi karena tangan kanan memegang kapur tulis atau panghapus karena dulu masih menggunakan black board; blm ada white board seperti sekarang. Jaman kami SMA tidak ada kalkulator.
Terakhir bertemu dan sempat foto bersama saat merayakan 100 tabun Persekolahan Katolik Nyarumkop (PKN) dan reuni agung, Juli 2016. Saat itu beliau sudah menggunakan tongkat klu berjalan.
Lahir di Belanda, 16 Maret 1929.
Wafat di Pontianak, 12 Mei 2020
Requiescat In Pace.

Doa Brevir Pakai Tab
Di usia senjanya saat tak lagi aktif sebagai pengajar, misionaris dari Belanda tersebut semakin bertekun dalam doa. Hal itu dituturkan Br Hillarinus Tampajara MTB yang tinggal satu biara di kongregasi MTB di Jl Patimura, Pontianak.
“Beliau orang yang teliti dalam segala hal. Disiplin waktu dan tetap mengikuti perkembangan zaman. Br Claudius walaupun sudah usia udah 90-an tapi untuk buku doa brevir-nya menggunakan tab (tablet, red), tidak lagi pakai buku manual,” kenang Br Hillarinus Tampajara MTB yang kini diserahi tugas sebagai penanggungjawab di Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Agung Pontianak (KAP).
“Kemudian dia juga hobi menanam tanaman langka khas kalimantan. Setiap saya pergi ke kampung-kampung dan membawa biji-biji buah khas Kalimantan saya serahkan dengan dia untuk menyemainya,” ungkap Br Hillarinus Tampajara MTB.
Saking teliti-nya, Br Claudius Kuijpers MTB menghitung berapa biji yang ditanam. “Nanti berapa lama biji-biji itu tumbuh dan jumlah biji yang tumbuh sehingga dia bisa hitung persentase biji-biji yang tumbuh dari sekian banyak. Mungkin karena dia guru eksakta ya, jadi semua yang dikerjakannya selalu diteliti nya,” kata Br Hillarinus Tampajara MTB.
Br Hillarinus Tampajara MTB mengungkapkan, Br Claudius Kuijpers MTB, juga seorang yang rendah hati mau berbagi cerita mengenai berbagai hal terkait kehidupannya.
Selama masa pensiun dari tugas mengajar, Br Claudius Kuijpers MTB, mengisi hari-harinya dengan mengerjakan arsip-arsip lama dan dokumentasi perkembangan tarekat atau kongregasi MTB. “Bahkan foto-foto dokumentasi terlengkap saat membangun katedral dari sejak dibongkar dan membangun pondasi ada file di komputernya,” kenang Br Hillarinus Tampajara MTB.

Duka Mendalam Alumni Nyarumkop
Sejumlah alumni Persekolahan Katolik Nyarumkop (PKN) merasakan duka mendalam atas kepergian Br Claudius Kuijpers MTB.
“Beliau adalah orang yang jenius di bidang matematika, saya sangat kagum dan segan pada beliau. Beliau adalah guru yang baik, tegas, berdisiplin dan berwibawa yang mengabdikan seumur hidupnya untuk Gereja dan generasi muda,” Kata Ketua Alumni PKN, Dr Adrianus Asia Sidot.
Anggota DPRRI asalKalbar ini mengatakan, “Kita kehilangan seorang guru yang tak tergantikan, terutama untuk siapa saja yang pernah menjadi siswanya. Saya sedih karena tidak bisa membezuk dan melayat beliau saat wafat karena situasi pandemi covid-19. Saya yakin beliau berbahagia bersama para Kudus di Surga.”
Dr Adrianus Asia Sidot – mantan Bupati Landak dua periode – menyebutkan, “Beliau (Br Claudius Kuijpers MTB, red) guru matematika saya dari kelas 1 sampai kelas 4 SMA. Saya SMA tahun 1974 hingga 1979 atau sekitar 4 tahun 6 bulan berhubung perubahan tahun ajaran.”
Duka mendalam juga diungkapkan alumni SMA St Paulus Nyarumkop, Gunawan yang kini tinggal di Jabodetabek.
“Kami atas nama seluruh keluarga Besar Alumni PKN Jabodetabek mengucapkan Selamat Jalan ke Rumah Bapa di Surga atas kepergian Br Claudius MTB. Br Claudius adalah guru matematika saya waktu di SMA St Paulus, beliau pada saat mengajar sangat disiplin dan cepat sekali.” kata Gunawan.
Gunawan melanjutkan, “Kalau kita tidak konsentrasi maka kita akan sulit mengikutinya. Terkenal bisa menggunakan tangan kiri dan tangan kanan, pada saat mengajar dan menulis di papan tulis dua tangan beliau bekerja dengan lancar. Beliau adalah guru matetika yang handal. Hafal rumus matematika dan tanpa menghandalkan textbook. Bagi teman-teman yang pernah diajar pada saat di SMA/SPG pasti ingat akan hal tersebut, kenang Gunawan.
Gunawan, mengatakan, kita kehilangan lagi satu guru yang kita cintai dan kasihi. “Banyak kenangan bersama beliau. Tuhan sudah menyiapkan tempat yang terbaik buat Br Claudius di Surga. Umur yang panjang sudah diberikan kepadanya, saat ini sudah berumur 91 tahun, luar biasa, tidak banyak orang yang bisa mencapai umur tersebut,” katanya.
“Sekali lagi kami keluarga besar alumni PKN Jabodetabek menyampaikan rasa duka yang mendalam karena perpisahan ini tapi di sisi lain kami juga penuh sukacita karena Br Claudius bisa mencapai umur yang panjang dan kami penuh keyakinan beliau sedang menuju ke Rumah Bapa di Surga berkumpul bersama para orang kudus,” tutup Gunawan.
Yustina Oyop, satu di antara almna Persekolahan Katolik Nyarumkop berkisah. "Saat Br Claudius masuk kelas, di awal pembicaraan beliau katakan, 'mari kita toleh ke belakang dulu sebelum lanjut ke pelajaran berikutnya.'
"Dengan spontan kita semua toleh ke belakang menghadap tembok. Dia pun bingung," kenang Yustina Oyop.
Sementara Adriana Aslia yang kini menjadi PNS di Pontianak juga mengenang saat Br Claudius Kuijpers MTB mengajar di Nyarumkop. "Beliau disiplin dan sangat pintar," kenangnya.
Tak hanya angkatan yang lebih senior merasakan duka mendalam dan memberikan penghormatan terhadap Br Claudius Kuijpers MTB. Angkatan lebih muda juga ikut datang melayat bahkan hingga ke pemakaman meski tetang menjaga social distancing. Satu di antara yang datang memberikan penghormatan adalah Letnan Kolonel (Mar) Yustinus Rudiman MTr. Hanla, M.Tr (Han).
Perwira menengah TNI-AL alumni Akademi Angkatan Laut Angkatan-44 Tahun 1998 tersebut tampak hadir di pemakaman Br Claudius Kuijpers MTB. Mantan Komandan Pangkalan TNI AL Cirebon yang kini bertugas di Lanal Pontianak tersebut tampak hikmat dan memanjatkan doa di pemakaman bersama teman satu angkatan di SMA St Paulus Nyarumkop, RD John Rustam - Pastor Paroki Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD) Pontianak.
Kini, Br Claudius Kuijpers MTB sudah kembali ke rumah Bapak bersama para kudus
di surga. Setelah disemayamkan di rumah duka, Biara MTB, Jl Patimura No 197, pada Rabu (13/05/2020) pukul 11.00 WIB dilakukan Misa Requem di biara MTB yang dipersembahkan RD Alexius Alex Mingkar, pastor Paroki Katedral St Yoseph Pontianak. Setelah itu Br Claudius Kuijpers MTB dimakamkan di Pemakaman Katolik St Yusuf Sei Raya.*