Kisah Pekerja Migran dari Sulawesi Tengah, Sembuyi dari Patroli Udara hingga Tak Diterima Warga
Enam bulan terakhir saya kerja bawa truk, muat batu. Gajinya 5000 RM. Tapi upahnya tidak saya terima
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
Perasaan Aso sedikit lega ketika sampai di Pos Satgas Pamtas Jasa di atas perbukitan. Aso diperiksa oleh satgas.
Sesampainya di Senaning, Aso lantas dikarantina di bekas Puskemas Senaning bersama dengan dua orang lainnya asal Kabupaten Sambas.
Kemudian, Aso dipindah ke rumah depan kantor Kecamatan Ketungau Hulu.
Namun, menurut Aso warga menolak kehadirannya karena khawatir membawa virus corona dari Malaysia.
Mereka mendatangi kantor camat. Siang kemarin, Aso dikirim oleh tim anggota Satgas Covid-19 ke Dinkes Kabupaten Sintang.Pagi tadi, Aso langsung di rapid test.
“Saya mengerti kenapa masyarakat tidak senang saya ada di sana. Warga dengar kabar Malaysia banyak kena corona, mereka takut. Ramai yang datang (demo),” ungkapnya.
Aso mengaku kondisi sehat. Namun ia harus tetap dikarantina mandiri. “Berharap bisa dipulangkan. Saya sudah tak punya uang. Tadi sudah hubungi keluarga di sulawesi. Mereka pesan, baik-baik di kampung orang, kalau ada rejeki, pulang,” katanya.
Setelah merasakan langsung bekerja di Malaysia, Aso mengaku kapok. Bahkan, tak ingin lagi kembali ke Malaysia.
Menurutnya, memang benar gaji kerja di Malaysia lebih besar dari Indonesia. Namun konsekuensinya lebih berat.
“Memang besar gaji di Malaysia. Tapi kerja ibarat binatang. Ibarat sapi dikasih makan. Istirahat setegah jam jalan (kerja lagi) tidak dituruti tidak bergaji. Saya Kapok ke Malaysia. Sampai mati saya tidak akan menginjak Malaysia,” tutup Aso.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: