Kisah Pekerja Migran dari Sulawesi Tengah, Sembuyi dari Patroli Udara hingga Tak Diterima Warga
Enam bulan terakhir saya kerja bawa truk, muat batu. Gajinya 5000 RM. Tapi upahnya tidak saya terima
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID,SINTANG - Bukan karena Malaysia Lockdwon, Pekerja Migran Indonesia (PMI), Aso (25) pulang ke Indonesia karena tak digaji oleh majikannya.
Dia pulang lewat jalur tikus yang ada di Desa Jasa, Kecamatan Ketungau Hulu, Kabupaten Sintang, Kalbar.
Aso sempat dikarantina di bekas Puskemas Senaning, Ketungau Hulu.
Kamis siang, dia diantar oleh Satgas Covid 19 kecamatan ke di Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang.
Warga setempat menolak kehadiran Aso karena khawatir warga asal Sulawesi Tengah tersebut membawa virus corona dari Malaysia.
“Sempat di karantina di bekas Puskemas Senaning, kemudian pindah ke kantor Camat. Masyarakat demo alasan tidak senang saya ada di sana. Mereka khawatir saya bawa virus corona,” kata Aso ditemui di Posko Covid-19, Jumat (17/4) siang.
• Ketua Buruh Migran Sebut Puluhan Ribu Warga Sambas Masih di Malaysia
Aso memutuskan pulang ke Indonesia bukan karena Malaysia Lockdown. Namun, karena dia tidak betah bekerja di Serian karena tidak menerima upah dari majikannya.
“Enam bulan terakhir saya kerja bawa truk, muat batu. Gajinya 5000 RM. Tapi upahnya tidak saya terima,” ungkapnya.
Kamis, 9 April 2020, Aso memutuskan pulang ke Indonesia lewat jalur tikus dari Lachau ke Jasa, Senaning. Rute jalan tikus itu ia peroleh dari warga Malaysia.
Oleh warga Malaysia, Aso diperingatkan supaya jangan berjalan lambat. Sebab, polisi Malaysia melakukan patroli udara di perbatasan.
Semula, Aso tidak sendiri melintasi perbatasan. Dia bersama dengan empat rekannya sesama warga Sulawesi Tengah, yang bekerja di Malaysia. Namun, rombongan ini tercerai berai ketika helikopter melintas.
“Ada tentara Malaysia patroli pakai helicopter. Ada kameranya. Kawan-kawan saya lari semua. Padahal sudah saya minta sembunyi,” cerita Aso.
Aso mencoba menenangkan diri ketika ada patroli udara melintas. Saat teman-teman lainnya memilih kabur, pemuda ini memutuskan sembuyi dibalik pohon besar agar tidak terpantau kamera dari udara.
“Di hutan banyak pohon besar. Saya sembunyi di situ. Satu jam. Setelah patroli pergi, saya keluar jalan kaki lagi,” ungkapnya.
“Sampai saat ini saya tidak mendengar kabar kawan saya.” tambah Aso.
Patroli udara tentara Malaysia membuat Aso sempat ketakutan. Apalagi, Aso dan kawan-kawannya pelintas ilegal dan keluar lewat jalur tak resmi.
Sebenarnya, Aso memiliki dokumen lengkap. Dia pun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) lewat jalur resmi.
• Tangkal Penyebaran Covid-19, Polsek Embaloh Hulu Melakukan Penyemprotan Disinfektan
Tahun 2008, dia masuk via PLBN Entikong, Kabupten Sanggau. Di tempat bekerja Aso, paspornya ditahan selama masa kontrak kerja.
Paspor hanya akan diberikan ketika ditebus seharga 3000 RM.
Selama di Malaysia, Aso bekerja di perusahaan sawit. Saat itu, gajinya lancar.
Bahkan ketika orangtuanya meninggal, dia masih bisa kirim uang. Warga asal Tanah Mea, Benawa Selatang, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, ini tak pernah pulang selama 2 tahun bekerja di Malaysia.
Baru enam bulan terakhir, dia pindah kerja menjadi sopir truk angkut batu. Sialnya, upahnya tidak diberikan oleh majikannya.
Aso nekad mendatangi perusahaan, meminta upahnya diberikan. Namun, perusahaan menjawab upahnya sudah diberikan ke majikannya.
Sayangnya, hasil kerja kerasnya tak diterima Aso. “Kalau makan minum tiap hari diberikan,” jelasnya.
Aso tak tahu lagi harus bagaimana. Uang habis. Sementara pemerintah Malaysia memberlakukan Lockdown akibat Corona.
“Saya keluar dari Malaysia karena tidak digaji. Apa guna bertahan di sana tidak kerja, ditambah keadaan seperti sekarang. Malaysia Lockdown, sama sekali ndak boleh keluar. Jalan pakai motor di kampung, langsung ditangkap kalau ketahuan,” ungkapnya.
Pria berusia 25 tahun ini tak punya tabungan untuk menebus paspornya. Bahkan, saat ini dia tak membawa uang sepeserpun.
Aso benar-benar menjadi pekerja Ilegal di negara orang. Sialnya lagi, dokumen Aso yang ada di dalam dompetnya hilang beserta uang tunai 500 ringgit. “Dompet hilang. Lupa kunci pintu,” katanya.
Karena tak punya dokumen lengkap itu lah, Aso ketakutan ketika ada patroli udara lewat. Namun, dia tetap tenang dan bersembuyi di balik pohon.
“Saya ketakutan. Sempat pasrah biarlah kalau ditangkap dan dipenjara. Saya tahu, saya ilegal. Tapi kalau suruh milih, saya pilih biar polisi Indonesia yang nangkap. Kalau Malaysia, saya tidak bisa bicara lagi,” katanya.
Perasaan Aso sedikit lega ketika sampai di Pos Satgas Pamtas Jasa di atas perbukitan. Aso diperiksa oleh satgas.
Sesampainya di Senaning, Aso lantas dikarantina di bekas Puskemas Senaning bersama dengan dua orang lainnya asal Kabupaten Sambas.
Kemudian, Aso dipindah ke rumah depan kantor Kecamatan Ketungau Hulu.
Namun, menurut Aso warga menolak kehadirannya karena khawatir membawa virus corona dari Malaysia.
Mereka mendatangi kantor camat. Siang kemarin, Aso dikirim oleh tim anggota Satgas Covid-19 ke Dinkes Kabupaten Sintang.Pagi tadi, Aso langsung di rapid test.
“Saya mengerti kenapa masyarakat tidak senang saya ada di sana. Warga dengar kabar Malaysia banyak kena corona, mereka takut. Ramai yang datang (demo),” ungkapnya.
Aso mengaku kondisi sehat. Namun ia harus tetap dikarantina mandiri. “Berharap bisa dipulangkan. Saya sudah tak punya uang. Tadi sudah hubungi keluarga di sulawesi. Mereka pesan, baik-baik di kampung orang, kalau ada rejeki, pulang,” katanya.
Setelah merasakan langsung bekerja di Malaysia, Aso mengaku kapok. Bahkan, tak ingin lagi kembali ke Malaysia.
Menurutnya, memang benar gaji kerja di Malaysia lebih besar dari Indonesia. Namun konsekuensinya lebih berat.
“Memang besar gaji di Malaysia. Tapi kerja ibarat binatang. Ibarat sapi dikasih makan. Istirahat setegah jam jalan (kerja lagi) tidak dituruti tidak bergaji. Saya Kapok ke Malaysia. Sampai mati saya tidak akan menginjak Malaysia,” tutup Aso.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: