Kisah Pekerja Migran dari Sulawesi Tengah, Sembuyi dari Patroli Udara hingga Tak Diterima Warga

Enam bulan terakhir saya kerja bawa truk, muat batu. Gajinya 5000 RM. Tapi upahnya tidak saya terima

Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ ISTIMEWA
DIPERIKSA: Aso diperiksa Satgas Pamtas saat tiba di Kecaamtan Ketungau Hulu.  

Patroli udara tentara Malaysia membuat Aso sempat ketakutan. Apalagi, Aso dan kawan-kawannya pelintas ilegal dan keluar lewat jalur tak resmi.

Sebenarnya, Aso memiliki dokumen lengkap. Dia pun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) lewat jalur resmi.

Tangkal Penyebaran Covid-19, Polsek Embaloh Hulu Melakukan Penyemprotan Disinfektan

Tahun 2008, dia masuk via PLBN Entikong, Kabupten Sanggau. Di tempat bekerja Aso, paspornya ditahan selama masa kontrak kerja.

Paspor hanya akan diberikan ketika ditebus seharga 3000 RM.

Selama di Malaysia, Aso bekerja di perusahaan sawit. Saat itu, gajinya lancar.

Bahkan ketika orangtuanya meninggal, dia masih bisa kirim uang. Warga asal Tanah Mea, Benawa Selatang, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, ini tak pernah pulang selama 2 tahun bekerja di Malaysia.

Baru enam bulan terakhir, dia pindah kerja menjadi sopir truk angkut batu. Sialnya, upahnya tidak diberikan oleh majikannya.

Aso nekad mendatangi perusahaan, meminta upahnya diberikan. Namun, perusahaan menjawab upahnya sudah diberikan ke majikannya.

Sayangnya, hasil kerja kerasnya tak diterima Aso. “Kalau makan minum tiap hari diberikan,” jelasnya.

Aso tak tahu lagi harus bagaimana. Uang habis. Sementara pemerintah Malaysia memberlakukan Lockdown akibat Corona.

“Saya keluar dari Malaysia karena tidak digaji. Apa guna bertahan di sana tidak kerja, ditambah keadaan seperti sekarang. Malaysia Lockdown, sama sekali ndak boleh keluar. Jalan pakai motor di kampung, langsung ditangkap kalau ketahuan,” ungkapnya.

Pria berusia 25 tahun ini tak punya tabungan untuk menebus paspornya. Bahkan, saat ini dia tak membawa uang sepeserpun.

Aso benar-benar menjadi pekerja Ilegal di negara orang. Sialnya lagi, dokumen Aso yang ada di dalam dompetnya hilang beserta uang tunai 500 ringgit. “Dompet hilang. Lupa kunci pintu,” katanya.

Karena tak punya dokumen lengkap itu lah, Aso ketakutan ketika ada patroli udara lewat. Namun, dia tetap tenang dan bersembuyi di balik pohon.

“Saya ketakutan. Sempat pasrah biarlah kalau ditangkap dan dipenjara. Saya tahu, saya ilegal. Tapi kalau suruh milih, saya pilih biar polisi Indonesia yang nangkap. Kalau Malaysia, saya tidak bisa bicara lagi,” katanya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved