Wabah Virus Corona
ILMUWAN Khawatir Virus Corona Gelombang Kedua di China, Diprediksi Terjadi Pada Akhir April 2020
Seakan tak terprediksi kapan wabah ini berakhir, studi baru mengungkapkan bahwa diperkirakan akan ada gelombang kedua untuk wabah ini.
"Langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya telah dilakukan oleh kota Wuhan untuk mengurangi kontak sosial di sekolah dan tempat kerja telah membantu mengendalikan wabah," kata Dr Kiesha Prem.
• Mayangsari & Geng Sosialitanya Jadi Sorotan, Pamer Arisan di Tengah Wabah Virus Corona
Pelacakan kontak

Provinsi-provinsi di China sekarang menggunakan pengujian ekstensif dan pelacakan kontak untuk mengetahui kasus baru, dan akan mempertahankan beberapa praktik physical distancing untuk mencegah munculnya kembali Covid-19.
Negara ini juga telah menutup perbatasannya untuk semua orang kecuali warga negara untuk mencegah kasus impor.
Penduduk yang kembali akan dikarantina selama 14 hari.
Peneliti penyakit menular di Universitas Hong Kong, Gabriel Leung menyatakan, risiko wabah baru di China masih sangat tinggi.
Mengingat virus tersebut sangat menular dan masih ada kemungkinan ada beberapa kasus infeksi yang belum terdeteksi.
Selain itu, Leung juga mengingatkan bahwa upaya lockdown saja tidaklah cukup, dan upaya keras untuk menekan virus mungkin diperlukan lagi "Ketegangan antara kesehatan, melindungi ekonomi, dan kesejahteraan emosional akan membuat setiap pemerintahan tidak nyaman di masa mendatang," kata Leung.
• Donald Trump Salahkan Barack Obama & WHO, 2 Ribu Warga Amerika Meninggal Karena Virus Corona
Penyebaran kasus corona di Asia
Hal yang sama mengenai adanya gelombang kedua virus corona menurut Cowling juga akan terjadi di negara kawasan Asia lain seperti dikutip The Guardian.
Singapura contohnya, 'Negeri Seribu Larangan' tersebut juga dianggap sebagai contoh praktik terbaik dalam menghadapi virus corona, menurutnya juga akan menghadapi gelombang kedua yang potensial.
Lalu kemudian Jepang, laporan kasus harian Jepang tumbuh lambat selama Januari dan Februari, tidak mencapai lebih dari 50 hingga bulan lalu.
Kendati demikian, Tokyo melaporkan rekor jumlah kasus tinggi selama empat hari berturut-turut pada akhir Maret.
Langkah-langkah pembatasan jarak dan penguncian negara itu tampak jauh lebih longgar daripada negara-negara tetangganya.