Virus Corona Masuk Kalbar

Sutarmidji Pastikan Layanan RS Sesuai SOP, Pasien Bantah Kabur dan Kesal Identitas Tersebar

Karena bagaimana pun rapid test hanya sekitar 60 persen akurasi yang bisa meyakinkan dan sisanya tidak

Editor: Jamadin
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji menggelar konferensi pers terkait satu warga Pontianak yang positif Corona, di Kantor Gubernur Kalimantan Barat, Minggu (15/3/2020) sore. 

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK  - Seorang Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19 membantah dirinya kabur dari RSUD dr Soedarso. Pasien laki-laki berumur 27 tahun ini menjelaskan kepada Tribun, kronologis yang menimpa dirinya.

Ia menuturkan, dua hari sebelum jati dirinya viral di pesan berantai WhatsApp, dirinya mendapat telepon dari petugas kesehatan di Jakarta.

"Saya memang pernah rapid test di Jakarta sebelum pulang ke Pontianak. Dalam teleponnya, mereka bilang kalau bisa cek kesehatan ulang di layanan kesehatan terdekat," katanya memulai percakapan dengan Tribun via telepon seluler, Rabu (8/4).

Petugas kesehatan meminta dirinya memeriksa ulang lantaran petugas kesehatan di Jakarta ini ragu akan hasil rapid test.

"Karena bagaimana pun rapid test hanya sekitar 60 persen akurasi yang bisa meyakinkan dan sisanya tidak," tambahnya.

Ia pulang dari Jakarta ke Pontianak pada 1 April lalu. Sejak 1 April, ia mengaku tak pernah keluar rumah dan selalu tinggal di rumah.

Bahkan ia tak bertemu secara langsung orangtua dan adik-adiknya di rumah. Itu sengaja dilakukannya untuk menghindari penularan, karena ia sadar baru datang dari Jakarta meskipun tidak ada hasil lab yang mengatakan dirinya positif Covid-19.

Pada Selasa (7/4), atas inisiatif sendiri ia datang ke RSUD dr Soedarso. Saat datang, ia mengaku diminta kesana-kemari dan harus bolak-balik.

"Akhirnya masuk IGD sebelum jam 12.00 WIB lewat. Saya masuk, cuma dites pakai stetoskop dan dibilang kalau saya aman," ceritanya.

Saat itu, ia sempat bertanya apakah petugas yang memeriksanya yakin dirinya aman. Ia lantas menunjukan kartu kuning dari Bandara. Setelah itu petugas di IGD kaget.

Bantu Warga di Pesisir Kapuas, Forum Peduli Masyarakat Pontianak Bentuk Posko Peduli Dampak Covid-19

"Oh abang benaran dari Jakarta," ucapnya menirukan perkataan petugas. "Emang saya main-main," sahutnya.

Setelah itu, barulah petugas di IGD Soedarso meminjam KTP dan identitas miliknya. "Itupun saya disuruh tunggu di ruangan. Jam 13.00 kurang baru petugas masuk lagi. Masuk pun cuma tes paru-paru dan tidak ada ngomong-ngomong," ceritanya.

Ia kembali ditanya apakah baru saja kembali dari Jakarta. Ia menegaskan memang dirinya kembali dari Jakarta pada 1 April lalu.

Kemudian ditanya, apakah dirinya mengalami gejala. Dirinya juga mengaku demam. "Terus ditanya hasil rapid test saya, saya bilangkan hasilnya tidak ada, dan hanya disuruh tes ulang. Mereka ragu-ragu," kata pria yang sudah diisolasi di RSUD dr Soedarso ini.

Setelah periksa paru-paru, ia mengaku tak mendapatkan instruksi apa pun. Bahkan tidak diminta untuk menunggu.

"Dia pergi, saya masih duduk di RSUD dr Soedarso tuh. Setelah itu jam 14.00 kurang ada masuk lagi petugas ngambil darah. Itupun ndak banyak kata, hanya bilang mau ambil darah," tambahnya.

Ia kembali bertanya, harus mengapa dan bagaimana. Petugas hanya mengatakan diam dulu. "Setelah itu, saya mikir ngapain saya ke sini dan tidak ada kejelasan. Hingga saya menunggu jam 16.00 kurang. Ada yang masuk lagi, eh cuma tensi darah," katanya.

Ia kembali bertanya. "Bang setelah ini ape agik, katanya udah. Saya tanya jadi gimana, petugasnya bilang ndak tahu," ceritanya.

Ia kemudian menunggu hingga pukul 17.00 lewat. "Setengah enam saya keluar, ketemu Satpam. Saya tanya, pak saya ngapain lagi. Satpam hanya bilang ndak tahu mas. Serius saya bilang, dia bilang serius," ucapnya.

Lantaran tak mendapat instruksi apapun, ia meminta KTP kepada Satpam. “Saya tidak boleh masuk, akhir Satpamnya sendiri yang masuk. Satpam datang dan membawa kantong, isinya hanya KTP dan kartu berobat Soedarso,” jelasnya.

"Saya tanya, tidak ada obatkah. Satpamnya bilang cuma itu, yakin kah kata saya. Dia bilang yakin,“ ucapnya.
Lantaran tak ada kejelasan, ia memilih duduk di parkiran di dekat Masjid RSUD dr Soedarso sembari menunggu salat Magrib meskipun saat itu masjid tutup. Ia memastikan selama berada di parkiran tak berkomunikasi dengan siapapun.

Peduli di Tengah Pandemi Covid-19, Polda Kalbar Bagikan Sembako Kepada Warga Tepian Sungai Kapuas

Saat berada di parkiran, ia menerima telepon dari petugas Puskesmas Siantan. "Perlu dicatat, pihak RSUD dr Soedarso tidak ada mengambil nomor handphone saya hingga detik ini. Mereka hanya mengambil KTP dan melihat kartu kuning Bandara," katanya.

Petugas Puskesmas Siantan mempertanyakan hasil pemeriksaan dirinya di RSUD dr Soedarso.

"Saya bilang, gimana hasilnya, Bang. Saya pun tidak tahu. Terus dia nanya penjelasan dari pihak rumah sakit seperti apa. Saya katakan jangankan jelaskan ngomong pun tak ada," katanya.

Petugas Puskesmas Siantan kemudian bertanya apa proses selanjutnya. Lantaran tak mendapatkan arahan, ia mengatakan tak tahu dan tidak ada kejelasan.

"Pertanyaan saya ini mudah bang. Saye harus kemana lagi dan apalagi," ucapnya menirukan percakapan dengan petugas Puskesmas Siantan.

Ia mengaku saat itu belum makan dan mandi. Waktu juga menjelang salat Magrib. Petugas Puskesmas Siantan akhirnya menelepon petugas RSUD dr Soedarso. Ia tetap menunggu di area parkiran rumah sakit.

Tak berselang lama, petugas Puskesmas menelepon kembali. Petugas kembali menyatakan apa arahan dari RSUD Soedarso dan menyatakan obat apa yang telah diberikan. Ia kemudian menjawab tak ada obat dan tidak ada arahan.

"Dia bepesan, kalau ada apa-apa menghubungi dirinya. Terus dia nanya saya mau kemana, saya jawab mau makan dan Magrib," katanya.

Lantaran tak mendapat jawaban, ia keluar parkiran RSUD Soedarso untuk mencari makan. "Saya makan sebentar dan salat. Abis salat saya ditelepon petugas Puskesmas tadi. Dia katakan saya dicari petugas Soedarso," jelasnya.
Ia mengatakan dirinya berada di Soedarso.

"Dia tanya ngape ndak menghubungi saya. Saya jawablah, petugas tidak ada mengambil nomor handphone, macam mana dia menghubungi saya," ceritanya.

Akhirnya ia sampai di pintu IGD Soedarso dan bertemu Satpam. Saat itu waktu menunjukan pukul 18.30.

"Satpam malah nanya kok balik lagi, saya katakan katanya saya dicari. Pihak Puskesmas telepon," ujarnya menjelaskan.

Ia kemudian diminta menunggu di ruangan untuk menjalani tes paru-paru. "Dari jam 18.30 itu sampai malam tidak ade yang ketemu saye. Ade perawat nongol kepala nawarkan makan nasi kotak jak. Saya katakan iya bang, makaseh," katanya.

Saat itu pula ia menelpon orangtuanya di rumah. Pukul 19.30, ia kaget karena identitasnya viral dan dinyatakan kabur dari rumah sakit. Dokumen pribadi dirinya seperti KTP dan kartu kuning dari Bandara ikut tersebar.

"Saat saya telepon mama, ada polisi datang ke rumah. Polisi bilang sama bapak saya kalau saya kabur dari rumah sakit," ceritanya.

Polisi juga menunjukkan informasi yang beredar di media sosial disertai KTP dirinya."Lah kabur darimana, itu lagi teleponan sama mamanya," ucapnya menirukan perkataan orangtuanya.

Polisi kemudian datang ke RSUD Soedarso. Ia menyayangkan datanya dirinya seperti KTP dan kartu kuning tersebar. Padahal dirinya tidak kabur. "Kapan saya ada kabur, dari jam setengah 7 saya duduk di ruangan Soedarso. Itu CCTV lengkap saya bilang," katanya.

Ia juga menegaskan, tak ada hasil rapid test positif di Jakarta. Ia hanya diminta untuk tes ulang. "Saya katakan silakan rumah sakit yang klarifikasi. Kasian keluarga saya di rumah didatangi polisi dan ditangani warga," katanya.

Ia juga mencari petugas yang menyebarkan identitasnya dan mengatakan dirinya kabur dari rumah sakit. Akibatnya, sang adik yang hendak mengantarkan pakaiannya ke rumah sakit dilarang oleh warga.

"Mama saya begegar di rumah ditemui orang terus sampai jam 03.00 subuh. Saya sayangkan informasi yang tidak benar dan menyebarkan KTP itu," tegasnya.

Ia meminta pihak rumah sakit mengklarifikasi karena telah menyebarkan informasi sesat menyatakan dirinya kabur seerta menyebarluaskan KTP serta identitasnya. "Saya sendiri di RSUD dr Soedarso, tidak ada rapid test dan darah saya baru diambil lagi," katanya.

Ia mengimbau kepada pemerintah serius, cepat dan tanggap menangani kasus corona. "Jangan terlalu cuek. Saya tahu pasien banyak dan mereka capek. Tapi tolong kasih arahan dan penjelasan pada pasien. Kita disuruh menunggu berjam-jam, itu lapar," katanya. Ia paham, hanya oknum yang berbuat, bukan seluruh tenaga medis.

Sesuai SOP
Gubernur Kalbar Sutarmidji memastikan layanan di RSUD dr Soedarso berjalan baik saat melayani pasien yang Covid-19. Sutarmidji memastikan tidak ada kesalahan prosedur dalam melayani seorang pasien yang diberikan kabur sebelumnya.

"Yang salah bukan rumah sakit, dienye sendiri. Emang selama ini ada masalah, kan tidak. Pelayanan bagus," ucap Sutarmidji saat diwawancarai, Rabu (8/4).

Ia mengajak semua berpikir, yang bersangkutan sudah ditetapkan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP) di Jakarta, makanya dilakukan rapid test terhadapnya. Seharusnya yang bersangkutan mengisolasi dirinya di sana, tapi malah kembali ke Pontianak.

"Dia tahu di Jakarta dia positif, kenapa dia pulang. Harusye die tetap diisolasi di Jakarta. Saya pastikan semua layanan baik," tegas Midji.

Sutarmidji kepada Tribun juga menunjukkan bukti registrasi yang bersangutan datang ke RSUD dr Soedarso pukul 13.35. Sedangkan yang bersangkutan mengatakan datang sebelum jam 12.00. "Kalau dia bilang jam 12.00 datang, padahal jam 13.35 dia baru datang daftar. Jadi dia bohong. CCTV ada di IGD, saya sudah lihat dan pelayanan bagus," ujarnya.

Midji menjelaskan, tidak sampai satu jam setelah yang bersangkutan melakukan registrasi hasil laboratorium dari pemeriksaan sudah keluar.

"RS Soedarso sudah puluhan merawat PDP Covid-19, semua sudah dilakukan sesuai protap. Saya minta pasien ini kooperatif, agar mudah merawatnya," tegas Sutarmidji.

Kepala Dinas Kesehatan Kalbar dr Harisson MKes menjelaskan, pada dasarnya pasien yang mau memeriksakan diri terkait Covid-19 harus mendatangi poli. Mereka harus mendaftar masuk ke ruang tunggu dan kemudian akan dipanggil oleh perawat untuk ke poli.

"Nah saat ketemu dokter harus terus terang, jangan ada yang disembunyikan. Ceritakan keluhannya apa," ucap Harisson.

Ia mencontohkan, misalnya pasien ada batuk, pilek, sesak nafas dan 14 hari terakhir kontak dengan pasien positif atau dalam waktu 14 hari mempunyai riwayat perjalanan. Apabila di Jakarta sudah menjadi ODP, maka saat di Pontianak misalnya harus dijelaskan serinci-rincinya.

"Jangan menyembunyikan apa yang terjadi an apa yang dialami. Dari penjelasan itu kan dokter akan mengambil kesimpulan. ODP, PDP dan pemeriksaan selanjutnya akan dilakukan," tegasnya.

Maka dokter bisa saja melakukan rontgen dan rapid test. Dokter pasti disebutnya selalu waspada.

"Jangan sampai seperti pasien kemarin, dia tidak terus terang itu. Terakhir petugas rumah sakit ngomong bahwa, Anda istirahat saja di rumah. Dia baru mengeluarkan bahwa dia ada surat Kartu Kewaspadaan Kesehatan dan dia ternyata ODP di Jakarta," tambahnya.

Harisson menegaskan, ada yang disembunyikan tersebutlah membuat petugas kesehatan lengah dalam menangani.

Maka perlu diketahui setiap masyarakat, ketika konsultasi atau berobat harus berterus terang. Sehingga petugas kesehatan melakukan pemeriksaan sesuai prosedur.

Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak Sidiq Handanu memastikan anggota keluarga PDP berstatus ODP. Keluarga pasien juga menjalani isolasi mandiri.

Tak hanya itu, seluruh anggota keluarga yang bersentuhan dengan pasien tersebut akan dilakukan rapid test.

"Sudah di isolasi mandiri keluarganya dan akan dilaksanakan rapid test," ucap Handanu.
Rapid test dilaksanakan untuk mengetahui lebih dini, apakah keluarga yang bersangkutan telah terjangkit atau tidak. (oni)

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved