Wabah Corona Tak Hentikan Kulminasi Matahari di Pontianak, Ini Penjelasan Ilmiah Tentang Kulminasi

Kendati Pemerintah Kota Pontianak di Maret 2020 ini tak menggelar festival Kulminasi, Fenomena alam tersebut pastinya tetap berlangsung.

Penulis: Ferryanto | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ FERRYANTO
Suasana penyemprotan disinfektan di Tugu Khatulistiwa oleh petugas BPBD Pontianak, Sabtu (21/3/2020) 

PONTIANAK- Kota Pontianak, ibu kota Provinsi Kalbar memiliki berbagai keunikannya sendiri, selain di lintasi sungai terpanjang di Indonesia, Kota Pontianak juga di lintasi garis Khatulistiwa serta memiliki Tugu Khatulistiwa yang menjadi satu kebanggaan Pontianak.

Dengan dilintasi garis khatulistiwa, Pontianak pun mengalami 2 kali fenomena alam Kulminasi Matahari dalam setahun, pada bulan Maret dan September, di tanggal 21 hingga 23, dan di tanggal tersebut pemerintah kota Pontianak selalu menggelar festival Kulminasi.

Dikarenakan wabah virus Corona yang sedang melanda dunia, dan bahkan Indonesia saat ini, pemerintah kota Pontianak pun meniadakan festival Kulminasi yang biasanya rutin di gelar di Kota Pontianak.

Kendati Pemerintah Kota Pontianak di Maret 2020 ini tak menggelar festival Kulminasi, Fenomena alam tersebut pastinya tetap berlangsung.

Mungkin sudah banyak yang mendengar tapi belum banyak yang memahami tentang fenomena Kulminasi Matahari itu.

Nia Syafitri,S.Si, M.Sc Perekayasa Ahli Pertama Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pontianak-LAPAN menerangkan bahwa Kulminasi Matahari merupakan Fenomena dimana Matahari tepat berada di atas garis Khatulistiwa.

"Sehingga cahaya matahari akan membagi rata di belahan Utara dan Selatan bumi, akibatnya, durasi siang dan malam hari di waktu kulminasi ini sama, sama - sama 12 jam,"tutur Nia Syafitri, Senin (23/3/2020).

Akibat matahari yang berada tegak di lurus di garis khatulistiwa, bayangan benda yang berada di bumi pun seakan - akan menghilang.

"Uniknya lagi, bayangan benda tegak di sekitar garis khatulistiwa akan menghilang, bertumpuk dengan benda itu sendiri," jelas Nia Syafitri.

Lebih jauh, Nia mengungkapkan bahwa ternyata menurut data dari BMKG, puncak dari Fenomena Kulminasi di 2020 di Pontianak terjadi pada tanggal 20 Maret 2020 pukul 11.50 WIB.

Selanjutnya, ia yang berkantor di jalan Lapan, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara itu juga menjelaskan bagaimana telur bisa berdiri di kala kulminasi matahari terjadi.

"Terkait adanya tradisi mendirikan telur pada saat puncak Kulminasi matahari, itu bukan di akibatkan oleh besarnya gaya gravitasi, saat terjadi Kulminasi, ini di sampai oleh kepala Lapan yaitu Thomas Jamaluddin, yang mengatakan bahwa telur itu dapat berdiri karena tertahan oleh bentuk permukaan atasnya,"ungkap Nia Syafitri.

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved