Human Interest Story
Kisah Anak Petani Lulus Pendidikan Bintara Polri, Sujud dan Cium Kaki Kedua Orang Tua
Muhammad Alhari mengatakan bahwa ia tak menyangka dapat lulus menjadi anggota Polri dan mewujudkan cita-citanya sejak kecil itu.
Penulis: Ferryanto | Editor: Maudy Asri Gita Utami
PONTIANAK - Setelah menjalani pendidikan 7 bulan lamanya, 200 Bintara dari SPN Polda Kalbar resmi dilantik oleh Kapolda Kalbar Irjen Pol R Sigid Tri Hardjanto, Senin (2/3/2020).
200 Bintara itu dilantik pada Apel Upacara penutupan pendidikan pembentukan Bintara Polri tahun 2019-2020 SPN Polda Kalbar yang digelar di SPN Polda Kalbar yang terletak di Jalan Subarkah, Kota Pontianak.
Dalam kesempatan ini, Kapolda menegaskan bahwa seleksi Anggota Polri saat ini bersih dan Transparan tanpa adanya pungutan liar ataupun suap dalam proses rekrutmennya
Satu di antara Bintara yang di Lantik ialah Muhammad Alhari (18), seorang Bintara Polisi yang berasal dari Kabupaten Kayong Utara.
• Hadiri Pelantikan Bintara Polri, Wagub Kalbar Harap Para Bintara Jadi Pengayom Masyarakat
Pada sesi terakhir penutupan Pendidikan Bintara ini, Muhammad Alhari terlihat bersujud dan mencium kedua kaki orang tuanya sembari menangis haru.
Kepada Tribun, Muhammad Alhari mengatakan bahwa ia tak menyangka dapat lulus menjadi anggota Polri dan mewujudkan cita-citanya sejak kecil itu.
Pasalnya Anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Suaida (40) dan Jamhari (50) itu hanya sekali mendaftar dan langsung lulus tes.

Ia menegaskan bahwa ia dan keluarga tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk masuk mendaftar polisi.
"Saya ingin menjadi polisi itu karena ingin membahagiakan orang tua saya, karena orang tua saya itu tidak mampu, dan saat pendaftaran ini saya tidak mengeluarkan uang sama sekali."
"Bahkan orang tua saya pada saat pendaftaran tidak tau, taunya waktu saya mau ke Pontianak," tutur pemuda 18 tahun yang berasal dari Desa Harapan Mulia, Kecamatan Sukadana.
Kepada Tribun, ia menceritakan bahwa sebelum mendaftar diri menjadi polisi di Pontianak, ia mengikuti program pembinaan yang digelar oleh Polres Kayong Utara.
"Pertama itu saya ikut program pembinaan di Polres Kayong Utara, saya pulang sekolah itu tidak balik kerumah lagi, tapi langsung ikut pembinaan di Polres, itu orang tua tidak tau, kalau ditanya saya hanya bilang dari sekolah," tuturnya.
Selanjutnya, ketika waktu pendaftaran tiba iapun bermodalkan nekat dan tekad untuk berangkat ke Pontianak.
"Pas mau berangkat ke Pontianak, saya bilang mau daftar polisi, mama sama bapak bilang, uang dari mana mau daftar polisi."
"Lalu saya bilang, Inshaa Allah tidak perlu pakai uang, jadi saya nekat ikut tes, dari awal sampai akhir, Alhamdulillah saya lulus," ceritanya.
Ia mengaku tak ada persiapan khusus saat hendak mengikuti seleksi pendaftaran anggota polri tersebut.
"Tidak ada persiapan khusus, Saya itu hanya menyiapkan fisik, karena saya itu merasa saya orang kampung, saya hanya mengutamakan fisik saya."
"Jadi Alhamdulillah, pas di Jasmani nilai saya cukup tinggi," ujarnya yang pernah bersekolah di SMA 3 Simpang Hilir.
Suhaida mengatakan bahwa ia sangat bangga dengan anak sulungnya yang bisa lulus pendidikan Bintara Polisi itu.
Ia mengaku tak menyangka bahwa sang putra bisa menjadi anggota polisi tanpa harus membayar ratusan juta seperti desas desus selama ini.
"Bapaknya petani padi, panennya setahun dua kali, kalau hasil panen itu sebagian di jual, sebagian untuk makan."
"Kalau nunggu panen juga bapaknya kadang jadi tukang, jadi buruh, yang penting bisa menghasilkan sama untuk kebutuhan,"tuturnya.
Tak banyak yang mampu di ungkapkan oleh kedua orang tua Muhammad Alhari, Suhaida hanya berpesan kepada sang putra agar selalu menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya.
Menjalankan tugasnya dengan jujur serta menjadi pengayom bagi masyarakat. (*)
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.wTribunPontianak_10091838
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak