Ilmuwan Khawatir Kini Virus Corona Sudah Bermutasi, Penderitanya Makin Sulit Dideteksi

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah berbagai negara dan para ilmuwan mengkhawatirkan munculnya mutasi baru...

Editor: Mirna Tribun
Shutterstock
Ilmuwan Khawatir Kini Virus Corona Sudah Bermutasi, Penderitanya Makin Sulit Dideteksi. 

Sebuah analisis baru dari 8.000 kasus pertama coronavirus yang dilakukan oleh para peneliti di China dan Amerika Serikat menunjukkan bahwa pria lebih mungkin didiagnosis dengan penyakit ini, lebih cenderung memiliki gejala yang paling parah, seperti pneumonia, dan lebih mungkin mati.

 Virus Baru Muncul Lagi, Lebih Mengerikan Dari Virus Corona, Hanya Butuh 48 Jam Bunuh Penderitanya

Salah satu alasan bias terhadap laki-laki mungkin karena para lelaki di China perokok berat.

Analisis ini dipublikasikan karena semakin memburuknya virus corona yang tengah dialami di seluruh dunia.

Analisis pasien China dan AS menunjukkan bahwa laki-laki jauh lebih mungkin terinfeksi Covid-19, dengan 55 persen kasus yang dikonfirmasi di antara laki-laki.

Ini juga menunjukkan bahwa pria cenderung menderita komplikasi yang lebih serius - 61,5 persen dari mereka yang didiagnosis dengan pneumonia paling parah adalah pria -.

Dan tingkat fatalitas kasus untuk pria lebih dari tiga kali lebih tinggi daripada wanita - 4,45 persen pria meninggal, dibandingkan dengan 1,25 persen pasien wanita.

Menjadi pria yang lebih tua adalah risiko khusus, penelitian menunjukkan, karena hampir 10 persen pasien pria berusia di atas 60 tahun dalam penelitian meninggal.

Alasan mengapa pria lebih rentan terhadap penyakit tidak sepenuhnya dipahami.

Akan tetapi ini telah menjadi kasus dalam dua wabah coronavirus sebelumnya sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) dan sindrom pernapasan akut (SARS).

 Negara Ini Tembak Mati Penderita Virus Corona Jika Lakukan Ini, Pejabat Tingginya Dieksekusi Mati

Beberapa peneliti mengatakan itu bisa sampai ke apa yang digambarkan WHO sebagai "keuntungan biologis yang melekat" pada perempuan.

Namun, bisa jadi karena faktor gaya hidup, terutama merokok.

Di Inggris, 16,5 persen pria merokok, dibandingkan dengan 13 persen wanita.

Tingginya tingkat merokok juga dikaitkan dengan hasil yang lebih serius di SARS dan MERS.

Salah satu ahli penyakit pernapasan terkemuka di Inggris, Gisli Jenkins, profesor kedokteran eksperimental di Universitas Nottingham, mengatakan bahwa perokok memiliki tingkat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang tinggi, suatu bentuk kerusakan paru-paru.

Dan orang dengan COPD beresiko tinggi pada umumnya penyakit pernapasan seperti coronavirus baru.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved