Human Interest Story
Pasien Meninggal Dunia Dalam Mobil Ambulans di Sintang, Begini Kisahnya
Akhirnya meninggal dunia di dalam mobil. Ini contoh dari kurang pekanya pengguna jalan yang tidak mau memberi jalan
Penulis: Agus Pujianto | Editor: Jamadin
“Sampai rumah sakit diperiksa dokter, sudah tidak ada (meninggal dunia). Jantungnya sempat dikejut, tapi sudah terlambat. Mungkin meninggal di jalan, waktu kena macet,” katanya.
Wishnu, mengaku tak mengenal pasien yang dia kawal menuju rumah sakit. Dia juga tak sempat bertanya, siapa dan apa riwayat sakitnya.
Dalam hatinya, Wishnu hanya ingin membantu mengurai kemacetan untuk memberi ruang kepada ambulance membawa pasien gawat darurat agar cepat sampai ke rumah sakit dan pasien selamat.
“Pasien dari Puskemas Sepauk, mobil yayasan muslim sepauk. Gak tanya saya siapa nama pasiennya. Tugas kita hanya memandu ambulance. Yang jelas (dalam ambulance) pasien sudah sesak nafasnya, ada petugasnya dan oksigen juga ada,” ujar Wishnu.
Wishnu menyayangkan pengguna jalan belum punya kesadaran menepikan kendaraan apabila ada ambulance yang lewat. Padahal, sirene dan rotator sudah dinyalakan.
“Sirine rotator sudah ada, tapi masyarakt abai, masih kurang peduli. Saya posting di Facebook biar masyarakat membaca, bahwa sirene ambulance berarti bawa pasien, kritis atau tidak (pasien yang dibawa) yang penting didahulukan,” jelasnya.
Berdasarkan Undang Undang (UU) No 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), khususnya pasal Pasal 134, setidaknya ada tujuh kelompok pengguna jalan yang memiliki hak utama.
Ambulance yang mengangkut orang sakit merupakan perioritas kedua setelah mobil pemadam kebakaran.
Wishnu menyadari, Indonesian Escorting Ambulance (IEA) komunitas yang digelutinya atas dasar kemanusiaan ini secara undang-undang memang tidak diperbolehkan mengawal mobil ambulance.
“Sebenarnya kami juga dilarang polisi. Karena tupoksi yang mengawal ambulance mereka. Tapi di satu sisi, masyarakat membutuhkan kami. Polisi jarang kita lihat mengawal ambulance yang lewat, Cuma memeriksa kelengkapan kendaraan,” ujar Wishnu.
Seharusnya, kata Wishnu Indonesian Escorting Ambulance dirangkul membantu kepolisian memberikan edukasi kepada masyarakat dan pengguna jalan, supaya ketika ambulance lewat, masyarakat sadar dan menepi.
“Kita turun malah ditindak. Padahal kita berbuat tanpa berharap, tidak minta sepeser pun. (coba) diajak jadi mitra. Harusnya masyarakat juga diedukasi, kan kita bisa bantu. Jadikan mitra, bukan kita dimusuhi,” tukasnya.
Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak
Update Informasi Kamu Via Launcher Tribun Pontianak Berikut: