Dosen Asal Kalbar di Cina Ungkap Tiongkok Sigap Tangani Virus Corona
Menurutnya Marvely situasi saat ini di Tiongkok sudah membaik dan tidak seperti pemberitaan yang berkembang saat ini.
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Stefanus Akim
Telan Korban 170 Jiwa
Korban meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona Wuhan atau 2019-nCoV terus bertambah. Data terkini, Kamis (30/1/2020), 170 orang meninggal dunia, bertambah dari hari sebelumnya 132 orang. Terdapat 38 kematian baru termasuk 37 di Provinsi Hubei, dan kasus lainnya di Provinsi Sichuan, barat daya China.
Selain itu, terdapat 7.864 kasus terkonfirmasi virus corona yang masih satu keluarga besar dengan SARS dan MERS ini. Virus Corona disebut mirip SARS dan MERS. Virus Corona menular merlalui pernafasan, mirip Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
SARS muncul di Cina, kurun wkatu tahun 2002-2003, menewaskan 774 jiwa. Adapun MERS atau sindrom pernapasan Timur Tengah merebak di Arab Saudi pada 2012 yang ditularkan melalui unta. MERS telah menyebabkan 2.494 kasus yang dikonfirmasi di 27 negara dan membunuh 858 orang. Penyebab virus Corona belum diketahui secara pasti, namun disebut-sebut dari hewan liar.
Virus Corona yang telah menyebabkan puluhan kematian dan ratusan orang jatuh sakit di seluruh dunia diyakini bermula dari sebuah pasar di Wuhan, provinsi berpenduduk 11 juta jiwa. Wuhan adalah kota terbesar ke-7 di Cina, dan kota terbesar ke-47 di Dunia. Ukurannya kurang-lebih London, Inggris.
Pihak berwenang percaya virus corona berasal dari hewan liar yang dijual Pasar Seafood (Makanan Laut) Huanan, Wuhan. Pasar itu menjual berbagai jenis hewan, termasuk hewan liar.
Dilansir dari South China Morning Post, 27 Januari 2020, pemerintah Provinsi Hubei memasang papan iklan di pasar tersebut mencantumkan gambar rubah, buaya, anak anjing, serigala, salamander, ular, tikus, burung merak, landak, bahkan koala. Tercatat, Pasar Huanan menjual lebih dari 112 jenis hewan hidup.
Penyebaran virus pun meluas ke 18 negara yang telah mengonfirmasi penemuan kasus serupa. Negara-negara tersebut yaitu Malaysia menemukan 4 kasus Corona, Jepang (4 kasus), Korea Selatan (4 kasus), Taiwan (5 kasus), Thailand (8 kasus), dan Singapura (4 kasus).
Kemudian Australia (5 kasus), Amerika Serikat (5 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal (1 kasus), Kanada (1 kasus), Sri Lanka (1 kasus), Perancis (1 kasus), Vietnam (2 kasus), Jerman (1 kasus), Uni Emirat Arab (1 kasus), dan Finlandia (1 kasus).
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menjelaskan virus corona dapat menular dalam masa inkubasi yang berlangsung hingga dua minggu atau 14 hari. Hal ini menandakan kemampuan virus untuk menyebar semakin kuat.
"Wabah ini diperkirakan masih akan berlanjut untuk beberapa waktu," ujar Ma Xiaowei, menteri yang bertanggung jawab atas NHC, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (30/1).
Kasus yang dicurigai di Tibet telah dikonfirmasi, yang berarti virus telah menyebar ke 31 provinsi daratan Cina, kota, dan daerah otonom.
Para ilmuwan di tim peneliti virus Corona baru dari Chinese Academy of Sciences mengatakan, telah menemukan tes untuk respons antibodi pada pasien yang terinfeksi. Mereka juga mengaku telah mengidentifikasi obat yang efektif dalam mengandung virus. Tiga obat, yaitu Remdesivir, GS-5734, Chloroquine, serta Sigma-C6628 dan Ritonavir, semuanya dikatakan "dalam proses otorisasi untuk digunakan pada pasien", menurut surat kabar lokal Hubei Daily.
Kedutaaan Besar China di Indonesia menyatakan, sampai Rabu kemarin (29/1) pukul 24.00 WIB, ada 128 pasien yang dinyatakan sembuh. "Ada 128 orang yang sembuh sampai Rabu malam tadi," ujar Kepala Humas Kedutaan Besar China untuk Indonesia, Huang Hui, saat dihubungi Tribun, Kamis (30/1).
Sebelumnya, media seperti Media China seperti Xinhua dan China Global Television Network merilis kesembuhan pasien pertama kali, Selasa (28/1) lalu. Kedua media tersebut menulis ada 51 orang yang dinyatakan sembuh dan kemudian sehari kemudian, Kamis (29/1) pukul 21.00 WIB tercatat ada 118 orang yang dinyatakan sembuh.
Namun, sampai hari ini, otoritas kesehatan China belum memberikan keterangan lanjutan bagaimana perawatan dan pengobatan pada pasien hingga dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. *