Dosen Asal Kalbar di Cina Ungkap Tiongkok Sigap Tangani Virus Corona
Menurutnya Marvely situasi saat ini di Tiongkok sudah membaik dan tidak seperti pemberitaan yang berkembang saat ini.
Penulis: Tri Pandito Wibowo | Editor: Stefanus Akim
PONTIANAK - Virus Corona masih menjadi perhatian seluruh dunia, bahkan di Indonesia. Berbagai upaya pengetatan pengawasan kesehatan terus dilakukan di tiga lajur, yakni darat, udara dan air. Satu di antara Warga Negara Indonesia (WNI) yang bekerja sebagai dosen di Maoming University di Guangdong, Guangzhou, Tiongkok, adalah Marvely Nustra.
Menurut Marvely situasi saat ini di Tiongkok sudah membaik dan tidak seperti pemberitaan yang berkembang saat ini.
"Karena sedang musim Imlek, awalnya agak susah mendeteksi siapa saja yang terkena (virus corona). Ketika Kota Wuhan yang terkena virus itu sudah diisolasi, pemerintah sudah dapat mengatasi kasus tersebut. Sehingga kota-kota lain tidak begitu terpengaruh," ujarnya kepada Tribun Pontianak, saat ditemui dari Bandara Supadio, Kamis (30/1).
Marvely Nustra yang merupakan putra mantan anggota DPRD Kabupaten Mempawah, Drs Martinus Beltra, baru saja tiba di Pontianak sekitar pukul 17.10 WIB. Ia bersama istri dan anaknya take off dari Gaoqi Xiamen Airport menuju Cengkareng pada 28 Januari 2020 dalam rangka libur Imlek. Dilanjutkan ke Pontianak, Kalbar.
Marvely Nustra mengatakan karena kemajuan teknologi, pemerintah bersama petugas kesehatan di Tiongkok sudah dapat mendeteksi masyarakat yang terkena virus corona sehingga akan langsung diisolasi. "Banyak warga yang mencoba keluar dari Wuhan yang sudah diisolasi. Mereka keluar secara ilegal, tapi tetap dikejar oleh pemerintah setempat. Masih bisa dideteksi," ungkapnya.
Ketika tiba di Indonesia, Marvely tak seorang diri, ia bersama istrinya yang berasal dari Tiongkok dan juga mengajar di tempat sama dengannya. Serta bayi mungil, yang usianya belum genap setahun.
Marvely juga menyoroti beberapa foto yang beredar di internet, terlihat orang-orang tergeletak di jalan terkena wabah virus corona. Namun, ia mengatakan semua itu adalah hoaks.
"Misalnya kita kena virus itu, kita tidak ada terkena sindrom. Malahan kita langsung jatuh. Namun, yang beredar di media sosial, ketika melihat banyak yang menakuti terkait gejala yang muncul, kita pun menjadi panik," bebernya.

Pria yang berasal dari Kalbar ini menuturkan, Pemerintah Tiongkok sudah berpengalaman dalam menangani kasus kesehatan yang tengah menjadi perhatian. Ia mencontohkan, kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yakni Sindrom Pernapasan Akut Berat muncul pertama kali di Provinsi Guangdong, Tiongkok, pada November 2002 lalu.
"Seperti SARS tahuh 2002 lalu, mereka sudah tahu bagaimana cara mengatasinya dan mengapa mereka lakukan isolasi, karena tidak ingin menjadi dampak yang besar. Perlu kita ketahui, pemerintah Tiongkok sudah memiliki vaksin untuk virus corona," imbuhnya.
Meskipun, Marvely mengatakan saat ini kondisi Tiongkok sudah membaik. Persoalan lain yang dihadapi saat ini adalah sulitnya mendapatkan masker.
"Biasanya banyak pabrik tutup saat imlek, dan 10 hari setelah imlek mereka mulai buka guna mengatasi persoalan masker ini, tapi masih tetap kurang. Terpenting saat ini adalah masker dan membiasakan cuci tangan," ucapnya.
Terkait proses belajar mengajar di Tiongkok, Marvely menyatakan sudah memasuki fase liburan sekolah. Setelah itu, barulah memperoleh informasi terkait virus corona.
Hal yang paling diingat Marvely adalah proses pengecekan kesehatan sangat ketat di Tiongkok, mulai dari ruas jalan hingga bandara guna mengantisipasi virus corona.
"Ada pendeteksi khusus temperatur di sana. Ketika kita di jalanan, pemerintah dan petugas kesehatan mudah memonitoring siapa saja yang terinfeksi. Serta di bandara juga dipasang thermal scanner," katanya.
Selain itu, Marvely juga berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia agar tidak panik dengan warga asing yang datang ke Indonesia. "Jika ada turis dari Tiongkok datang ke Indonesia atau Kalbar, belum tentu mereka terkena virus itu. Intinya, jangan panik namun tetap waspada," pungkasnya.
Telan Korban 170 Jiwa
Korban meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona Wuhan atau 2019-nCoV terus bertambah. Data terkini, Kamis (30/1/2020), 170 orang meninggal dunia, bertambah dari hari sebelumnya 132 orang. Terdapat 38 kematian baru termasuk 37 di Provinsi Hubei, dan kasus lainnya di Provinsi Sichuan, barat daya China.
Selain itu, terdapat 7.864 kasus terkonfirmasi virus corona yang masih satu keluarga besar dengan SARS dan MERS ini. Virus Corona disebut mirip SARS dan MERS. Virus Corona menular merlalui pernafasan, mirip Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
SARS muncul di Cina, kurun wkatu tahun 2002-2003, menewaskan 774 jiwa. Adapun MERS atau sindrom pernapasan Timur Tengah merebak di Arab Saudi pada 2012 yang ditularkan melalui unta. MERS telah menyebabkan 2.494 kasus yang dikonfirmasi di 27 negara dan membunuh 858 orang. Penyebab virus Corona belum diketahui secara pasti, namun disebut-sebut dari hewan liar.
Virus Corona yang telah menyebabkan puluhan kematian dan ratusan orang jatuh sakit di seluruh dunia diyakini bermula dari sebuah pasar di Wuhan, provinsi berpenduduk 11 juta jiwa. Wuhan adalah kota terbesar ke-7 di Cina, dan kota terbesar ke-47 di Dunia. Ukurannya kurang-lebih London, Inggris.
Pihak berwenang percaya virus corona berasal dari hewan liar yang dijual Pasar Seafood (Makanan Laut) Huanan, Wuhan. Pasar itu menjual berbagai jenis hewan, termasuk hewan liar.
Dilansir dari South China Morning Post, 27 Januari 2020, pemerintah Provinsi Hubei memasang papan iklan di pasar tersebut mencantumkan gambar rubah, buaya, anak anjing, serigala, salamander, ular, tikus, burung merak, landak, bahkan koala. Tercatat, Pasar Huanan menjual lebih dari 112 jenis hewan hidup.
Penyebaran virus pun meluas ke 18 negara yang telah mengonfirmasi penemuan kasus serupa. Negara-negara tersebut yaitu Malaysia menemukan 4 kasus Corona, Jepang (4 kasus), Korea Selatan (4 kasus), Taiwan (5 kasus), Thailand (8 kasus), dan Singapura (4 kasus).
Kemudian Australia (5 kasus), Amerika Serikat (5 kasus), Kamboja (1 kasus), Nepal (1 kasus), Kanada (1 kasus), Sri Lanka (1 kasus), Perancis (1 kasus), Vietnam (2 kasus), Jerman (1 kasus), Uni Emirat Arab (1 kasus), dan Finlandia (1 kasus).
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) menjelaskan virus corona dapat menular dalam masa inkubasi yang berlangsung hingga dua minggu atau 14 hari. Hal ini menandakan kemampuan virus untuk menyebar semakin kuat.
"Wabah ini diperkirakan masih akan berlanjut untuk beberapa waktu," ujar Ma Xiaowei, menteri yang bertanggung jawab atas NHC, dikutip dari South China Morning Post, Kamis (30/1).
Kasus yang dicurigai di Tibet telah dikonfirmasi, yang berarti virus telah menyebar ke 31 provinsi daratan Cina, kota, dan daerah otonom.
Para ilmuwan di tim peneliti virus Corona baru dari Chinese Academy of Sciences mengatakan, telah menemukan tes untuk respons antibodi pada pasien yang terinfeksi. Mereka juga mengaku telah mengidentifikasi obat yang efektif dalam mengandung virus. Tiga obat, yaitu Remdesivir, GS-5734, Chloroquine, serta Sigma-C6628 dan Ritonavir, semuanya dikatakan "dalam proses otorisasi untuk digunakan pada pasien", menurut surat kabar lokal Hubei Daily.
Kedutaaan Besar China di Indonesia menyatakan, sampai Rabu kemarin (29/1) pukul 24.00 WIB, ada 128 pasien yang dinyatakan sembuh. "Ada 128 orang yang sembuh sampai Rabu malam tadi," ujar Kepala Humas Kedutaan Besar China untuk Indonesia, Huang Hui, saat dihubungi Tribun, Kamis (30/1).
Sebelumnya, media seperti Media China seperti Xinhua dan China Global Television Network merilis kesembuhan pasien pertama kali, Selasa (28/1) lalu. Kedua media tersebut menulis ada 51 orang yang dinyatakan sembuh dan kemudian sehari kemudian, Kamis (29/1) pukul 21.00 WIB tercatat ada 118 orang yang dinyatakan sembuh.
Namun, sampai hari ini, otoritas kesehatan China belum memberikan keterangan lanjutan bagaimana perawatan dan pengobatan pada pasien hingga dinyatakan sembuh dan diperbolehkan pulang. *