Kesehatan
Dokter Sebut Cokelat Obat Ampuh Meredakan Batuk, Telah Diuji Dalam Penelitian
Profesor Alyn Morice, kepala studi kardiovaskular dan pernapasan di University of Hull, mengatakan bahwa pengobatan manis dapat meredakan batuk.
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID - Penyakit batuk lagi mudah dialami kita semua karena polusi serta cuaca yang tak menentu.
Namun, ketahuilah jika cokelat bisa membantu untuk meredakan batuk-batuk lo.
Dilansir dari Her.ie, menurut dokter, cokelat dapat membantu untuk menyembuhkan batuk-batuk secara ampuh daripada obat sirup.
Profesor Alyn Morice, kepala studi kardiovaskular dan pernapasan di University of Hull, mengatakan bahwa pengobatan manis dapat meredakan batuk.
Dalam sebuah artikel untuk Daily Mail, Profesor Morice memberi tahu bagaimana hasil dari penelitian dunia nyata terbesar dari obat batuk yang dijual bebas.
Penelitian menunjukkan bahwa obat yang mengandung kakao lebih baik daripada sirup batuk normal.
163 pasien terlibat dalam uji coba terkontrol secara acak, dengan mereka yang menggunakan obat berbasis cokelat menunjukkan peningkatan gejala yang signifikan dalam dua hari.
Ini bukan pertama kalinya cokelat dipuji sebagai solusi yang memungkinkan untuk meredakan batuk.
Para peneliti di Imperial College di London sebelumnya menemukan bahwa theobromine, suatu senyawa dalam kakao, lebih baik dalam menekan batuk.
Profesor Morice mengatakan bahwa obat cokelat baru, Uncouth, telah terbukti mengurangi frekuensi batuk pasien serta gangguan tidur mereka dalam waktu 48 jam.
Artikel ini telah terbit sebelumnya di https://nova.grid.id/read/051991012/wow-ternyata-cokelat-bisa-dengan-ampuh-redakan-batuk-dalam-waktu-cepat-begini-menurut-peneliti?
Dokter Jelaskan Batuk Pilek Biasa Beda dengan Influenza, Jika Sudah Komplikasi Sebabkan Kematian
Batuk pilek biasa ternyata berbeda dari influenza.
Ketua Perhimpunan Alergi-Imunologi Indonesia, Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SsPD, K-AI, FINASIM menjelaskan, batuk pilek yang umum kita alami sehari-hari adalah selesma.
Virus influenza berbeda dengan selesma.
Komplikasi influenza bisa menyebabkan radang paru, bahkan kematian akibat gangguan saluran nafas berat.
Sementara, selesma tidak mengancam nyawa.
"Kalau selesma itu aneka virus, tapi virusnya tidak ganas," kata Iris dalam media gathering di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/11/2019).
Ibaratnya, selesma akan sembuh sendiri tanpa disertai pengobatan asalkan penderitanya cukup istirahat dan minum hingga tidak kekurangan cairan.
Ketua Indonesia Influenza Foundation, Prof. dr. Cissy B. Kartasasmita, SpA(K), PhD menambahkan, konsumsi obat bisa dilakukan untuk mengurangi gejala selesma.
Misalnya, konsumsi obat sakit kepala ketika selesma disertai sakit kepala, atau mengonsumsi obat demam ketika disertai gejala demam.
Termasuk konsumsi obat-obatan herbal.
"Boleh enggak (konsumsi) jeruk nipis sama madu atau kecap saat ada batuk?"
"Boleh saja, tapi yang terpenting mempertahankan daya tahan tubuh dan minum cukup supaya jangan kekurangan cairan," kata dia.
"Obat herbal tidak menyembuhkan tapi hanya menghilangkan gejala," tutur dia lagi.
Lalu, apa saja perbedaan utama selesma dan influenza?
1. Demam

Penderita selesma jarang menderita demam, sementara penderita influenza bisa mengalami demam tinggi yang biasanya berakhir dalam 3-4 hari.
2. Sakit kepala
Penderita selesma jarang mengalami sakit kepala. Sebaliknya, penderita influenza seringkali mengalami sakit kepala hebat.
3. Nyeri dan pegal
Rasa nyeri dan pegal yang dirasakan penderita selesma umumnya ringan, sedangkan pada penderita influenza seringkali sangat sakit.
4. Lemah
Penderita selesma biasanya tetap bisa beraktivitas seperti pada umumnya.
Sementara, penderita influenza bisa merasa tubuhnya sangat lemah, bahkan gejala bisa terjadi hingga satu bulan lamanya.
5. Terbaring di tempat tidur
Penderita influenza bisa tak berdaya dan berbaring di tempat tidur hingga 5-10 hari lamanya, sementara penderita selesma tidak.
6. Pilek

Penderita influenza biasanya jarang mengalami pilek. Hal ini justru sering dirasakan oleh penderita selesma.
7. Bersin-bersin dan sakit tenggorokan
Penderita selesma biasa mengalami bersin-bersin atau sakit tenggorokan, sementara pada penderita influenza kadang terjadi.
8. Batuk
Gejala batuk pada penderita selesma berkisar antara ringan ke sedang, sementara pada penderita influenza batuk-batuk biasa terjadi bahkan bisa menjadi parah.
9. Komplikasi yang biasa terjadi
Pada penderita selesma, komplikasi yang biasa terjadi adalah sinus atau infeksi telinga.
Sementara pada penderita influenza, komplikasi bisa berakibat serius, seperti pneumonia, gagal ginjal, gagal hati, hingga kematian.
Kapan harus mewaspadai influenza? Influenza merupakan penyakit saluran nafas akut yang mudah menular dan virusnya telah menyebar hingga ke seluruh dunia.
Sayangnya, influenza kerap dianggap sebagai penyakit ringan.
Padahal, penyakit ringan yang kerap disebut influenza oleh orang kebanyakan sebetulnya adalah selesma.
Keduanya memiliki gejala yang sama, hanya saja virus penyebabnya yang berbeda.
Meski kerap disebut influenza, selesma dalam literatur disebut sebagai Influenza Like Illness (ILI) atau penyakit mirip influenza.
Lalu, kapan kita perlu mewaspadai penyakit yang diderita adalah influenza? Gejala pada anak dan orang dewasa pada umumnya tergolong serupa.
Cissy merinci, anak-anak yang mengalami influenza biasanya cenderung sangat rewel, panas tinggi dan tidurnya terganggu.
Demam pada penderita selesma bisanya akan berkurang dalam tiga hari dan kemudian hilang, sementara pada penderita influenza bisa bertahan selama lebih dari lima hari.
Selain itu, dokter juga bisa melihat apakah ada kemungkinan infeksi bakteri yang dialami penderita influenza tersebut.
Sebab, ketika mengalami infeksi virus, mekanisme pertahanan saluran pernafasan penderita akan menurun.
Kondisi itu akan membuat mereka rentan terkena infeksi bakteri.
"Jadi kalau tiga hari tidak sembuh sendiri apalagi semakin parah, biasanya kami anjurkan berobat," ujar Cissy.
Nah, demi mencegah influenza, dinjurkan untuk melakukan vaksinasi rutin setahun sekali.
Vakin influenza bisa didapatkan di sejumlah klinik dan rumah sakit dengan harga berkisar Rp 200.000 tergantung dari fasilitas penyedia kesehatan. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perhatikan, Beda Batuk Pilek "Biasa" dan Influenza"