Jakarta Banjir
Kisah Ibu dan Bayi Usia 2 Hari Terjebak Banjir di Jakarta Selama 14 Jam, Bertahan di Atap Rumah
Banjir menenggelamkan seluruh bangunan rumah, menyisahkan atap bangunan setinggi dua lantai.
Diah dan bayi berusia dua hari terjebak banjir di Perumahan Pondok Gede Permai (PGP), Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat. Diah dan bayinya berhasil dievakuasi pada pukul 03.00 WIB dini hari.
Banjir menenggelamkan seluruh bangunan rumah, menyisahkan atap bangunan setinggi dua lantai.
Diah menceritakan kisahnya saat ia dan bayinya terjebak banjir.
Diah mengatakan, ia dan sang bayi harus bertahan menunggu pertolongan datang selama kurang lebih 14 jam sejak banjir memasuki kawasan perumahannya itu.
"Banjir mulai masuk pagi sekitar jam 3 subuh," kata Diah saat dijumpai TribunJakarta.com.
Kebanyakan warga yang terjebak awalnya tidak mengira banjir akan datang begitu cepat. Mereka memilih tetap bertahan saat air mulai masuk ke dalam rumah dan berlindung di bangunan lantai dua.
• Jakarta Banjir - Peringatan Dini BMKG Umumkan Wilayah Diprediksi Hujan Instensitas Tinggi dan Eksrem
"Saya ditelepon sama bos. Saya mau dievakuasi sama tim, anak saya baru berusia dua hari," jelasnya.
Warga lain yang berhasil dievakuasi adalah Erna. Dia mengaku bersama tiga orang anaknya bertahan dengan berlindung di atas atap lantai dua bangunan rumah.
"Udah enggak bisa kemana-mana, di lantai dua itu udah kejebak 90 sentimeter airnya," ujarnya.
Erna mengaku sempat mengira kalau air akan segera surut ketika awal mula banjir melanda. Hal ini kata dia, menyebabkan banyak warga terjebak banjir.
"Soalnya mengira air bakal surut, tapi lama kelamaan makin tinggi, cepat sekali naikknya. Sudah enggak bisa kemana-mana kejebak," jelas dia.
Tak hanya Diah dan bayinya yang terjebak banjir. Hal itu juga dialami Annisa (29), warga RT 14/RW 07 Kelurahan Bidara Cina, Jakarta Timur.
Saat banjir melanda, balita perempuan Annisa yang berusia 1,5 tahun sedang dalam kondisi sakit saat terjebak banjir.
Meski hujan deras dan tak mengenakan has hujan, dia meminta ikut rombongan perahu karet personel Brimob yang menyisir permukiman warga.
Kala evakuasi dimulai sekira pukul 22.15, Annisa langsung menyatakan niatnya ikut agar memandu personel Brimob ke rumahnya tempat sang anak.
"Saya mau ikut pak, anak bayi saya lagi sakit panas. Sekarang masih terjebak di rumah," pinta Annisa kepada Kapolres Metro Jakarta Kombes Arie Ardian Rishadi.
Mendengar permintaan, Arie kemudian menginstruksikan jajarannya agar mengawal dan mengevakuasi anak Annisa yang sakit.
Nahas setelah satu jam berupaya menjangkau rumah Annisa, personel Brimob yang diperbantukan gagal melakukan evakuasi.
Perahu karet bermesin yang dinaiki Annisa tiba ke titik awal evakuasi di satu masjid sekira pukul 23.20 WIB karena tak kuat melawan arus.
"Enggak sampai rumah, jarak sekitar 400 meter dari rumah saya komandannya bilang air sudah terlalu tinggi dan arus deras. Takut malah bahaya katanya," ujarnya.
Personel Brimob yang berupaya menembus lokasi pun membenarkan pernyataan Annisa terkait ketinggian air banjir dan derasnya arus.
"Enggak tembus, di ujung dekat kali airnya nyaris setinggi lima meter," kata seorang personel Brimob.
Saat mendapat kabar rumahnya kebanjiran, Annisa tak berada di rumah karena mendampingi suami yang sakit dan dirawat inap di RS Polri.
Setibanya di Jalan Tanjung Lengkong yang jadi akses ke rumahnya pukul 19.30 WIB dia sudah tak bisa menembus banjir setinggi dua meter itu.
"Suami saya sudah tiga hari dirawat di RS Polri karena tipes, makannya pas tadi sore saya enggak di rumah. Tapi pas saya datang air sudah tinggi," tuturnya.
Selain anak bungsunya, Annisa juga mencemaskan kondisi dua anak laki-laki, kakak, dan sang nenek yang terjebak di rumah. Pasalnya hingga pukul 01:00 WIB, hujan deras kembali menguyur Jakarta Timur dan ketinggian air yang merendam permukiman warga meningkat.
"Anak saya tiga, laki-laki umur 9 dan 8 tahun. Nah yang sakit ini perempuan umur 1,5 tahun. Orang dewasa di rumah tinggal abang sama nenek," lanjut Annisa.