Nasib Guru Honorer di Perbatasan, Bertahan dengan Gaji Rp 160 Ribu Per Bulan

Seperti yang dialami oleh Diana Normiati, guru honorer di SDN 18 Lubuk Kedang, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang.

TRIBUNPONTIANAK/ISTIMEWA/Diana
MENGAJAR: Diana Normiati, guru honorer sekolah di SDN 18 Lubuk Kedang, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang, sedang mengajar siswa siwi di sekolah. Diana merupakan guru honorer yang bertahan dengan gaji Rp 160 ribu perbulan. Sejak tahun 2007, Diana sudah mengabdi sebagai guru honorer. 

Semenjak merasakan menjadi seorang guru, Diana menjadi termotivasi dan mencintai profesi guru.

Kemudian, dia melanjutkan pendidikan SI.

“Dari situ hati saya terpanggil untuk menjadi guru. Meskipun dengan keterbatasan pengetahuan yang saya miliki pada saat itu dengan honor yang seadanya. Saya termotivasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan saya dengan melanjutkan pendidikan saya ke S1. Semua itu saya lakukan semata untuk memberikan pengetahuan yang lebih banyak lagi kepada peserta didik saya,” cerita Diana.

Selama menjadi honorer, Diana hanya menerima honor Rp 160 ribu rupiah perbulan.

Sangat jauh dari kata layak.

Terlebih, honor itu diberikan setelah tiga bulan sekali.

Tentu honor itu tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Diana.

“Kalau dilihat dari jumlahnya ya tidak cukup. Tapi saya kadang dapat 500 ribu, ambil pelajaran tambahan,” katanya.

12 tahun menjadi guru honorer, Diana juga ingin mendapat kesejahteraan yang layak.

Tahun lalu, Diana mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri ikut CPNS.

Sayangnya, dia gagal menjadi abdi negara.

Status Diana, kembali ke guru honorer.

“Dari tahun 2007, sampai sekarang saya masih menjadi guru honorer,” ungkap Diana.

Diana akan tetap bertahan menjadi guru honorer meski gajinya cekak.

Warga Desa Nanga Kelapan ini ingin menjadi bagian dari mencerdaskan anak bangsa.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved