Pasangan EUR/USD Berlanjut Tertekan, Intip Pelemahan Rupiah Pekan Akhir November
Pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat tipis 0,09% ke Rp 14.100 per dollar AS.
Sepekan ini rupiah mengalami pelemahan 0,11 %.
Pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat tipis 0,09% ke Rp 14.100 per dollar AS.
Sedangkan, sepekan terakhir, rupiah melemah 0,22%.
Sementara, pergerakan pasangan EUR/USD diprediksi masih akan tertekan seiring dengan menguatnya kurs dollar AS terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya di akhir pekan lalu.
Hal ini terjadi, karena investor mencerna sejumlah data ekonomi positif Negeri Paman Sam tersebut, dan membuat euro mengalami tekanan.
Mengutip Bloomberg, pasangan kurs EUR/USD tercatat koreksi 0,34% ke level 1,1021 pada perdagangan Jumat (22/11).
Analis PT Finnex Berjangka Nanang Wahyudin mengungkapkan, euro bergerak volatile pasca Gubernur baru Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde, memberikan pidato perdananya.
• IHSG Awal Perdagangan Pekan Ini Anjlok Hingga 1,39 Persen
Berbicara di Frankfurt, Jerman, Lagarde menyatakan zona euro perlu meningkatkan permintaan domestik, termasuk meningkatkan investasi publik agar mampu bertahan dari pelambatan ekonomi global.
Mantan Direktur Pelaksana Dana Moneter International (IMF) itu tidak banyak menyinggung mengenai kebijakan moneter dan hanya memastikan akan melanjutkan perannya dalam mendukung perekonomian.
Di sisi lain, zona euro melaporkan data aktivitas bisnis yang terdiri dari sektor manufaktur dan jasa.
Diketahui, sektor manufaktur blok 19 negara menunjukkan perbaikan, meskipun sektor jasa kali ini justru menunjukkan penurunan.
Sementara itu data aktivitas manufaktur Jerman, yang juga motor penggerak ekonomi terbesar Eropa itu menunjukkan perbaikan signifikan.
Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis Markit menunjukkan angka 43,8 pada November, atau di atas capaian bulan sebelumnya yakni 42,1.
• Perang Dagang Dorong Pelemahan Rupiah Siang Ini, Bagaimana dengan Mata Uang Lain di Asia?
"Memang aktivitas manufaktur Jerman masih menunjukkan kontraksi, tetapi setidaknya sudah menunjukkan perbaikan. Angka indeks di bulan ini merupakan yang tertinggi dalam lima bulan terakhir," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Sabtu (23/11).
Selain Negeri Panser, Perancis juga melaporkan data aktivitas manufaktur yang menunjukkan peningkatan menjadi 51,6 dari sebelumnya 50,7.
Ekspansi sektor manufaktur Perancis juga merupakan yang tertinggi dalam lima bulan terakhir.
Untuk kinerja zona euro secara keseluruhan, indeks manufaktur mencatat kenaikan ke level 46,6 dari sebelumnya 45,9.
Di sisi lain dari sektor jasa, Jerman mengalami pelambatan dari sebelumnya 51,6 di bulan Oktober menjadi 51,3 di bulan ini.
Perancis stagnan di angka 52,9, sementara zona euro melambat menjadi 51,5 dari sebelumnya 52,2.
Terkait pergerakan dollar AS, investor masih terus mencerna risalah pertemuan kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) terbaru yang dirilis pada Rabu (20/11) yang menunjukkan bahwa bank sentral AS tidak perlu memangkas suku bunga sekali lagi, kecuali terjadi penilaian ulang material dari prospek ekonomi.
• Terkendali, Utang Luar Negeri Indonesia Triwulan II 2019 Tercatat Sebesar 391,8 Miliar Dolar AS
Sementara itu, data ekonomi AS yang ditunjukkan lewat Indeks Sentimen Konsumen mencapai 96,8 pada November, naik dari 95,5 pada Oktober, menurut laporan University of Michigan.
Sedangkan untuk Indeks Aktivitas Bisnis Jasa di AS yakni di 51,6 pada November, berada di atas posisi Oktober 50,6, menurut laporan lembaga riset IHS Markit.
Selanjutnya, PMI AS juga mencatatkan kenaikan menjadi 52,2 bulan ini dari sebelumnya 51,3 di Oktober.
Secara teknikal, Nanang mengungkapkan pergerakan harga EUR/USD masih ditutup di bawah moving average13 dengan level terdekat yakni 1,1043. Indikator stochastic oscillators sudah dead cross atau bergerak turun.
Selain itu, indikator RSI juga menunjukkan pergerakan ke arah turun. Sehingga, Nanang merekomendasikan jual untuk perdagangan Senin (25/11).
Di mana, pasangan kurs bakal bergerak di kisaran resistance 1,1130, 1,1084, dan 1,1044. Adapun untuk level support berada di 1,0980, 1,0430, dan 1,0880.
• Rupiah Menguat 0,04 Persen di Level Rp 14.062 per Dolar AS
Nasib rupiah di pekan terakhir November
Nilai tukar rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan pada pekan terakhir bulan November. Pekan lalu, kurs rupiah spot melemah 0,11% ke Rp 14.092 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kurs tengah Bank Indonesia pun menunjukkan pelemahan rupiah 0,22% dalam sepekan ke Rp 14.100 per dolar AS.
Belum adanya titik terang mengenai penyelesaian perang dagang AS dan China membuka peluang pelemahan rupiah berlanjut di pekan depan.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kesepakatan dagang AS dan China akan molor dari jadwal karena China merespons negatif sikap pemerintah AS yang mendukung demonstran di Hong Kong.
• Perang Dagang Dorong Pelemahan Rupiah Siang Ini, Bagaimana dengan Mata Uang Lain di Asia?
Keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan pada 5% tak mampu meredam pelemahan rupiah sepekan lalu.
"Pelaku pasar masih khawatir pada kondisi global dan membuat aset safe haven kembali meningkat, akhirnya rupiah cenderung melemah," kata Josua, Jumat (22/11).
Kompak, analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong mengatakan suku bunga yang BI pertahankan di level 5% tidak berdampak signifikan pada pergerakan rupiah di pekan lalu.
Penyebabnya, sentimen perang dagang AS dan China lagi-lagi menyita perhatian pelaku pasar.
"Hingga pertemuan AS dan China dua pekan lagi, sentimen perang dagang masih mendominasi," kata Lukman.
Selain dominasi pengaruh perang dagang, Josua mengatakan pelaku pasar juga menanti data pertumbuhan ekonomi AS periode kuartal III-2019.
Pekan depan, rupiah akan kekurangan sentimen domestik karena tidak ada data ekonomi yang akan dirilis.
Lukman menilai rupiah masih akan tertekan di pekan depan.
Apalagi di tengah ketidakpastian kondisi global, biasanya dolar AS akan lebih diuntungkan daripada rupiah.
Tapi secara teknikal, kurs rupiah masih bisa bertahan atau menguat terbatas.
Lukman memproyeksikan rupiah sepekan depan bergerak di rentang Rp 14.050 per dolar AS hingga Rp 14.150 per dolar AS. Kompak, Josua juga memproyeksikan rentang rupiah yang sama.