Breaking News

Orangutan jadi Korban Karhutla di Ketapang, Begini Kondisinya

Akibat pembukaan lahan yang dikonversi menjadi sawit dan kebakaran hutan, habitat orangutan semakin mengecil.

Penulis: Rivaldi Ade Musliadi | Editor: Jamadin
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/ISTIMEWA
Tidak hanya manusia yang menjadi korban langsung dari karhutla, rumah dan habitat orangutan di lahan gambut juga turut terbakar di seluruh Kalimantan. Akibatnya, sejumlah orangutan menjadi korban. Kehilangan rumah bagi orangutan mengakibatkan orangutan juga kehilangan ruang gerak dan makanan. Jika orangutan tidak diselamatkan, mereka bisa mati kelaparan. 

Menghadapi situasi ini, IAR Indonesia bersama BKSDA menerjunkan tim penyelamat untuk mengevakuasi anak orangutan ini.

Karena orangutan ini merupakan orangutan liar, maka tim penyelamat menggunakan senapan bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Ketika dibius, kondisi orangutan remaja ini cukup memprihatinkan, selain sangat kurus dan mengalami dehidrasi, tim penyelamat juga menemukan luka membusuk yang melingkar di kaki kanannya akibat lilitan tali jerat.

“Ini sudah kali kedua kami menemukan orangutan yang terjebak jerat di lokasi sekitar disini. Dulu pada tahun 2012, kami juga menyelamatkan satu orangutan yang karena jerat, lukanya sangat parah sehingga tangannya harus diamputasi,” jelas Argitoe.

“Orang memang tidak memasang jerat untuk menangkap orangutan, tetapi kejadian seperti ini sangat memungkinkan, dan jika orangutan ini tidak kami selamatkan hari ini, mungkin dalam berapa hari, infeksi alibat luka jerat bisa fatal juga,” sambungnya.

Saat ini Jerit berada di dalam penanganan tim medis IAR Indonesia. Mereka melakukan perawatan dan pengobatan yang diperlukan dan akan memastikan kondisi kesehatannya sudah pulih total sebelum orangutan ini dilepas kembali ke alam.

Penyelamatan orangutan yang hanya berselang kurang dari 1 minggu dari penyelamatan orangutan sebelumnya seakan menjadi bukti bahwa gelombang besar penyelamatan orangutan akan segera terjadi.

Tidak hanya manusia yang menjadi korban langsung dari karhutla, rumah dan habitat orangutan di lahan gambut juga turut terbakar di seluruh Kalimantan. Akibatnya, sejumlah orangutan menjadi korban. Kehilangan rumah bagi orangutan mengakibatkan orangutan juga kehilangan ruang gerak dan makanan. Jika orangutan tidak diselamatkan, mereka bisa mati kelaparan.
Tidak hanya manusia yang menjadi korban langsung dari karhutla, rumah dan habitat orangutan di lahan gambut juga turut terbakar di seluruh Kalimantan. Akibatnya, sejumlah orangutan menjadi korban. Kehilangan rumah bagi orangutan mengakibatkan orangutan juga kehilangan ruang gerak dan makanan. Jika orangutan tidak diselamatkan, mereka bisa mati kelaparan.

“Kami baru saja menyelamatkan dua orangutan dari lahan yang terbakar hari senin lalu. Penyelamatan ini mengingatkan kami akan kebakaran besar di tahun 2015 di mana kami menyelamatkan lebih dari 40 orangutan sejak kebakaran terjadi sampai setahun pasca kebakaran,” ujar Tantyo Bangun, Ketua Yayasan IAR Indonesia.

“Sudah saatnya kita menyelesaikan masalah kebakaran yang tidak hanya merugikan manusia, tetapi juga turut serta merugikan alam dan memusnahkan keanekaragaman hayati di dalamnya termasuk orangutan. Jika masalah terkait kebakaran tidak segera kita selesaikan, orangutan akan segera punah. Orangutan tidak hanya menghadapi permasalahan terkait alihfungsi lahan, tetapi juga harus menghadapi kebakaran dan perburuan. Untuk itulah kami bekerjasama dengan BKSDA dan TANAGUPA untuk membantu orangutan menghadapi itu semua,“ tambahnya lagi.

Pernyataan Karmele L. Sanchez, Direktur Program IAR Indonesia, Kebakaran hutan di Kalimantan adalah satu bukti nyata tentang krisis mengenai perubahan iklim dan kepunahan masal di seluruh dunia. Dalam habitat orangutan yang terbakar, ada jutaan jenis satwa dan tumbuhan yang tidak bisa diselematkan.

Orangutan pun juga banyak yang menjadi korban akibat kebakaran. Kebakaran hutan Borneo dan Sumatra bukan hanya impak negara ini akibat kebakaran gambut Green house emisi bertambah, dan akibatnya kepanasan global semakin bertambah.

"Kita sedang dalam krisi dan kita semua tergantung pada bagaimana negara-negara di seluruh dunia dan kita semua mengambil sikap dalam menghadapi masalah ini dan menemukan soluisnya. Pemerintah dari seluruh dunia harus bergerak mulai dari sekarang sebelum semuanya terlambat untuk mengatasi masalah ini," ujarnya. (*)

Update berita pilihan
tribunpontianak.co.id di WhatsApp
Klik > http://bit.ly/whatsapptribunpontianak

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved