Orangutan jadi Korban Karhutla di Ketapang, Begini Kondisinya
Akibat pembukaan lahan yang dikonversi menjadi sawit dan kebakaran hutan, habitat orangutan semakin mengecil.
Penulis: Rivaldi Ade Musliadi | Editor: Jamadin
Orangutan jadi Korban Karhutla di Ketapang, Begini Kondisinya
PONTIANAK - Kebakaran hutan dan lahan menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ketapang adalah salah satu lokasi yang paling terdampak oleh asap.
Dilansir dari LAPAN, berdasarkan pantauan satelit NOAA dengan tingkat kepercayaan 70 persen terdapat lebih dari 1400 titik panas di seluruh kabupaten Ketapang selama bulan September ini. Kabut asap yang dihasilkan dari kebakaran ini mengganggu kegiatan sekolah, penerbangan dan aktifitas masyarakat.
Tidak hanya manusia yang menjadi korban langsung dari karhutla, rumah dan habitat orangutan di lahan gambut juga turut terbakar di seluruh Kalimantan. Akibatnya, sejumlah orangutan menjadi korban.
Kehilangan rumah bagi orangutan mengakibatkan orangutan juga kehilangan ruang gerak dan makanan. Jika orangutan tidak diselamatkan, mereka bisa mati kelaparan.
Seringkali orangutan yang kehilangan tempat tinggal ini terpaksa masuk ke kebun warga untuk mencari makan, di sinilah orangutan menghadapi satu ancaman lagi konflik dengan manusia.
Balai Konservasi Sumber Aaya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi Wilayah (SKW) 1 Ketapang bersama Yayasan IAR Indonesia kembali menyelamatkan satu individu orangutan di kebun karet milik warga di Desa Kuala Satong, Kecamatan Matan Hilir Utara, Kabupaten Ketapang, Sabtu (21/9/2019).
Baca: Ajak Kaum Milenial Terlibat Konservasi Orangutan Lewat Kuliah Umum
Baca: Heboh Kemunculan Buaya Singkawang, BKSDA Pasang Pamflet Imbauan
Orangutan yang diberi nama Jerit ini berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berusia 7 tahun. Sebelumya, masyarakat kebun Kuala Satong serta tim patroli OPU dari IAR menemukan satu orangutan remaja yang sudah lama dilaporkan oleh pemilik kebun karet.
“Kami mempunyai kerjasama yang baik dengan petani dan masyarakat di areal landscape Gunung Palung-Sungai Putri” ujar Argitoe Ranting, Manager Lapangan IAR Indonesia.
“Dengan kerjasama seperti ini, orangutan masih bisa diselematkan, dan tidak disakiti oleh para masyarakat di sini. Tetapi karena hutan di sekitar kebun sudah terbakar semua, kita tidak ada alternatif, dan orangutan ini harus ditangkap dan ditranslokasi ke hutan yang aman,” tambahnya
Di daerah Kuala Satong, Ketapang, yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Palung, dulunya juga banyak hutan dan habitat orangutan.
Akibat pembukaan lahan yang dikonversi menjadi sawit dan kebakaran hutan, habitat orangutan semakin mengecil. Kebakaran hutan di daerah Kuala Satong sangat luas dan menyebar.
Kebakaran habitat yang luas inilah yang mendorong orangutan masuk ke kebun warga dan menimbulkan konflik manusia-orangutan.
Orangutan yang masuk ke kebun bisa merusak kebun untuk mencari makan dan pada akhirnya, manusia juga yang turut dirugikan.
Karena itulah, meskipun tindakan penyelamatan ini adalah opsi terakhir, hal ini harus dilakukan untuk mencegah kerugian baik dari sisi manusia maupun satwa liar.