Mata Najwa

Mata Najwa : Pandangan Filep Karma, Lenis Kogoya, Andy Junaedi & Lukas Enembe saat Bahas Nyala Papua

Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan pelecehan terhadap harga diri dan martabat masyarakat Papua bukan hanya kali ini terjadi,

Editor: Jimmi Abraham

Eskalasi ricuh semakin membesar tatkala intimidasi kepada mahasiswa Papua itu disertai dengan makian rasis oleh oknum penyerang, yakni orang Papua monyet.

Gubernur Papua, Lukas Enembe mengatakan pelecehan terhadap harga diri dan martabat masyarakat Papua bukan hanya kali ini terjadi, tapi sudah berkali-kali.

“Itu bukan anak-anak saya (mahasiswa Papua) yang menurunkan bendera. Itu juga yang mengancam dan memaki anak saya itu tentara,” kata Lukas.

Baca: UPDATE Kerusuhan Papua Barat di Manokwari, Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla Angkat Bicara

Menurut Lukas, persoalan Papua jangan pernah disepelekan.

Sekjen Federasi Kontras, Andy Junaedi membenarkan kalau perlakuan rasis kepada mahasiswa Papua yang belajar di Jawa sudah sering terjadi.

“Hinaan itu menjadi memori kolektif yang membekas pada mereka. Polisi justru membiarkan ormas mengintimidasi kawan-kawan. Selain itu, penangkapan, penembakan oleh polisi dengan perlengkapan berat itu melanggar protap. Tidak ada suratnya,” kata Andy yang juga memberikan pendampingan hukum kepada kawan-kawan mahasiswa Papua di Surabaya.

Papua Belum Diindonesiakan Layak

Lenis Kogoya, Staf Khusus Presiden Kelompok Kerja Papua menjelaskan, selama dirinya berada di Pulau Jawa sangat jarang sekali mengalami atau mendengar makian rasis terhadap dirinya maupun masyarakat Papua secara umum.

“Ini kami juga sama-sama anak bangsa, yang membedakan hanya warna kulit saja. Kita ini negara hukum, siapa pun yang bersalah ya harus proses. Tapi ya sudah, saya mengikuti presiden, kita saling memaafkan saja. Kepala daerah di Jatim juga sudah minta maaf dan Presiden Jokowi akan ke Papua,” kata Lenis.

Yusuf Sawaki, akademisi dari Universitas Papua mengatakan keinginan berdamai tentu diinginkan oleh semua pihak.

Namun, kata Yusuf, pemaafan dengan jalannya proses hukum merupakan sikap yang berbeda.

Baca: UPDATE Kerusuhan Manokwari Papua Barat Terbaru : Khofifah, Sutiaji & Tri Rimaharini Minta Maaf

“Kami berkali-kali mendapat pernyataan rasis. Saya pikir, semua bisa saling memaafkan.

Tapi hukum tetap harus berjalan bagi orang-orang rasis. Ini sebagai bukti negara hadir dan memberikan keamanan bagi seluruh warga negaranya,” jelas Yusuf.

Gubernur Papua Lukas Enembe menegaskan dirinya sangat kecewa dengan sikap masyarakat di luar Papua.

Pasalnya, selama 74 tahun Indonesia merdeka, sikap rasis terhadap orang Papua belum juga berubah.

“Ini sama seperti era kolonial. Apa bedanya? Ini sama saja kolonialisme. 74 tahun merdeka, orang Papua masih juga belum di-Indonesiakan secara baik. Bagaimana bisa hadir rasa ke-Indonesiaan di hati orang Papua. Makanya saya sempat bilang, saya lepas tangan kalau masyarakat Papua menuntut merdeka,” tegas Enembe.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved