Mbah Moen Wafat di Kamar Nomor 1423! Pesan Mulia Maimun Zubair Tentang Kematian saat Haul Gus Dur
Ulama kharismatik yang juga Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maimoen Zubair wafat di sela menunaikan ibadah di Makkah, Arab Saudi.
Penulis: Marlen Sitinjak | Editor: Marlen Sitinjak
Kini, ulama kharismatik yang lahir pada 28 Oktober 1928 itu telah menghembuskan nafas terkahirnya di Makkah, Arab Saudi pada Selasa (6/8/2019) sekitar pukul 04.17 waktu setempat. Beliau meninggal ketika hendak melaksanakan ibadah haji yang tinggal menghitung hari.
Menurut informasi yang berhasil ditelusuri NU Online, ulama sepuh yang telah mencapai usia 91 tahun itu meninggal di kamar nomor 1.423 di tempat penginapannya di Makkah. Beliau sempat dilarikan ke rumah sakit setempat.
Komitmen Kebangsaan
Di usia senjanya, tidak membuat Mbah Maimoen absen dalam persoalan umat, ilmu, dan kebangsaan. Beliau tidak sedikit pun terlihat letih ketika menghadiri Konferensi Bela Negara di Pekalongan, Jawa Tengah 2016 lalu.
Selain bersua dengan banyak ulama-ulama tahariqah dunia, beliau juga ingin menegaskan bahwa seberat apapun beban yang yang harus dipikul, membela agama, bangsa, dan negara harus menjadi perhatian dan tugas bersama.
Setahun sebelumnya, semangat kebangsaan juga ditunjukkan Mbah Maimoen yang tetap berdiri ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya di pembukaan Muktamar ke-33 NU di Jombang tahun 2015 di tengah kondisi fisiknya yang tidak menentu.
Meskipun beliau hadir dengan menggunakan kursi roda namun tetap berdiri ketika sesi menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Tanpa dipapah oleh siapapun, seketika itu beliau berdiri. Momen itu direkam langsung oleh putri sulung Gus Dur Alissa Wahid yang menyaksikan kejadian tersebut yang kemudian viral di jagat maya.
Semangat yang sama juga Mbah Moen tunjukkan ketika membakar semangat anak-anak muda NU di arena Muktamar tersebut. Mbah Moen memberikan materi tantangan kaum muda NU di masa depan yang semakin kompleks karena tidak hanya menghadapi kelompok-kelompok yang membahayakan keutuhan negara, tetapi juga dunia teknologi yang makin berkembang pesat.
Kini semangat serupa ditunjukkan oleh ulama kharismatik itu dalam kegiatan dengan esensi Bela Negara tersebut.
Teladan Mulia
Dalam hal keilmuan dan belajar, Mbah Maimoen memperlihatkan sosok guru teladan.
Di usia yang sama ketika orang lain harus menggunakan bantuan kaca mata untuk melihat dan membaca, Mbah Maimoen masih jelas melihat dan membaca tanpa bantuan kaca mata.
Kitab kuning menjadi santapan sehari-harinya di pesantren. Beliau juga masih tegar setiap memimpin shalat berjamaah di pesantrennya.
Hal itu terlihat ketika NU Online berkunjung ke ndalem beliau di Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang pada awal tahun 2017, tepatnya Rabu (15/1/2017) menjelang sore pukul 14.31 WIB. Kebersahajaan, kharisma, dan akhlak Mbah Maimoen melekat kepada setiap santrinya.
Kemurnian para santri dalam mengabdi dan menimba ilmu kepada Mbah Maimoen tak pernah surut.