Tiga Kecamatan di Sanggau Akan Dapat Pendampingan Program Padi Organik Dari FAO dan Kementan RI
langkah pertama yang akan dilakukan FAO dalam mewujudkan program padi organik adalah dengan memperkuat proses produksi petani
Penulis: Hendri Chornelius | Editor: Tri Pandito Wibowo
Tiga Kecamatan di Sanggau Akan Dapat Pendampingan Program Padi Organik Dari FAO dan Kementan RI
SANGGAU - Food and Agriculture Organization (FAO) atau Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia bekerjasama dengan Kementerian Pertanian RI berencana mengembangkan padi organik di tiga Kecamatan di wilayah perbatasan, Kabupaten Sanggau. Diantaranya, Kecamatan Kembayan, Sekayam dan Entikong.
"Kenapa Sanggau dipilih, karena informasi dari Kementerian Pertanian, akses pasarnya bisa lebih luas lagi. Sehingga kami sudah melakukan identifikasi ditingkat Kecamatan yang menjadi sasaran yakni Kembayan, Sekayam dan Entikong,"kata Wakil Direktur FAO di Indonesia, Ageng Herianto usai audiensi dengan Bupati Sanggau Paolus Hadi diruang kerjanya, Selasa (30/7/2019).
Dikatakanya, langkah pertama yang akan dilakukan FAO dalam mewujudkan program padi organik adalah dengan memperkuat proses produksi petani.
"Yang pertama, harus diperkuat dulu adalah proses produksinya, karena pertanian organik itu memerlukan sertifikasi dan lain sebagainya. Nanti kalau sudah sesuai sertifikasi yang kami rencanakan dalam tiga musim tanam selanjutnya akan disertifikasi,"ujarnya.
Baca: Tentara Malaysia Tukar Teknik Perang Dengan Tentara Indonesia
Baca: Wali Kota Singkawang Hadiri Penutupan Latihan Bersama Kekar Malindo-43AB/2019
Baca: LP2M Gelar Pelatihan Penggunaan Plagiasi Checker Turnitin Bagi Seluruh Unit di IAIN Pontianak
Ia menambahkan, Setelah melakukan identifikasi, melihat, dan bertemu dengan para kelompok tani di tiga Kecamatan tersebut, ada sekitar 103 hektare lahan yang sudah siap untuk program ini.
"Di tiga Kecamatan itu petaninya mau, wilayah dan fasilitasnya termasuk sawah organik juga relatif siap,"jelasnya.
Tapi, lanjutnya, pada saat bersamaan, pengalaman-pengalaman dibanyak tempat pertama, keterlibatan Pemerintah Daerah harus juga kuat.
"Supaya bersama-sama kita mengupayakan, pada pengalamannya kelompok organik itu didukung oleh Pemerintah Kabupaten kemudian perlahan- lahan dia bisa mencari pasar yang lebih luas lagi. Jadi ada tahapan-tahapan yang kita perkuat dulu diproses produksinya,"tegasnya.
Ageng menjelaskan, bahwa tanaman padi organik ini akan berdampak pada lingkungan dan kesehatan. Ini yang utama, karena lingkungannya semakin baik, kualitas pakannya juga semakin baik dan kualitas.
"Pangannya juga semakin baik, dan itu akan diikuti oleh upaya kesejahteraan petani karena mampu menghasilkan dan menjual produk dengan kualitas tinggi. FAO akan memberikan pendampingan hingga petani memiliki sertifikasi organik, "tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perikanan (Dishangpang Hortikan) Kabupaten Sanggau, H John Hendri menambahkan agar petani mendapatkan sertifikasi padi organik, harus ada langkah-langkah yang harus ditempuh.
"Misalnya tidak boleh menggunakan pupuk kimia dan perbanyak menggunakan pupuk organik. Untuk memastikan padi itu bebas dari pupuk kimia ada yang namanya sertifikasi, makanya ada istilah ISO 9000 dan sejenisnya. Dan FAO ini sampai kesana, mereka mendampingi kita sampai mendapatkan sertifikasi itu,"ujarnya.
Hendri menambahkan, untuk pemasaran pasti terkait dengan sertifikasi. Dan jika pihak luar negeri yang membeli beras petani bisa memastikan bahwa produksi kita bebas residu atau bebas zat kimia yang dibuktikan dengan sertifikasi organik.
"Tentu akan menambah nilai jual.
Program ini akan dimulai tahun 2019 sampai 2021. Jadi ada konsep FAO ini yang akan kita serap untuk kita sebarkan lagi kepada Kecamatan yang belum, "jelasnya.