Murid SDN 3 Pontianak Mengaku Sudah Terbiasa Gunakan Toilet Yang Hampir Ambruk
Keduanya mengatakan melihat kondisi toilet yang hampir roboh pertama memang ada rasa takut,
Penulis: Anggita Putri | Editor: Jamadin
Murid SD N 3 Pontianak Mengaku Sudah Terbiasa Gunakan Toilet Yang Hampir Ambruk
PONTIANAK - Raisa dan Mikaila siswa kelas 6, SDN 3 Pontianak mengaku sudah terbiasa menggunakan toilet yang hampir ambruk karena memang sudah tidak ada pilihan.
Saat keduanya terlihat ingin ke toilet, tampak satu di antara mereka harus memegang pintu dari luar karena tidak ada penyegel pintunya lagi .
"Toilet puterinya mau roboh. Mau ke sebelah, tapi toilet cowok, mau ke toilet depan kadang tidak ada air jadi mau ndak mau lah ke toilet yang mau roboh, dan
toilet putra kotor," ujar kedua siswi ini.
Baca: VIDEO: Polres Gelar Apel Pasukan Tangani Karhutla
Baca: Ariel Noah Izin Duduk di Dekatnya, Luna Maya Tak Izinkan: Gue Hajar Lu, Gila!
Keduanya mengatakan melihat kondisi toilet yang hampir roboh pertama memang ada rasa takut, tapi sekarang sudah terbiasa dan mau tidak mau, biasanya kalau ramai juga harus antri dan gantian .
"Kita sih kepengen wc bagus karena sekarang wc hampir roboh," pungkasnya.
Keadaan Toilet di Sekolah Dasar Negeri 03 Pontianak sangat memprihatin karena ada dua bangunan Toilet yang hampir ambruk.
Namun Toilet tersebut terpaksa masih digunakan karena ada sekitar 800 siswa ,sedangkan ketersediaan toilet yang ada hanya berjumlah 16 WC dan hanya beberapa yang bisa digunakan.
Toilet di gedung depan berjumlah 8 Toilet dan yang bisa digunakan hanya 7 Toilet saja.
Sementara di gedung belakang ada 8, namun dua hampir ambruk dan itu adalah WC khusus perempuan.
Kepala Sekolah SDN 03 Pontianak Slamet Supriono mengaku ada 16 toilet di sekolahnya.
Dari jumlah itu, ada delapan unit toilet di gedung depan dan hanya tujuh unit yang bisa digunakan.
Sementara di gedung belakang ada delapan unit, dengan kondisi dua hampir ambruk.
Dua toilet hampir ambruk itu khusus untuk siswa perempuan.
Slamet melarang siswa-siswinya ramai-ramai antre di dua toilet yang miring ini. Total siswa di SDN 03 mendapai 800 orang, kelas 1 hingga 6.
Diakui Slamet, kondisi toilet di sekolahnya belum memadai.
Ia juga menyayangkan dua unit toilet yang nyaris roboh akibat kesalahan kontruksi.
Dari sisi jumlah, jumlah toilet juga tak sebanding dengan jumlah siswa.
"WC yang ada baknya juga kecil. Jadi kalau anak BAB saja begitu dia nyiram selesai dan penyediaan airnya terkendala walaupun kita dorong dengan mesin," kata pria yang belum genap setahun bertugas di SDN 03 Pontianak ini.
Slamet juga mengakui, toilet siswa putra dan puteri masih tergabung dan saling berhadapan.
"Saya juga berharap WC putera dan puteri terpisah, karena disini masih satu lorong," ujarnya.
Sementara toilet di belakang sekolah tak dilengkapi penampungan air.
Toilet yang ada juga berusia sangat tua lebih dari 10 tahun.
"Kalau WC yang mau ambruk itu bangunan baru yang memang salah kontruksi. Itu WC perempuan di gedung belakang. Inilah kendala kami. Kalau kita mau rehap bisa, cuma harus bertahap. Yang namanya dana BOS hanya bisa pakai untuk rehap ringan, tapi ini rehap berat dan bakalan lebih dari Rp 10 juta," ungkapnya.
Ia juga mengeluhkan terkait kebersihan toilet sekolah.
"Sebenarnya ada pesuruh. Namun kerjanya tidak beres sampai sudah saya lapor ke dinas. Sampai saya gunakan tenaga honor untuk tukang kebun dan menjaga lingkungan sekolah," ujarnya.
Slamet mengaku rutin memeriksa kebersihan toilet.
"Saya anggap kebersihan WC di sekolah ini masih kurang. Pagi-pagi saya masih kontrol ke WC. Kalau kotor, saya sendiri yang menyikatnya karena memang tak punya tenaga lain yang bisa diandalkan," ujarnya.
"Kelayakan dan idealnya bangunan WC mininalnya berimbang. Kelas dibelakang ada delapan dan di depan ada 16 kelas. Anggaplah di belakang sudah memadai. Tapi yang di depan ada 16 kelas dengan WC hanya tujuh itu sangat jauh sekali,” jelasnya.
“Saya kadang malu sama orangtua murid yang mengeluh. Saya perhatikan kadang-kadang anak yang bersih tak mau masuk WC dan ditahan sampai ke rumah," jelasnya.
Jumlah toilet dan yang belum sebanding dengan jumlah siswa juga disampaikan Kepala SDN 31 Pontianak Herwani.
Ada 281 siswa dengan liam unit toilet. Satu toilet untuk guru, dua untuk siswa putri namun satu tak bisa digunakan dan 2 unit untuk siswa putera.
"Memang belum sesuai jumlah WC dan jumlah murid. Tapi, alhmadulillah air lancar dan dijaga kebersihannya," ucapnya.
Idealnya, kata Herwani, satu toilet hanya untuk 17 siswa jika mengikuti standar nasional.
"Tahun ini baru fokus ke bangunan lain dan saat ini sedang dilakukan rehap ruang kelas 6 lokal dan atap. Nanti menyusul pagar dan halaman," ujarnya.
Plt Kepala SDN 24 Pontianak Rusni juga mengakui ada beberap toilet yang tak bisa digunakan karena bagunannya rapuh.
Total ada empat unit toilet yang baru dibangun tahun lalu.
"WC di sini ada yang rusak dan tidak semua berfungsi. Namun untuk kebersihan ada pengurusnya dibantu anak-anak kita,” katanya.
Rusni menyatakan, ada sekitar 300 siswa dengan tujuh unit toilet di bagian belakang sekolah dan 4 unit toilet di depan.
Toilet puteri dan putera juga sudah dipisah.
"WC depan tidak ada kendala dan airnya lancar. Kalau hujan juga ada penampungan air. Hanya ada beberapa WC yang perlu diperbaiki bagian atas seperti bagian atap dan gelegarnya yang patah. Walaupun masih bisa digunakan, namun takut terjadi hal yang tidak diinginkan," ujarnya.
Ia mengatakan, perbaikan kecil bisa menggunakan dana BOS.
"Tahun ini kita dapat dana hanya untuk rehap ruang kelas. Ada juga sekolah yang dapat dana rehap WC dan kelas. WC belum dapat tahun ini, mudah-mudahan tahun depan bisa dapat," ujarnya.