Pengamat: Caketum Golkar Mestinya Jangan Berpatron Pada Kekuasaan, Harus Punya Posisi Tawar ke Rezim
Suka tidak suka, Golkar adalah kawah candradimuka yang mampu melahirkan banyak politisi yang berdiaspora di banyak parpol paska reformasi
Penulis: Chris Hamonangan Pery Pardede | Editor: Ishak
Pengamat: Caketum Golkar Mestinya Jangan Berpatron Pada Kekuasaan, Harus Punya Posisi Tawar Pada Rezim
PONTIANAK - Isu suksesi kepemimpinan di tubuh Partai Golongan Karya atau Partai Golkar mendapat sorotan dari pengamat politik, Ireng Maulana.
Pria yang juga akademisi Universitas Tanjungpura Pontianak itu, menilai calon ketua umumpartai berlambang pohon beringin tersebut sebaiknya adalah sosok yang bisa punya daya tawar lebih terhadap rezim.
Berikut petikan wawancaranya, jumat (05/07/2019):
"Sebenarnya tidak ada yang istimewa dengan pemilihan ketum Golkar di Nasional saat ini.
Baca: DPD Golkar Provinsi dan 14 Kabupaten Kota Kalbar Bulat Dukung Airlangga Hartanto
Baca: Sekretaris Golkar Beberkan Nama Yang Beredar dan Berpotensi Diusung Pilkada Sambas
Hambarnya suksesi karena amat sangat mempertontonkan perlunya semacam restu rezim hari ini atas figur yang akan menjadi ketum, padahal Golkar jauh lebih besar daripada itu.
Suka tidak suka, Golkar adalah kawah candradimuka yang mampu melahirkan banyak politisi yang berdiaspora di banyak parpol paska reformasi, bahkan sebagian ketum parpol yang d bentuk paska reformasi hasil didikan Golkar.
Oleh karena manuver semacam itu, partai ini seolah olah sama seperti dengan partai papan menengah ke bawah padahal Golkar partai yang kuat dan mewarnai politik arus utama di nasional.
Yang Golkar perlukan hari ini adalah Ketum yang memiliki posisi tawar sama kuat di hadapan rezim dan bukan terkesan berpatron pada kekuasaan yang ada.
Baca: Golkar Kalbar Tatap Pilkada 2020, Targetkan Menang 7 Kabupaten
Baca: Politikus Muda Partai Golkar Dekati Chelsea Islan, Ini Sosoknya
Sangat di sayangkan, seperti kebanyakan perpolitikan instan, politik partai Golkar mengambil jalan pragmatis yang terlalu mau dikendalikan kehebatannya akan kebutuhan untuk dapat dalam pusaran kekuasaan sehingga hampir tidak terlihat lagi jati diri golkar sebagai partai lama yang berpengalaman.
Figur manapun kelak yang duduk sebagai ketum, tantangan berada pada kegentingan konsolidasi kader.
Faktor ini menjadi penting dan lebih penting lagi orientasi partai di perpolitikan menuju 2024 Pilihannya hanya dua.
Sebagai kekuatan yang mampu meleading kekuatan politik lain, atau hanya cukup menjadi follower (pengekor) dari peristiwa politik yang terjadi.
Siapa pun yang akan terpilih tidak akan memberikan efek signifikan, jika sebagai sebagai ketua umum hanya akan mengurusi jatah dan porsi jabatan dalam eksekutif nasional.
Baca: Golkar Kalbar Tak Setuju Percepatan Munas, Tolak Gagasan Aziz Samual
Baca: Golkar-PKB Berebut Posisi Ketua MPR, Siapa Berpeluang?
Tapi yang diinginkan barangkali membangkitkan kekuatan golkar di propinsi-propinsi sampai ke desa-desa.