Incinerator Medik RSUD dr Rubini Mempawah di Tengah Pemukiman Penduduk, Warga Sekitar Cemas

Agus mengaku cemas karena dia mempunyai anak batita berusia dua tahun lebih yang bermain di luar rumah saat ada aktivitas pembakaran.

Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Ishak
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/YA' M NURUL ANSHORY
Agus Iskandar (38) saat menunjukkan alat Incinerator Medik yang dekat sekali dengan rumahnya, Jumat (28/6/2019) siang. 

Agus mengaku ia sudah kerap kali menegur dan menyampaikan keluhan dengan petugas yang membakar, dengan harapan bisa disampaikan ke Direktur Rumah Sakit.

"Saya pernah menegur dan mengeluh kepada petugas, saya bahkan sempat bilang akan memfoto dan melaporkan, tapi malah ditantang oleh petugas itu, silahkan difoto, jadi saya foto lah," ujarnya.

Kata Agus, foto yang diambilnya sempat dikirimkan ke akun media sosial Bupati Mempawah, Hj Erlina melalui Facebook namun tidak direspon, dia juga mengirim ke anggota DPRD namun tidak ada tindak lanjut.

Lebih jauh lagi, Agus mengatakan dia pernah diberi masukan oleh temannya di Dinas Lingkungan Hidup agar melaporkan bersama-sama RT bahwa pembakaran tersebut mencemaskan warga setempat, namun dia belum melakukan itu.

Baca: RSUD dr Rubini Mempawah Terima Hibah Mobil Ambulans Dari Jasa Raharja

Baca: Terjadi Karhutla, RSUD dr Rubini Siapkan Ruangan Khusus Untuk Penderita ISPA

"Alat itu baru berdiri sekitar setahun lalu, dan ketika itu dibangun kami warga disini tidak tahu apa fungsinya, karena hanya berdiri begitu saja tanpa ada penjelasan kepada warga," katanya.

Ketika sudah berdiri kata Agus, barulah tiba-tiba mencium aroma seperti kabel terbakar, setelah ditelusuri rupanya aroma pembakaran limbah di alat tersebut. "Aromanya menyengat, sepeti ada kabel terbakar namun lebih parah lagi pekatnya," ucapnya.

Meski mengaku belum pernah melihat dampak langsung seperti ada yang tiba-tiba sesak napas saat pembakaran itu, namun dia sangat merasa cemas sekali terhadap dampak jika terpapar dalam jangka panjang.

"Dampak secara langsung belum ada, tapikan itu pasti bertahap, seperti orang yang tidak merokok terkena asap rokok, jadinya perokok pasif," ujarnya.

Saat membakar kata dia, dampak yang dirasakan warga sekitar semakin terasa, dimana aroma tersebut sangat tidak enak sekali.

"Lagipula, sejak pembangunan alat tersebut saya belum ada mengetahui ijin gangguan dari alat itu, apalagi terkait itu membakar sampah berbahaya, infeksius dan beracun," pungkasnya.

Baca: Dewan Mempawah Ungkap Gaji Para Cleaning Service RSUD dr Rubini Tak Sesuai UMK

Senada dengan itu, warga lain yang namanya tidak mau ditulis di koran mengatakan seharusnya alat pemusnah seperti itu tidak seharusnya berada di tengah pemukiman warga.

"Seharusnya alat itu ditempatkan jauh dari pemukiman warga, saya lihat itu sangat dekat sekali, yang pasti polusinya lebih dulu berdampak pada kesehatan jika terpapar jangka panjang," ujarnya.

Dia berharap, ada win-win solution antara pihak Rumah Sakit dan warga setempat untuk mengatasi itu, apakah alat tersebut akan dipindahkan, atau cerobongnya di tinggikan, atau jadwal pembakarannya tengah malam.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved