Incinerator Medik RSUD dr Rubini Mempawah di Tengah Pemukiman Penduduk, Warga Sekitar Cemas
Agus mengaku cemas karena dia mempunyai anak batita berusia dua tahun lebih yang bermain di luar rumah saat ada aktivitas pembakaran.
Penulis: Muhammad Rokib | Editor: Ishak
Incinerator Medik RSUD dr Rubini Mempawah di Tengah Pemukiman Penduduk, Warga Sekitar Cemas
MEMPAWAH - Warga Kelurahan Tengah, RT 03, Kecamatan Mempawah Hilir, mengeluhkan adanya aktivitas pembakaran limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari RSUD dr Rubini yang sudah beroperasi beberapa tahun belakangan ini.
Kendati limbah B3 milik Rumah Sakit tersebut dimusnahkan menggunakan alat Incinerator Medik, warga tetap merasa cemas akan dampaknya kepada anak-anak dan lansia karena lokasinya yang dianggap ditengah pemukiman.
Satu diantara warga sekitar RSUD Rubini, Agus Iskandar (38) mengatakan, dampak pertama yanh dikhawatirkannya adalah polusi udara, dan kedua adalah dampak kesehatan akibat Bahan Berbahaya dan Beracun yang dibakar.
"Pertama yang pasti polusi udara, kedua dampaknya kepada kesehatan anak-anak kecil, kadang batuk susah sembuhnya, apalagi sisa pembakaran itu turun ke bawah kena pakaian yang dijemur jadi hitam," ujarnya, kepada Tribun, Jumat (28/6/2019) siang.
Baca: Pipa Induk PDAM Mempawah Bocor, RSUD dr Rubini Terpaksa Beli Air Bersih 30 Tangki Penuhi Kebutuhan
Baca: Kendala Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan di RSUD dr Rubini, David: Akibat Tunggakan Iuran
Agus mengaku cemas karena dia mempunyai anak batita berusia dua tahun lebih yang bermain di luar rumah saat ada aktivitas pembakaran.
"Saya sendiri punya anak usia dua tahun lebih, dan saya merasa khawatir ketika mereka membakar, anak saya sering keluar, bermain dan duduk di teras. Belum lagi tetangga saya punya dua orang cucu juga, bagaimana kita tidak cemas," tuturnya.
Agus beranggapan, sebagian besar warga sekitar belum mengetahui apa yang dibakar di alat tersebut, lagipula kata dia kebanyakan masyarakat tidak mau ambil pusing dengan itu.
"Mungkin mereka belum tahu, meski mereka tahu, mereka tidak mau ambil pusing tentang itu, karena merasa malas untuk mengurusnya, saya pikir kalau ini terus di diamkan efeknya akan semakin parah," tuturnya.
Agus merasa sangat khawatir dampak dari pembakaran limbah B3 tersebut terhadap kesehatan warga sekitar yang bermukim di dekat RSUD dr Rubini.
"Karena yang dibakar itukan bekas-bekas jarum suntik, infeksi, dan sejenisnya, ketika itu dibakar, saya khawatir dampaknya kepada warga sekitar, terutama anak-anak kecil, saya sendiri merasakan dampaknya, sesak napas rasanya," tuturnya.
Baca: Jurnalis Mempawah Bawa Korban KDRT Siti Aminah ke Rumah Sakit dr Rubini untuk Operasi
Baca: Rawat 1 Balita Positif Rubella, Ini Penjelasan Direktur RSUD dr Rubini Mempawah
Dia menceritakan, ketika sedang duduk di luar rumah, dan sedang ada pembakaran ia dan keluarga merasakan menghirup udara yang beraroma tidak sedap.
"Waktu mereka membakar itu tidak tentu, kadang jam sembilan lewat, kadang jam sepuluh pagi, kadang kalau sampah mereka sudah bertumpuk itu mereka membakar setiap hari, kecuali hujan," ungkapnya.
Agus mengatakan, karena dia tinggal sangat dekat dengan alat tersebut, dia bisa memperkirakan kapan waktu pembakaran, dari situlah dia berupaya melakukan pencegahan dengan tidak keluar rumah.
"Kita warga sekitar sini sudah tahu kapan waktu mereka membakar, kalau sampah sudah menumpuk dalam polibek besar, itu pasti tidak lama lagi mereka mau membakar," katanya.
Agus mengaku ia sudah kerap kali menegur dan menyampaikan keluhan dengan petugas yang membakar, dengan harapan bisa disampaikan ke Direktur Rumah Sakit.
"Saya pernah menegur dan mengeluh kepada petugas, saya bahkan sempat bilang akan memfoto dan melaporkan, tapi malah ditantang oleh petugas itu, silahkan difoto, jadi saya foto lah," ujarnya.
Kata Agus, foto yang diambilnya sempat dikirimkan ke akun media sosial Bupati Mempawah, Hj Erlina melalui Facebook namun tidak direspon, dia juga mengirim ke anggota DPRD namun tidak ada tindak lanjut.
Lebih jauh lagi, Agus mengatakan dia pernah diberi masukan oleh temannya di Dinas Lingkungan Hidup agar melaporkan bersama-sama RT bahwa pembakaran tersebut mencemaskan warga setempat, namun dia belum melakukan itu.
Baca: RSUD dr Rubini Mempawah Terima Hibah Mobil Ambulans Dari Jasa Raharja
Baca: Terjadi Karhutla, RSUD dr Rubini Siapkan Ruangan Khusus Untuk Penderita ISPA
"Alat itu baru berdiri sekitar setahun lalu, dan ketika itu dibangun kami warga disini tidak tahu apa fungsinya, karena hanya berdiri begitu saja tanpa ada penjelasan kepada warga," katanya.
Ketika sudah berdiri kata Agus, barulah tiba-tiba mencium aroma seperti kabel terbakar, setelah ditelusuri rupanya aroma pembakaran limbah di alat tersebut. "Aromanya menyengat, sepeti ada kabel terbakar namun lebih parah lagi pekatnya," ucapnya.
Meski mengaku belum pernah melihat dampak langsung seperti ada yang tiba-tiba sesak napas saat pembakaran itu, namun dia sangat merasa cemas sekali terhadap dampak jika terpapar dalam jangka panjang.
"Dampak secara langsung belum ada, tapikan itu pasti bertahap, seperti orang yang tidak merokok terkena asap rokok, jadinya perokok pasif," ujarnya.
Saat membakar kata dia, dampak yang dirasakan warga sekitar semakin terasa, dimana aroma tersebut sangat tidak enak sekali.
"Lagipula, sejak pembangunan alat tersebut saya belum ada mengetahui ijin gangguan dari alat itu, apalagi terkait itu membakar sampah berbahaya, infeksius dan beracun," pungkasnya.
Baca: Dewan Mempawah Ungkap Gaji Para Cleaning Service RSUD dr Rubini Tak Sesuai UMK
Senada dengan itu, warga lain yang namanya tidak mau ditulis di koran mengatakan seharusnya alat pemusnah seperti itu tidak seharusnya berada di tengah pemukiman warga.
"Seharusnya alat itu ditempatkan jauh dari pemukiman warga, saya lihat itu sangat dekat sekali, yang pasti polusinya lebih dulu berdampak pada kesehatan jika terpapar jangka panjang," ujarnya.
Dia berharap, ada win-win solution antara pihak Rumah Sakit dan warga setempat untuk mengatasi itu, apakah alat tersebut akan dipindahkan, atau cerobongnya di tinggikan, atau jadwal pembakarannya tengah malam.